Jumat, 25 Mei 2012

metode analisis vegetasi


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar  Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan:
1.    Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya.
2.    Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput atau alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random sampling” hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Karena titik berat analisis vegetasi terletak pada komposisi spesies, maka dalam menetapkan besarnya atau banyaknya petak-petak sampling perlu digunakan suatu kurva (lengkung) spesiesnya. Kurva spesies tersebut diperlukan untuk:
1.    Luas atau besar minimum suatu petak yang dapat mewakili tegakan.
2.    Jumlah minimal petak-petak sampling kecil yang diperlukan agar hasilnya mewakili tegakan.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan frekuensi?
2.    Apa yang dimaksud dengan dominansi?
3.    Apa yang dimaksud dengan biomass?
4.    Apa yang dimaksud dengan produktivitas?
5.    Apa saja metode yang digunakan dalam pengambilan sampling komunitas vegetasi?

C.       Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian frekuensi.
2.    Untuk mengetahui pengertian dominansi.
3.    Untuk mengetahui pengertian biomass.
4.    Untuk mengetahui produktivitas.
5.    Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam pengambilan sampling komunitas vegetasi.

D.      Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi bagi para pembaca bagi mahasiswa dalam pemahaman mata kuliah ekologi tumbuhan.







BAB II
PEMBAHASAN

Frekuensi adalah nilai besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis didalam komunitasnya. Angka ini diperoleh dengan melihat perbandingan jumlah dari petak-petak yang diduduki suatu jenis terhadap keseluruhan petak yang diambil sebagai petak contoh di dalam melakukan analisis vegetasi. Frekuensi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti luas petak contoh, penyebaran tumbuhan dan ukuran jenis tumbuhan.
Frekuensi relatif adalah frekuensi satu spesies sebagai presentase frekuensi total tumbuhan. Densitas(kerapatan) adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu misalnya 100/HA.
Dominansi adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh , berapa luas areal yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau kemampuan suatu jenis tumbuhan untuk bersaing tehadap jenis lainnya. Dalam pengukuran dominansi dapat digunakan proses kelindungan ( penutup tajuk ), luas basah area , biomassa, atau volume.
Kerapatan                =    Jumlah Individu
                                        Luas Petak Ukur
Kerapatan Relatif   =    Kerapatan satu jenis X 100%
                                           Kerapatan seluruh jenis
Dominasi                 =     Luas penutupan suatu jenis
                                                   Luas petak
Dominasi Relatif     =     Dominasi suatu jenis X 100%
                                               Dominasi seluruh jenis
Frekuensi                 =    Jumlah petak penemuan suatu jenis
                                                 Jumlah seluruh petak
Frekuensi Relatif      =    Frekuensi suatu jenis X 100%
                                           Frekuensi seluruh jenis 


Biomas adalah berat vegetasi per unit area.Dominansi atau importance berbagai spesies dapat dinyatakan sebagai persentase total biomas.Untuk kuadran kecil dalam vegetasi herba,biomas dapat diukur dengan memotong semua bagian diatas tanah,dikeringkan dalam oven,dan ditimbang.Idealnya,akar juga harus dicabut,tetapi akar tersebut sering diabaikan,akibatnya kebanyakan data biomas hanya tumbuhan diatas tanah.
Produktivitas adalah laju perubahan dalam biomas perunit area selama musim pertumbuhan atau dalam satu tahun.Produktivitas dan biomas tidak perlu berkaitan.Hutan tua mempunyai biomas besar tetapi dapat memperlihatkan produktivitas kecil.Sebaliknya lahan dengan biomas yang lebih kecil dapat memperlihatkan produktivitas besar.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1.      Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2.      Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
3.      Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4.      Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5.      Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar. Contoh : Glariosa sp.
6.      Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7.      Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.  Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a.       Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari  1.5 m
b.      Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c.       Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.

A.      Metode-Metode Dalam Pengambilan Sampling Komunitas Vegetasi Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. (Syafei, 1990). Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengambilan sampling komunitas vegetasi, antara lain sebagai berikut :
1.      Metode dengan Petak
a.      Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique)
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak contoh berbentuk lingkaran akan memberikan kesalahan sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan lingkungan/habitat.
Untuk memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran parametemya, petak contoh biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran kuadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi vegetasi secara vertikal (stratifikasi). Dalam hal ini Oosting (1956) menyarankan penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon, 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah (undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba. Tetapi, umtmmya para peneliti di bidang ekologi hutan membedakan potion ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m), pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiame[er < 10 cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat perttunbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang), dan lxl m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah).
Dalam metode kuadrat ini, parameter-parameter vegetasi dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut ini:
Kerapatan                =    Jumlah Individu
                                        Luas Petak Ukur
Kerapatan Relatif   =    Kerapatan satu jenis X 100%
                                           Kerapatan seluruh jenis
Dominasi                 =     Luas penutupan suatu jenis
                                                   Luas petak
Dominasi Relatif     =     Dominasi suatu jenis X 100%
                                               Dominasi seluruh jenis
Frekuensi                 =    Jumlah petak penemuan suatu jenis
                                                 Jumlah seluruh petak
frekuensi Relatif      =    Frekuensi suatu jenis X 100%
                                           Frekuensi seluruh jenis 

                                  i.          Petak Tunggal
Di dalam metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan.







Gambar 4. Suatu petak tunggal dalam analisis vegetasi
Agar data vegetasi hasil survei lebih bersifat informatif, sebaiknya bila waktu dan dana survey memungkinkan, setiap lokasi pohon beserta tajuknya (termasuk pancang, semai, dan tiang) begitu pula pohon yang masih berdiri atau pohon yang roboh dalam petak contoh, dipetakan. Hal ini akan sangat berguna untuk mengetahui pola distribusi setiap jenis vegetasi, proporsi gap, menduga luasan tajuk dari diameter, dan lain-lain.
                           ii.               Petak Ganda
Di dalam metode ini pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata. Peletakan petak contoh sebaiknya secara sistematis.
Gambar  5. Desain petak ganda di lapangan
b.      Metode Jalur
Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi. Jalur - jalur contoh ini harus dibuat memotong garis-garis topografi, misal tegak lurus garis pantai, memotong sungai, dan menaik atau menurun lereng gunung.






Gambar  6.  Desain jalur contoh di lapangan
c.       Metode Garis Berpetak
Metode ini dapat dianggap sebagai modifikasi metode petak ganda atau metode jalur, yakni dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. Gambar 7 memperlihatkan pelaksanaan metode garis berpetak di lapangan.






Gambar  7. Desain metode garis berpetak

d.      Metode Kombinasi antara Metode Jalur dengan Metode Garis Berpetak
Dalam metode ini pengambilan sampling pohon dilakukan dengan metode jalur dan mempermudah dengan metode garis berpetak.










Gambar  8. Desain Kombinasi Metode Jalur dengan Metode Garis Berpetak

2.      Metode garis dan titik
a.         Metode Garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Berikut ini langkah-laangkah melakukan metode garis :
1)   Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau sistematis.
2)   Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
3)   Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
4)   Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
5)   Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
6)   Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar.

b.        Metode Intersepsi Titik 
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001). Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Metode ini juga merupakan  suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Dalam metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini tedapat variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Anonim. 2010).
Berikut ini langkah-langkah melakukan metode intersepsi titik :
1)   Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali raffia.
2)   Menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali  raffia tersebut secara acak atau sistematis.
3)   Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut.
4)   Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.
5)   Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
6)   Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
7)   Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
8)   Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar
Cuplikan berupa garis, untuk vegetasi sangat dipengaruhi oleh komleksitas dari hutan tersebut. Makin sederhana makin pendek garisnya. Pada dasarnya garis sebesar 50 M samapai 100 M berdasarkan pengalaman sudah memperlihatkan hasil yang memadai. Vegetasi semak belukar diperlukan garis sepanjang 5M sampai 10M, dan untuk vegetasi yang sederhana cukup dengan garis sepanjang 1M.  Sistem analisis garis meliputi: Kerapatan, didasarkan pada perhitungan jarak antara individu-individu sejenis yang dilewati garis, atau bila dinyatakan dengan jumlah individu yang terlewati garis.
Dapat dihitung dengan rumus Kerapatan = Jumlah individu suatu jenis
Luas petak ukur Kerapatan relative (%) = Kerapatan suatu jenis x 100
Kerapatan seluruh jenis Kerimbunan, didasarkan pada panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, atau bila dinyatakan dalam prosen dapat dilakuan berdasarkan sperbandingan panjang penutupan garis yang terlewat individu tumbuhan terhadap panjang garis yang dibuat.
Frekuensi, pada dasarnya agak sulit menentukan apabila garis yang dibuat merupakan garis tunggal. Apabila garis itu dibagi dalam beberapa sektor garis maksa perhitungan frekuensi ini dinyatakan dengan kekerapan jenis yang dijumpai dalam sektor – sektor garis tadi. Atau bila garisnya majemuk maka perhitungan tidak berbeda seperti pada metode kuadrat. penting, harga ini didapatkan berdasarkan penjumlahan dari nilai relative dari sejumlah variabel yang telah diukur ( kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relative). Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100%. Dalam tabel. jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harag nilai penting ini yang biasanya dari harga besar kekecil. Dan dua jenis tumbuhan yang terbesar harga nilai pentingnya dapat dipergunakan untuk menentukan penamaan bentuk vegetasi tadi.

3.      Metode tanpa plot(plotless)
a.      Metode transek
Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik digunakan cara jalur atau transek. Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih homogen (Admin, 2008).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/ diselidiki yang bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungannya atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat. Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukan atau beberapa bentukan. Transek dapat juga digunakan untuk studi altitude dan mengetahui perubahan komunitas yang ada. Ukuran dari transek tergantung pada beberapa kondisi. Transek pada komunitas yang kecil penarikan garis menyilang hanya beberapa meter panjangnya. Pada daerah berbatuan transek dapat dibuat beberapa ratus meter panjangnya.
Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih homogen.Terdapat 4 metode transek:
i.      Metode Line Intercept (line transect)
Line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/ dijumpai. Metode transek-kuadrat dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus, kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10 X 10 m, jarak antar kuadrat ditetapkan secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan struktur vegetasi. Selanjutnya, pada setiap kuadrat dilakukan perhitungan jumlah individual (pohon dewasa, pohon remaja, anakan), diameter pohon, dan prediksi tinggi pohon untuk setiap jenis. pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong garis transek ketanah.

ii.    Metode Belt Transect
Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut kepedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek yang umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar transek 200-1000 meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang dikendaki 2 %, dan hutan yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik.
iii.  Metode Strip Sensus
Metode ini sebenarnya sama dengan metode line transect, hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan). Metode strip sensus meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat spesies-spesies yang diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi (indeks kepadatan).
b.      Metode bisect
Yaitu gambar berskala vegetasi dalam line strip,ide ini dipakai untuk hutan tropis semua tumbuhan dalam strip kira-kira panjangnya 60 m dan lebar 9 m.dan hal membuat gambar terlihat seakurat mungkin.bagi mereka yang tidak pintar menggambar dengan baik,bisect dapat digambar dalam bentuk sangat diagramatik dengan memakai simbol.Keempat metode tadi dapat merekam cover sebagai fungsi tinggi  diatas tanah,jika sampling dikerjakan secermat mungkin.
c.       System analisis
Titik-titik yang telah dibuat dan disebarkan secara acak atau sistematis merupakan pusat-pusat dari suaatu daerah pengamatan secara abstrak menjadi empat sector pengamatan sesuai dengan arah mata  angin. Empat sektor tersebut antar lain :
·         Daerah I             : dibatasi oleh arah Barat-Utara
·         Daerah II            : dibatasi oleh arah Utara-Timur
·         Daerah III           : dibatasi oleh arah Timur-Selatan
·         Daerah IV           : dibatasi oleh arah Selatan-Barat        

4.      Metode Jarak    
Metode jarak tidak menggunakan kuadrat,garis,atau point frame,hanya menghitung jarak(dari titik acak  ke tumbuhan terdekat atau dari tumbuhan ke tumbuhan).Jarak rata-rata,dikalikan dengan faktor koreksi yang ditentukan secara empiris,kemudian akan menjadi densitas.Metode jarak dasar dikembangkan oleh Grant Cottam dn John Curtis dan di ujikan dan presice pada peta vegetasi hutan nyata maupun buatan.
Metode jarak dapat menentukan 3 parameter, yakni frekuensi densitas dan dominansi. Jumlah individu dalam suatu area dapat ditentukan dengan mengukur jarak antara individu tumbuhan dengan titik sampling. Metode ini telah digunakan dengan tipe tumbuhan yang berbeda terutama pada pohon Ada beberapa metode jarak yang dikenal yaitu:
a.       Metode individu terdekat  (Nearest Indivvidual Method) adalah pengukuran dilakukan terhadap jarak antara pohon terdekat dengan titik sampling, titik sampling ditentukan secara acak. 
b.      Metode pasangan acak (Random Pairs Method) adalah pengukuran dilakukan terhadap jarak dari individu yang terdekat dengan titik sampling dengan pohon lain yang terdekat pada sisi lain oleh adanya garis pembagi yang melalui titik sampling. Faktor koreksi dalam densitas adalah 0,8. 
c.       Metode tetangga terdekat (Nearest Neighbour Method) adalah dari titik sampling dicari pohon terdekat, pengukuran dilakukan dari pohon tersebut dengan pohon tetangga terdekat. Faktor koreksi densitas adalah 1,67.
d.      Metode Point Centered Quarter adalah pengukuran jarak dilakukan dari titik sampling ke pohon terdekat dalam  tiap kuadrat. Faktor korekasi densitas adalah Untuk memudahkan proses analisis data, sebaiknya dibuat tally sheet yang memuat kerapatan, cover, diameter atau basal area dari setiap jenis dalam setiap kuadrat petak dan dibuat juga tally sheet yang memuat data parameter vegetasi yang diukur keseluruhan untuk semai data kerapatan setiap jenis langsung dicatat karena biasanya diameter individu semai tidak diukur dan untuk vegetasi tingkat bawah seperti rumput, herba dan semak belukar, data kelindungan (coverage) langsung diduga (diukur) pada waktu survey lapangan
 




                                                                  COMPAS LINE





Gambar 1. Metode point centered quarter (Mueller – Dombois dan Eilenberg, 1974)
Metode jarak yang paling umum digunakan adalah metode point centered quarter. Pengukuran jarak dilakukan dari titik sapling ke pohon terdekat dalam tiap kuarter (kuadrat). Dengan demikian setiap titik sapling dihasilkan empat pengukuran (gambar 1). Selain itu juga dilakukan pengukuran diameter pohon dari keempat pohon yang diamati tersebut, digunakan untuk mengetahui basal area suatu spesies.

























BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Frekuensi adalah nilai besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis didalam komunitasnya.
2.      Dominansi adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh , berapa luas areal yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau kemampuan suatu jenis tumbuhan untuk bersaing tehadap jenis lainnya.
3.      Biomas adalah berat vegetasi per unit area.
4.      Produktivitas adalah laju perubahan dalam biomas perunit area selama musim pertumbuhan atau dalam satu tahun.
5.      Metode-metode yang dapat digunakan dalam pengambilan sampling komunitas vegetasi antara lain adalah metode petak, metode garis dan titik, metode tanpa plot, dan metode jarak.

B.     Saran
Diharapkan agar para pembaca dapat membaca referensi lain berkaitan dengan metode pengambilan sampling komunitas vegetasi.










DAFTAR PUSTAKA

Lumowa, Sonja. 2011. Diktat Ekologi Tumbuhan. Samarinda: Universitas Mulawarman
Soerianegara, I  dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor,  Bogor.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar