BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi,
tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan
vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi
hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan
keadaan habitatnya. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan
dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan:
1. Mempelajari
tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya.
2. Mempelajari
tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis
vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon
hutan, padang rumput atau alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Dari
segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random sampling”
hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya
padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian
ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan “purposive
sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Karena titik berat
analisis vegetasi terletak pada komposisi spesies, maka dalam menetapkan
besarnya atau banyaknya petak-petak sampling perlu digunakan suatu kurva
(lengkung) spesiesnya. Kurva spesies tersebut diperlukan untuk:
1. Luas
atau besar minimum suatu petak yang dapat mewakili tegakan.
2. Jumlah
minimal petak-petak sampling kecil yang diperlukan agar hasilnya mewakili
tegakan.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan frekuensi?
2.
Apa yang dimaksud dengan dominansi?
3.
Apa yang dimaksud dengan biomass?
4.
Apa yang dimaksud dengan produktivitas?
5.
Apa saja metode yang digunakan dalam
pengambilan sampling komunitas vegetasi?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian frekuensi.
2.
Untuk mengetahui pengertian dominansi.
3.
Untuk mengetahui pengertian biomass.
4.
Untuk mengetahui produktivitas.
5.
Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan
dalam pengambilan sampling komunitas vegetasi.
D. Manfaat
Manfaat dari
penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi bagi para pembaca bagi
mahasiswa dalam pemahaman mata kuliah ekologi tumbuhan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Frekuensi adalah nilai besaran yang
menyatakan derajat penyebaran jenis didalam komunitasnya. Angka ini diperoleh
dengan melihat perbandingan jumlah dari petak-petak yang diduduki suatu jenis
terhadap keseluruhan petak yang diambil sebagai petak contoh di dalam melakukan
analisis vegetasi. Frekuensi dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti luas
petak contoh, penyebaran tumbuhan dan ukuran jenis tumbuhan.
Frekuensi relatif adalah frekuensi
satu spesies sebagai presentase frekuensi total tumbuhan. Densitas(kerapatan)
adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu
misalnya 100/HA.
Dominansi adalah besaran yang
digunakan untuk menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh , berapa
luas areal yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau kemampuan suatu jenis
tumbuhan untuk bersaing tehadap jenis lainnya. Dalam pengukuran dominansi dapat
digunakan proses kelindungan ( penutup tajuk ), luas basah area , biomassa,
atau volume.
Kerapatan = Jumlah Individu
Luas Petak Ukur
Kerapatan
Relatif = Kerapatan satu jenis X 100%
Kerapatan seluruh jenis
Dominasi = Luas penutupan suatu jenis
Luas petak
Dominasi Relatif =
Dominasi suatu jenis X 100%
Dominasi seluruh jenis
Frekuensi = Jumlah petak penemuan suatu jenis
Jumlah seluruh petak
Frekuensi Relatif =
Frekuensi suatu jenis X 100%
Frekuensi seluruh jenis
Biomas adalah berat vegetasi per
unit area.Dominansi atau importance berbagai spesies dapat dinyatakan sebagai
persentase total biomas.Untuk kuadran kecil dalam vegetasi herba,biomas dapat
diukur dengan memotong semua bagian diatas tanah,dikeringkan dalam oven,dan
ditimbang.Idealnya,akar juga harus dicabut,tetapi akar tersebut sering
diabaikan,akibatnya kebanyakan data biomas hanya tumbuhan diatas tanah.
Produktivitas adalah laju perubahan
dalam biomas perunit area selama musim pertumbuhan atau dalam satu
tahun.Produktivitas dan biomas tidak perlu berkaitan.Hutan tua mempunyai biomas
besar tetapi dapat memperlihatkan produktivitas kecil.Sebaliknya lahan dengan
biomas yang lebih kecil dapat memperlihatkan produktivitas besar.
Jika berbicara mengenai
vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri
dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen
tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1.
Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki
kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak
subtangkai.
2.
Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup
dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup
sebagai parasit atau hemi-parasit.
3.
Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa
bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana
pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4.
Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya
menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama.
Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5.
Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti
kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat
untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar. Contoh : Glariosa
sp.
6.
Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat
ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus,
biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan
memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7.
Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki
kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran
diameter lebih dari 20 cm. Untuk tingkat
pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a. Semai
(Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m
b. Pancang
(Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari
10 cm.
c. Tiang
(Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
A. Metode-Metode Dalam Pengambilan Sampling Komunitas
Vegetasi Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai
metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam
mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu
metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam
bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai
kendala yang ada. (Syafei, 1990). Ada
beberapa metode yang digunakan dalam pengambilan sampling komunitas vegetasi,
antara lain sebagai berikut :
1. Metode
dengan Petak
a. Teknik
Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique)
Teknik sampling kuadrat ini
merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe
komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa
berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan
informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen.
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan
efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak
contoh berbentuk lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat
dilakukan secara mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak.
Selain itu, petak contoh berbentuk lingkaran akan memberikan kesalahan sampling
yang lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena perbandingan panjang
tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi,
petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat.
Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan
bahwa petak bentuk segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih
akurat dibanding petak berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama
bila sumbu panjang dari petak tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan
lingkungan/habitat.
Untuk memudahkan perisalahan
vegetasi dan pengukuran parametemya, petak contoh biasanya dibagi-bagi ke dalam
kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran kuadrat-kuadrat tersebut
disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi vegetasi
secara vertikal (stratifikasi). Dalam hal ini Oosting (1956) menyarankan
penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon, 4 x 4 m untuk
lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah (undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x
1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba. Tetapi, umtmmya para peneliti di bidang
ekologi hutan membedakan potion ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu:
semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m), pancang
(permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiame[er < 10 cm),
tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan pohon dewasa (diameter > 20
cm). Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan
tingkat perttunbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10
m (tiang), 5 x 5 m (pancang), dan lxl m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan
bawah).
Dalam metode kuadrat ini,
parameter-parameter vegetasi dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut ini:
Kerapatan = Jumlah Individu
Luas
Petak Ukur
Kerapatan
Relatif = Kerapatan satu jenis X 100%
Kerapatan seluruh jenis
Dominasi = Luas penutupan suatu jenis
Luas petak
Dominasi
Relatif = Dominasi suatu jenis X 100%
Dominasi seluruh jenis
Frekuensi = Jumlah petak penemuan suatu jenis
Jumlah seluruh petak
frekuensi
Relatif = Frekuensi suatu jenis X 100%
Frekuensi seluruh jenis
i.
Petak Tunggal
Di dalam metode ini dibuat satu petak sampling dengan
ukuran tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan.
Gambar 4. Suatu petak tunggal dalam
analisis vegetasi
Agar data vegetasi hasil survei lebih bersifat
informatif, sebaiknya bila waktu dan dana survey memungkinkan, setiap lokasi
pohon beserta tajuknya (termasuk pancang, semai, dan tiang) begitu pula pohon
yang masih berdiri atau pohon yang roboh dalam petak contoh, dipetakan. Hal ini
akan sangat berguna untuk mengetahui pola distribusi setiap jenis vegetasi,
proporsi gap, menduga luasan tajuk dari diameter, dan lain-lain.
ii.
Petak Ganda
Di dalam metode ini pengambilan contoh vegetasi
dilakukan dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata.
Peletakan petak contoh sebaiknya secara sistematis.
Gambar
5. Desain petak ganda di lapangan
b. Metode Jalur
Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan
keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi. Jalur - jalur
contoh ini harus dibuat memotong garis-garis topografi, misal tegak lurus garis
pantai, memotong sungai, dan menaik atau menurun lereng gunung.
Gambar
6. Desain jalur contoh di lapangan
c. Metode Garis
Berpetak
Metode ini dapat dianggap sebagai modifikasi metode
petak ganda atau metode jalur, yakni dengan cara melompati satu atau lebih
petak-petak dalam jalur sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak
pada jarak tertentu yang sama. Gambar 7 memperlihatkan pelaksanaan metode garis
berpetak di lapangan.
Gambar 7. Desain metode garis
berpetak
d. Metode Kombinasi antara Metode Jalur dengan Metode
Garis Berpetak
Dalam metode ini pengambilan sampling pohon dilakukan
dengan metode jalur dan mempermudah dengan metode garis berpetak.
Gambar
8. Desain Kombinasi Metode Jalur dengan Metode Garis Berpetak
2. Metode garis dan titik
a.
Metode
Garis
Metode garis merupakan suatu metode
yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi
hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini,
apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk
hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan
untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila
metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang
digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini, sistem
analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang
selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk
memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu
sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase
perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan
terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan
kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman,
2001).
Kelimpahan setiap spesies individu
atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total
spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran
yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang
merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi
yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat
penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Berikut ini langkah-laangkah
melakukan metode garis :
1) Menyebarkan
10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau sistematis.
2) Melakukan
analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi.
3) Melakukan
perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan.
4) Melanjutkan
perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
5) Menyusun
harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan
bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
6) Memberi
nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki
nilai penting terbesar.
b.
Metode
Intersepsi Titik
Metode
intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan
cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya
satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang
diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini
variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi
(Rohman, 2001). Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk
hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Metode ini juga merupakan suatu
metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Dalam metode
ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar
terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai
titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini tedapat variable-variabel
yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Anonim. 2010).
Berikut
ini langkah-langkah melakukan metode intersepsi titik :
1) Membuat
10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali raffia.
2) Menancapkan
kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia
tersebut secara acak atau sistematis.
3) Melakukan
analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut.
4) Melakukan
10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik.
5) Melakukan
perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan.
6) Melanjutkan
perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
7) Menyusun
harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan
bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
8) Memberi
nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki
nilai penting terbesar
Cuplikan berupa garis, untuk vegetasi
sangat dipengaruhi oleh komleksitas dari hutan tersebut. Makin sederhana makin
pendek garisnya. Pada dasarnya garis sebesar 50 M samapai 100 M berdasarkan
pengalaman sudah memperlihatkan hasil yang memadai. Vegetasi semak belukar
diperlukan garis sepanjang 5M sampai 10M, dan untuk vegetasi yang sederhana
cukup dengan garis sepanjang 1M. Sistem
analisis garis meliputi: Kerapatan, didasarkan pada perhitungan jarak antara
individu-individu sejenis yang dilewati garis, atau bila dinyatakan dengan
jumlah individu yang terlewati garis.
Dapat dihitung dengan rumus Kerapatan =
Jumlah individu suatu jenis
Luas petak ukur Kerapatan relative (%) = Kerapatan suatu jenis x 100
Kerapatan seluruh jenis Kerimbunan, didasarkan pada panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, atau bila dinyatakan dalam prosen dapat dilakuan berdasarkan sperbandingan panjang penutupan garis yang terlewat individu tumbuhan terhadap panjang garis yang dibuat.
Luas petak ukur Kerapatan relative (%) = Kerapatan suatu jenis x 100
Kerapatan seluruh jenis Kerimbunan, didasarkan pada panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, atau bila dinyatakan dalam prosen dapat dilakuan berdasarkan sperbandingan panjang penutupan garis yang terlewat individu tumbuhan terhadap panjang garis yang dibuat.
Frekuensi, pada dasarnya agak sulit menentukan
apabila garis yang dibuat merupakan garis tunggal. Apabila garis itu dibagi
dalam beberapa sektor garis maksa perhitungan frekuensi ini dinyatakan dengan
kekerapan jenis yang dijumpai dalam sektor – sektor garis tadi. Atau bila
garisnya majemuk maka perhitungan tidak berbeda seperti pada metode kuadrat.
penting, harga ini didapatkan berdasarkan penjumlahan dari nilai relative dari
sejumlah variabel yang telah diukur ( kerapatan relative, kerimbunan relative,
dan frekuensi relative). Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan
antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total
dari variabel itu untuk suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu
untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100%. Dalam tabel. jenis-jenis
tumbuhan disusun berdasarkan urutan harag nilai penting ini yang biasanya dari
harga besar kekecil. Dan dua jenis tumbuhan yang terbesar harga nilai
pentingnya dapat dipergunakan untuk menentukan penamaan bentuk vegetasi tadi.
3. Metode tanpa plot(plotless)
a.
Metode
transek
Untuk
mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan
sebelumnya paling baik digunakan cara jalur atau transek. Metode transek biasa
digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan
lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih homogen (Admin, 2008).
Transek
adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/ diselidiki yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan
lingkungannya atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan
secara cepat. Menurut Oosting
(1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling yang ditarik
menyilang pada sebuah bentukan atau beberapa bentukan. Transek dapat juga
digunakan untuk studi altitude dan mengetahui perubahan komunitas yang ada.
Ukuran dari transek tergantung pada beberapa kondisi. Transek pada komunitas
yang kecil penarikan garis menyilang hanya beberapa meter panjangnya. Pada
daerah berbatuan transek dapat dibuat beberapa ratus meter panjangnya.
Metode
transek biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih
homogen.Terdapat 4 metode
transek:
i.
Metode Line Intercept (line transect)
Line
intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang
rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis
transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis
transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen
yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. Dalam metode ini garis-garis merupakan
petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan
berapa kali terdapat/ dijumpai. Metode transek-kuadrat dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus,
kemudian di atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10 X 10 m, jarak
antar kuadrat ditetapkan secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan
struktur vegetasi. Selanjutnya, pada setiap kuadrat dilakukan perhitungan
jumlah individual (pohon dewasa, pohon remaja, anakan), diameter pohon, dan
prediksi tinggi pohon untuk setiap jenis. pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut.
Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan semua spesies
tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah
memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong
garis transek ketanah.
ii.
Metode Belt Transect
Metode ini
biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum
diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari
perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan elevasi.
Transek dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut kepedalaman,
memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek yang
umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar transek 200-1000
meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Untuk kelompok hutan yang
luasnya 10.000 ha, intensitas yang dikendaki 2 %, dan hutan yang luasnya 1.000
ha intensitasnya 10 %. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m
digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya
pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik.
iii. Metode Strip
Sensus
Metode ini
sebenarnya sama dengan metode line transect, hanya saja penerapannya untuk
mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan). Metode strip sensus
meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat spesies-spesies yang
diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks
populasi (indeks kepadatan).
b.
Metode
bisect
Yaitu gambar berskala vegetasi dalam line strip,ide
ini dipakai untuk hutan tropis semua tumbuhan dalam strip kira-kira panjangnya
60 m dan lebar 9 m.dan hal membuat gambar terlihat seakurat mungkin.bagi mereka
yang tidak pintar menggambar dengan baik,bisect dapat digambar dalam bentuk
sangat diagramatik dengan memakai simbol.Keempat metode tadi dapat merekam
cover sebagai fungsi tinggi diatas
tanah,jika sampling dikerjakan secermat mungkin.
c. System
analisis
Titik-titik yang telah dibuat dan disebarkan secara
acak atau sistematis merupakan pusat-pusat dari suaatu daerah pengamatan secara
abstrak menjadi empat sector pengamatan sesuai dengan arah mata angin.
Empat sektor tersebut antar lain :
·
Daerah I
: dibatasi
oleh arah Barat-Utara
·
Daerah
II : dibatasi
oleh arah Utara-Timur
·
Daerah III
: dibatasi oleh arah
Timur-Selatan
·
Daerah IV
: dibatasi
oleh arah Selatan-Barat
4.
Metode Jarak
Metode jarak
tidak menggunakan kuadrat,garis,atau point frame,hanya menghitung jarak(dari
titik acak ke tumbuhan terdekat atau
dari tumbuhan ke tumbuhan).Jarak rata-rata,dikalikan dengan faktor koreksi yang
ditentukan secara empiris,kemudian akan menjadi densitas.Metode jarak dasar
dikembangkan oleh Grant Cottam dn John Curtis dan di ujikan dan presice pada
peta vegetasi hutan nyata maupun buatan.
Metode
jarak dapat menentukan 3 parameter, yakni frekuensi densitas dan dominansi.
Jumlah individu dalam suatu area dapat ditentukan dengan mengukur jarak antara
individu tumbuhan dengan titik sampling. Metode ini telah digunakan dengan tipe
tumbuhan yang berbeda terutama pada pohon Ada beberapa metode jarak yang
dikenal yaitu:
a. Metode
individu terdekat (Nearest Indivvidual Method) adalah pengukuran
dilakukan terhadap jarak antara pohon terdekat dengan titik sampling, titik
sampling ditentukan secara acak.
b.
Metode pasangan acak (Random Pairs
Method) adalah pengukuran dilakukan terhadap jarak dari individu yang
terdekat dengan titik sampling dengan pohon lain yang terdekat pada sisi lain
oleh adanya garis pembagi yang melalui titik sampling. Faktor koreksi dalam
densitas adalah 0,8.
c.
Metode tetangga terdekat (Nearest
Neighbour Method) adalah dari titik sampling dicari pohon terdekat,
pengukuran dilakukan dari pohon tersebut dengan pohon tetangga terdekat. Faktor
koreksi densitas adalah 1,67.
d.
Metode Point Centered Quarter adalah
pengukuran jarak dilakukan dari titik sampling ke pohon terdekat dalam
tiap kuadrat. Faktor korekasi densitas adalah Untuk memudahkan proses analisis
data, sebaiknya dibuat tally sheet yang memuat kerapatan, cover,
diameter atau basal area dari setiap jenis dalam setiap kuadrat petak dan
dibuat juga tally sheet yang memuat data parameter vegetasi yang diukur
keseluruhan untuk semai data kerapatan setiap jenis langsung dicatat karena
biasanya diameter individu semai tidak diukur dan untuk vegetasi tingkat bawah
seperti rumput, herba dan semak belukar, data kelindungan (coverage)
langsung diduga (diukur) pada waktu survey lapangan
COMPAS LINE
Gambar 1. Metode point centered quarter
(Mueller – Dombois dan Eilenberg, 1974)
Metode jarak yang
paling umum digunakan adalah metode point centered quarter. Pengukuran jarak
dilakukan dari titik sapling ke pohon terdekat dalam tiap kuarter (kuadrat).
Dengan demikian setiap titik sapling dihasilkan empat pengukuran (gambar 1).
Selain itu juga dilakukan pengukuran diameter pohon dari keempat pohon yang
diamati tersebut, digunakan untuk mengetahui basal area suatu spesies.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Frekuensi adalah nilai besaran yang menyatakan derajat
penyebaran jenis didalam komunitasnya.
2.
Dominansi adalah besaran yang digunakan untuk
menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh , berapa luas areal yang
ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau kemampuan suatu jenis tumbuhan untuk
bersaing tehadap jenis lainnya.
3.
Biomas adalah berat vegetasi per unit area.
4. Produktivitas
adalah laju perubahan dalam biomas perunit area selama musim pertumbuhan atau
dalam satu tahun.
5.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam
pengambilan sampling komunitas vegetasi antara lain adalah metode petak, metode
garis dan titik, metode tanpa plot, dan metode jarak.
B. Saran
Diharapkan agar para pembaca dapat membaca referensi
lain berkaitan dengan metode pengambilan sampling komunitas vegetasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Lumowa, Sonja. 2011. Diktat Ekologi Tumbuhan. Samarinda:
Universitas Mulawarman
Soerianegara,
I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar