BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke
dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan
manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun akibat penggunaan pestisida).
Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang disebabkan perbuatan manusia yang sulit untuk dicegah,
Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari, Yang dapat dilakukan
adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan.
Dengan meningkatnya pembangunan nasional
dan juga terjadinya peningkatan industrialisasi diperlukan
saran-sarana yang mendukung lancarnya proses industrialisasi tersebut, yaitu dengan meningkatkan
sektor pertanian, kondisi pertanian di Indonesia di masa mendatang
banyak yang akan diarahkan untuk kepentingan agroindustri. Salah
satu bentuknya akan mengarah pada pola pertanian yang makin monokultur,
baik itu pada pertanian darat maupun akuakultur.
Dengan kondisi
tersebut, maka berbagai jenis penyakit yang tidak dikenal atau menjadi
masalah sebelumnya akan menjadi kendala bagi peningkatan hasil berbagai
komoditi agroindustri. Peningkatan sektor pertanian
memerlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat dicapai
hasil yang memuaskan dan terutama dalam hal
mencukupi kebutuhan nasional dalam bidang pangan/sandang dan meningkatkan
perekonomian nasional dengan mengekspor hasil ke
luar negeri.
Sarana-sarana yang mendukung peningkatan
hasil di bidang pertanian ini adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia
yang termasuk di dalamnya adalah pestisida.
Beberapa negara berkembang telah mengurangi penggunaan dari bahan-bahan kimia pertanian
karena merupakan salah satu penyebab utama dari pencemaran lingkungan. Pencemaran
lingkungan terutama lingkungan pertanian disebabkan oleh
penggunaan bahan-bahan kimia pertanian. Telah dapat dibuktikan secara
nyata bahwa bahan-bahan kimia pertanian dalam hal ini pestisida, meningkatkan
produksi pertanian dan membuat pertanian lebih efisien
dan ekonomi.
Pencemaran oleh pestisida tidak saja
pada lingkungan pertanian namun dapat membahayakan
kehidupan manusia dan hewan dimana residu
pestisida terakumulasi pada produk-produk pertanian dan pada perairan.Bagaimana
cara untuk meningkatkan produksi pertanian disamping juga menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat
penggunaan pestisida yang dapat mengganggu stabilitas lingkungan pertanian.
Untuk itu perlu diketahui peranan dan pengaruh serta penggunaan yang
aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat menggantikan
peranan pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan
hama, penyakit dan gulma.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan pestisida?
2.
Bagaimnakah dampak negatif dari penggunaan pestisida?
3. Apa saja yang dilakukan masyarakat dalam
upaya mengatasi dampak dari penggunaan pestisida
terhadap kerusakan lingkungan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apa sebenarnya pestisida itu sendiri
2.
Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari penggunaan pestisida
3.
Untuk menjelaskan bagaimana cara menangani penggunaan pestisida yang benar
agar tidak merusak lingkungan.
D. Manfaat Penulisan
Sejalan
dengan tujuan penulisan makalah tersebut maka ada beberapa kegunaan dan manfaat
baik untuk penulis itu sendiri maupun pihak lain, adapun manfaat dan kegunaan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
a).
Hasil dari penulisan makalah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan
bahan pertimbangan bagi semua pihak atau
pembaca.
b).
Diharapkan bagi masyarakat terutama bagi petani bisa memanfaatkan informasi
yang terdapat dalam makalah ini tentang penggunaan pestisida dan dampaknya
dapat merusak lingkungan.
2. Kegunaan Praktis
a).
Mengembangkan dan meningkatkan wawasan bagi penulis seputar bidang yang ditekuni.
b).
Meningkatkan daya pikir penulis guna pembentukan wacana berpikir secara
terhadap gejala teoritis dan empiris yang berkembang dewasa ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Pestisida
Pestisida
adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan/pertumbuhan
dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan pestisida akan terjadi
penurunan hasil pertanian.Pestisida secara umum digolongkan kepada jenis
organisme yangakan dikendalikan populasinya. Insektisida, herbisida, fungsida
dannematosida digunakan untuk mengendalikan hama,gulma, jamur tanaman yang patogen dan
nematoda.
Jenis pestisida yang lain digunakan untuk mengendalikan hama dari
tikus dan siput .Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida dapat dikelompokkan atas dua
golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan pengaruh terhadap
lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk
organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu
yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai
makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin.
Pestisida kelompok organofosfat adalah
pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya
Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin,
Gophacide, dan lain-lain.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana
untuk membunuh
jasad pengganggu tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu, pestisida
berperan sebagai salah satu komponen pengendalian, yang mana harus sejalan
dengan komponen pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama
tertentu, mudah terurai dan aman bagi lingkungan
sekitarnya.
Penerapan usaha intensifikasi pertanian yang menerapkan berbagai
teknologi, seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan pengairan,
pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa perubahan pada
ekosistem yang sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad penganggu. Cara lain untuk mengatasi jasad penganggu selain
menggunakan pestisida kadang-kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga
yang besar dan hanya dapat dilakukan pada kondisi tertentu.
Sampai saat ini hanya pestisida yang mampu melawan
jasad penganggu
dan berperan besar dalam menyelamatkan
kehilangan hasil Informasi
yang terperinci tentang tingkat keracunan, keberadaandalam tanah,
jalan pengangkutan yang lebih dominan dari berbagai herbisida, insektisida
dan fungisida hendaknya diketahui. Kondisi cuaca penting diperhatikan
pada saat pengaplikasian.
Di Indonesia, pestisida yang paling dominan banyak
digunakan sejak tahun 1950an sampai akhir tahun 1960an adalah pestisida dari golongan hidrokarbon berklor
seperti DDT, endrin, aldrin, dieldrin, heptaklor dan
gamma BHC. Penggunaan
pestisida-pestisida fosfat organik
seperti paration, OMPA, TEPP pada masa lampau tidak perlu
dikhawatirkan, karena walaupun bahan- bahan ini sangat
beracun (racun akut), akan tetapi pestisida-pestisida tersebut sangat mudah
terurai dan tidak mempunyai efek residu yang menahun.Pada
tanah-tanah pertanian yang menggunakan bahan organik yang tinggi, residu
pestisida akan sangat tinggi karena jenis tanah tersebut
di atas menyerap senyawa golongan hidrokarbon berklor
sehingga persistensinya lebih mantap. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam tanah akan
menghambat proses penguapan pestisida. Kelembaban tanah, kelembaban udara, suhu
tanah dan porositas tanah merupakan salah satu faktor
yang juga menentukan proses penguapan pestisida.Penguapan pestisida terjadi
bersama-sama dengan proses penguapan air.
Residu pestisida yang larut terangkut bersama-sama butiran air keluar dari tanah dengan jalan
penguapan, akan tetapi masih mungkin jatuh kembali ke
tanah bersama debu atau air hujan. Air merupakan medium utama bagi transportasi pestisida. Pestisida dapat menguap karena suhu yang
tinggi dan kembali lagi ke tanah melalui air hujan atau
pengendapan debu.
1.1.Penggolongan Senyawa Kimia Pestisida
Ada banyak penggolongan/jenis-jenis
pestisida yang beredar di pasaran dan senantiasa digunakan baik yang ditujukan
kepada hewan,tumbuhan maupun jazad renik, yang mengendalikan jenis serangga
maupun hewan yang berpotensi sebagai organisme pengganggu tananam (OPT) adalah
insektisida, rodentisida, molusisida, avisida, dan mitisida. Sedangkan yang
mengendalikan jazad renik antara lain bakterisida, fungisida, algisida. Selain
dari pada itu terdapat senyawa kimia yang sifatnya hanya sebagai pengusir
serangga (insect repellent), dan sebaliknya ada pula yang justru menarik
serangga untuk datang (insect attractant)
1.2.Dinamika Pestisida Dalam Lingkungan
Dinamika pestisida dalam ekosistem
lingkungan dikenal istilah residu. Istilah residu tidak sinonim dengan arti
deposit. Deposit ialah bahan kimia pestisida yang terdapat pada suatu permukaan
pada saat segera setelah penyemprotan atau aplikasi pestisida, sedangkan residu
ialah bahan kimia pestisida yang terdapat di atas atau di dalam suatu benda
dengan implikasi penuaan (aging),
perubahan (alteration) atau
kedua-duanya.
Residu dapat hilang atau terurai dan proses ini kadang-kadang berlangsung dengan derajat yang
konstan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ialah penguapan, pencucian, pelapukan
(weathering), degradasi enzimatik dan
translokasi. Dalam jumlah yang sedikit (skala ppm), pestisida dalam tanaman
hilang sama sekali karena proses pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Seperti halnya reaksi-reaksi kimia lain, penghilangan residu
pestisida mengikuti hukum kinetika pertama, yakni derajat/kecepatan
menghilangnya pestisida berhubungan dengan banyaknya pestisida yang diaplikasi
(deposit). Dinamika pestisida di alam akan mengalami dua tahapan reaksi, yakni
proses menghilangnya residu berlangsung cepat (proses desipasi), atau sebaliknya
proses menghilangnya residu berlangsung lambat (proses persistensi). Terjadinya
dua proses ini disebabkan karena deposit dapat diserap dan dipindahkan ke
tempat lain sehingga terhindar dari pengrusakan di tempat semula. Terhindarnya
insektisida yang ditranslokasikan dari proses pengrusakan dimungkinkan oleh
faktor-faktor lingkungan yang kurang merusak sehingga terjadi proses
penyimpanan (residu persisten). Kemungkinan lain adalah pestisida akan bereaksi
dan mengalami degradasi sehingga hilangnya residu berlangsung cepat.
2.
Dampak Negatif
Pestisida Terhadap Lingkungan
Peningkatan kegiatan agroindustri selain
meningkatkan produksi pertanian
juga menghasilkan limbah dari kegiatan tersebut. Penggunaan pestisida, disamping
bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian tapi juga menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan pertanian dan juga terhadap kesehatan
manusia.Dalam penerapan di bidang pertanian,
ternyata tidak semua pestisida mengenai
sasaran. Kurang
lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanah.
Akumulasi residu pestisida tersebut
mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila masuk ke dalam rantai
makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai
penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically
Acquired Deficiency Syndrom) dan sebagainya
Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang
lebih menyukai produk
pertanian yang alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian
tersebut di dapat dengan harga yang lebih mahal dari produk pertanian yang
menggunakan pestisida.Pestisida
yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan
manusia adalah pestisida sintetik, yaitu golongan organoklorin.
Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa
organoklorin lebih
tinggi dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan
tidak mudah terurai Penyemprotan dan pengaplikasian dari bahan-bahan kimia
pertanianselalu berdampingan dengan masalah pencemaran lingkungan sejak bahanbahan kimia tersebut
dipergunakan di lingkungan. Sebagian besar bahanbahan kimia pertanian yang disemprotkan
jatuh ke tanah dan didekomposisi oleh mikroorganisme.
Sebagian menguap dan menyebar di atmosfer dimana akan diuraikan oleh
sinar ultraviolet atau diserap hujan dan jatuh ke tanah Pestisida bergerak dari
lahan pertnaian menuju aliran sungai dan danau yang dibawa oleh
hujan atau penguapan, tertinggal atau larut pada aliran permukaan,
terdapat pada lapisan tanah dan larut bersama dengan aliran air tanah.
Penumpahan yang tidak disengaja atau membuang
bahanbahan kimia
yang berlebihan pada permukaan air akan meningkatkan konsentrasi pestisida
di air. Kualitas air dipengaruhi oleh pestisida berhubungan dengan
keberadaan dan tingkat keracunannya, dimana kemampuannya untuk
diangkut adalah fungsi dari kelarutannya dan kemampuan diserap oleh
partikel-partikel tanah.
Berdasarkan data yang diperoleh di Indonesia kasus
pencemaran oleh pestisida menimbulkan berbagai kerugian. Di Lembang
dan Pengalengan tanah disekitar kebun wortel, tomat, kubis dan buncis telah
tercemar oleh residu organoklorin yang cukup tinggi. Juga telah tercemar
beberapa sungai di Indonesia seperti air sungai Cimanuk dan juga tercemarnya
produk-produk hasil pertanian.
2.1. Terhadap Hewan
Vertebrata
Burung pemangsa tikus Falcon
tininuculus dan Tyto alba banyak yang terkontaminasi oleh pestisida akibat memangsa
tikus yang telah memakan umpan biji-bijian yang dicampur dieldrin, juga kelelawar dari jenis Pipistrellus, Plocetius
dan Myotis
ditemukan banyak mengandung residu organoklorin jenis DDE (± 10,68 ppm), DDT (±
4,62 ppm) dan dieldrin (± 0,29 ppm) dalam organ hatinya.
Di Indonesia, dampak pengaruh samping dari aplikasi DDT dan
metabolit DDE menunjukkan adanya korelasi negatif antara residu DDT pada telur
bebek dan tebalnya kulit telur. Ini menunjukkan bahwa pada saat dilakukan
pengukuran, efek residu pestisida tersebut belum signifikan mencemari bebek yang ada di Indonesia.Pada hewan amfibi seperti kodok,
pencemaran dapat mengubah perilaku dan kelainan morfologi khususnya terhadap
ekor dan moncong.
2.2.Terhadap Hewan
Invertebrata
Pengaruh samping dari pada penggunaan pestisida terhadap hewan
inveterbrata dapat berupa timbulnya pembentukan kekebalan (resistensi)
ataupun resurgensi. Pembentukan kekebalan menurunnya penyerapan, kekebalan
terhadap pengatur pertumbuhan (growth regulator),kekebalan terhadap piretroid, kekebalan
metabolisme terhadap organofosfat dan karbamat serta kekebalan terhadap senyawa
pestisida berklor. Szeics et al. (1973) menemukan bahwa penyerapan insektisida
oleh kulit serangga bertambah sesuai dengan polaritasnya.
Hal ini diamati pada percobaan terhadap Heliothis virescens,
akan tetapi penurunan penyerapan dapat terjadi dan merupakan mekanisnme
kekebalan. Walaupun mekanisme tersebut di atas belum dapat dijelaskan secara
rinci, akan tetapi pengamatan pada larva Heliothis zea yang lebih tua nampak
lebih kebal dari yang muda.Kasus lain ditemukan bahwa fungisida
dengan sodium metan dan formaldehida yang digunakan terhadap permukaan atau
yang diinjeksikan mempunyai pengaruh tajam dan akan membunuh binatang-binatang
tanah yang terkena sampai pada ke dalaman 15 cm.Jenis pestisida yang
paling besar pengaruhnya terhadap musnahnya faunah tanah adalah insektisida di
banding pestisida lain seperti herbisida dan fungisida.Insektisida-insektisida
tersebut yang paling banyak digunakan adalah hidrokarbon berklor dan
organofosfat.
Senyawa hidrokarbon berklor dapat menjadi penyebab
berkurangnya populasi tungau pemangsa colembola sehingga populasi colembola
berkembang, sebaliknya senyawa dari jenis aldrin dan derivatnya pengaruhnya
tidak terlalu significant menurunkan populasi tungau.
2.3.Terhadap
Kehidupan Perairan
Sumber pencemaran perairan oleh pestisida ialah adanya
aliran air dari daerah pertanian terutama selama musim hujan. Pada kadar yang
tinggi pestisida dapat membunuh jazad yang hidup di dalam air.
Pestisida-pestisida yang persistensinya tinggi seperti golongan organoklorin
meskipun dengan kosentrasi rendah dapat masuk dalam rantai makanan dan
mengalamai proses peningkatan kadar (biological
magnification) sampai pada derajat yang mematikan.
Terhadap kehidupan fitoplankton, perlakuan paraquat pada
dosis 1,0 ppm selama 4 jam dapat menurunkan produktivitas 53%, perlakuan diquat
dengan dosis yang sama selang waktu 48 jam menurunkan produktivitas 45%,
sedangkan diuran dengan dosis 1,0 ppm dalam 4 jam menurunkan produktivitas
sampai 87% Daya meracun berbagai pestisida khususnya herbisida terhadap kehidupan
ikan telah banyak diteliti. Misalnya kemampuan meracuni kehidupan ikan, jenis
insektisida nampak lebih kuat dibanding herbisida.Akan tetapi karena pemakaian
herbisida sebagai pengendali gulma intensitas pemakaiannya lebih tinggi, maka
dampak kerusakannya lebih nampak.
2.4.Terhadap
Tumbuhan
Aplikasi pestisida pada kadar rendah
(sublethal) dapat memberi pengaruh resisten terhadap tumbuhan pengganggu., oleh
karena itu penyemprotan yang tak sempurna dapat menimbulkan pengaruh jangka
panjang yang tak terduga. Di samping itu secara tidak langsung penggunaan
pestisida (herbisida) akan merangsang tumbuhan pengganggu lain yang bukan
sasaran justru menjadi dominan. Sebagai
contoh pertumbuhan alang-alang Imperata cylindrica dapat
ditekan dengan penggunaan herbisida, akan tetapi di sisi lain rumput
Mikinia micranta justru akan tumbuh subur dan
merajalela di tempat itu karena persaingannya dengan alang-alang sudah tidak
ada lagi.
2.5.Terhadap
Kesehatan Manusia
Secara umum telah banyak sekali
bukti-bukti yang ditemukan pengaruh samping senyawa kimia pestisida terhadap
kesehatan manusia. Beberapa jenis penyakit yang telah diteliti dapat
diakibatkan oleh pengaruh samping penggunaan senyawa pestisida antara lain
leukemia, myaloma ganda, lymphomas, sarcomas jaringan lunak, kanker prostae,
kanker kulit, kanker perut, melanoma, penyakit otak, penyakit hati, kanker
paru, tumor syaraf dan neoplasma indung telur. Selain dari pada itu, beberapa
senyawa pestisida telah terbukti dapat menjadi faktor "carsinogenic
agent" baik pada hewan dan manusia, yakni tercatat ada 47 jenis bahan
aktif pestisida ditemukan terbukti sebagai carsinogenic agent pada hewan, dan
12 jenis lagi terbuti sebagai carsinogenic agent pada manusia
Fakta
lain ditemukan pula bahwa ternyata tercatat 80 jenis bahan aktif pestisida juga
dapat menjadi penyebab atau
sebagai faktor "mutagenic agent". Lebih jauh ditemukan lagi fakta
bahwa senyawa pestisida juga dapat menjadi penyebab
penyakit peradangan kulit dan penyakit kulit lainnya sebagai akibat timbulnya alergi dan iritasi. Yang dapat menyebabkan alergi pada kulit
tercatat ada 20 jenis bahan aktif sedangkan yang
menyebabkan iritasi tercatat ada 42 jenis bahan aktif
Secara umum, proses peracunan senyawa pestisida dapat
diamatiberdasarkan golongan pestisida
yang dipakai di lapangan. Fenomena ini sering ditemukan pada para pekerja yang
terkait langsung dengan pestisida seperti pekerja pada
lokasi kepabrikan maupun perkerja yang langsung menggunakan
senyawa pestisida tersebut terhadap organisme target.
Pada golongan pestisida yang mempunyai bahan aktif dari klor organik seperti
endrin, aldrin, endosulfan, dieldrin, lindane(gamma BHC)
dan DDT, gejala keracunan yang dapat ditimbulkan dapat berupa mual, sakit
kepala dan tak dapat berkosentrasi. Pada dosis tinggi dapat
terjadi kejang-kejang, muntah dan dapat terjadi hambatan
pernafasan. Hal ini disebabkan kerena senyawa klor organik mempengaruhi susunan syaraf pusat terutama otak.
Pada senyawa fosfat organik, gejala yang timbul dapat
berupa sakit kepala, pusing, lemah, pupil mengecil, gangguan penglihatan, sesak nafas, mual, muntal,
kejang pada perut, diare, sesak dada dan detak jantung
menurun. Senyawa ini menghambat aktivitas enzim kolonestrasi dalam tubuh penderita. Pada karbamat, gejala keracunannya hampir tak
terlihat jelas, proses kerjanya juga menghambat enzim
kolinestrase dalam tubuh, tetapi reaksinya reversible dan lebih banyak bekerja
pada jaringan bukan dalam plasma darah. Yang masuk kategori
senyawa itu adalah aldikarb, carbofuran, metomil,
propoksur dan karbaril (Anonim, 1984)
3. Upaya
Penanggulangan Pencemaran Pestisida
Pencemaran dari residu pestisida sangat membahayakan
bagi lingkungan
dan kesehatan,
sehingga pelu adanya pengendalian dan pembatasan dari penggunaan pestisida
tersebut serta mengurangi pencemaran
yang diakibatkan oleh residu pestisida. Kebijakan global
pembatasan penggunaan pestisida sintetik yang mengarah pada
pemasyarakatan teknologi bersih (clean technology) yaitu pembatasan penggunaan pestisida
sintetik untuk penanganan produk-produk pertanian terutama
komoditi andalan untuk eksport.Dalam
hal ini
berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi dampak negatif pestisida dan mencegah pencemaran
lebih berlanjut lagi.
3.1.Peraturan dan
Pengarahan Kepada Para Pengguna
Peraturan dan cara-cara penggunaan pestisida dan
pengarahan kepada
para pengguna perlu dilakukan, karena banyak dari pada pengguna yang tidak mengetahui
bahaya dan
dampak negatif pestisida terutama bila digunakan pada konsentrasi yang tinggi,
waktu penggunaan dan jenis pestisida
yang digunakan. Kesalahan dalam pemakaian dan pengguna pestisida akan
menyebabkan pembuangan residu pestisida yang tinggi pada lingkungan pertanian
sehingga akan menganggu keseimbangan lingkungan dan mungkin organisme
yang akan dikendalikan menjadi resisten dan bertambah jumlah
populasinya.
Untuk melindungi keselamatan manusia dan
sumber-sumber kekayaan
alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka
peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan .Pemerintah No.7 Tahun 1973,Standar keamanan untuk pengaplikasian
pestisida dan pengarahan untuk
penggunaan yang aman dari pestisida, seperti cara pelarutan, jumlah (konsentrasi),
frekuensi dan periode dari aplikasi, ditentukan oleh aturan untuk meyakinkan bahwa
tingkat residu tidak melebihi dari standar yang telah ditetapkan.
Keamanan dari produk-produk pertanian dapat dijamin
bila bahan-bahan
kimia pertanian diaplikasikan berdasarkan standar keamanan untuk pengaplikasian
pestisida,Mengarakan
kursus-kursus kepada para pengguna pada penggunaan yang aman dari pestisida,
dengan penggunaan yang bijaksana
dari pestisida yang
akan menghasilkan perbaikan dalam produksi dan kualitas pertanian tanpa meninggalkan
dampak negatif pada lingkungan. Kursus kursus ini dapat diadakan oleh
organisasi industri-industri bahan-bahan kimia pertanian.Setiap kemasan dari
bahan-bahan kimia pertanian harus lengkapi/menggunakan
keterangan perlindungan bagi keamanan pengguna.
Jenis dan tingkat
perlindungan berbeda tergantung pada tingkat keracunan dari
masing-masing bahan kimia pertanian. Penyimpanan yang tepat dari bahan-bahan
kimia pertanian dan keterangan mengenai pelepasan dari bahan kimia
pertanian ke lingkungan termasuk tingkat yang dapat meracuni dan
digambarkan pada label dari kemasan tersebut. Dengan memperhatikan
keterangan-keterangan ini, keamanan para pengguna, keamanan dari pangan,
keamanan dari konsumen pangan dan keamanan lingkungan dapat diwujudkan.
3.2.Penelitian yang
Mendukung Kepada Usaha Pelestarian Lingkungan
Kebijakan global pembatasan penggunaan pestisida
sintetik, dapat menjadi
kendala di dalam meningkatkan eksport komoditi pertanian, disamping juga semakin
ketatnya peraturan mengenai keamanan lingkungan serta banyaknya
kelemahan dalam pemakaian bahan kimia dan antibiotika untuk proteksi
pertanian (tanaman dan hewan)
Salah satu usaha dalam mengatasi limbah yang
disebabkan perkembangan
teknologi dan peningkatan proses industrialisasi yaitu dengan cara menerapkan
teknologi yang sejalan dengan proses-proses alamiah dengan adanya
siklus-siklus tertutup tanpa membebani lingkungan.
Ekoteknologi merupakan salah satu
cara untuk mengatasi problem lingkungan yaitu teknologi yang
memerlukan energi yang kecil dan menghasilkan buangan sekecil mungkin
(yang mampu diterima oleh lingkungan) atau bahkan tanpa buangan
sama sekali. Beberapa
contoh produk pestisida masa depan yang ramah lingkungan adalah daya
mobilitas di tanah yang rendah, aktivitas unit yang tinggi, jangka waktu
yang pendek, tidak menguap, mudah didekomposisi oleh mikroorganisme
tanah, tingkat keracunan yang rendah pada hewan, perairan dan kehidupan
di sekitarnya dan tingkat kerusakan produk yang rendah yang tidak
membahayakan lingkungan.
Penelitian pada pengendalian hama yang ramah
lingkungan yaitu melalui rekayasa genetik dengan membuat tanaman-tanaman
yang resisten terhadap hama melalui pengetahuan bioteknologi. Penelitian
juga dilakukan pada perumusan bahan-bahan kimia yang ditujukan
untuk memperbaiki
keamanan dan lebih mengefektifkan
kegunaan dari bahan-bahan kimia pertanian.
3.3.Pengendalian
Hayati/Biologi
Peningkatan pembangunan pertanian diarahkan pada
sistem pertanian berkelanjutan,
dimana makna dari “berkelanjutan” adalah mengelola sumber daya yang ada
sehingga dapat digunakan secara berkesinambungan serta meminimalisasi
dampak negatif yang timbul. Dengan adanya pertanian
berkelanjutan, maka penggunaan pestisida dapat secara teliti dan bertanggung jawab.
Dalam pertanian berkelanjutan, petani harus belajar
dan meninggalkan
metode produksi yang memakai banyak bahan kimia. Memakai cara rotasi
tanam, menanam kacangan dan rumput untuk mengisi persediaan, merawat
tanah dengan pupuk dan kompos, serta mendaur ulang bahan organik.
Pendekatan ini akan melindungi tanah dan mencegah pencemaran dan
pencucian pupuk/bahan kimia dari tanah ke aliran sungai.
Dengan semakin ketatnya peraturan pemakaian bahan
kimia, pengendalian
hayati atau biokontrol merupakan salah satu strategi untuk mengatasi dampak pencemaran
lingkungan akibat pemakaian bahan kimia untuk proteksi
pertanian. Pengendalian
suatu penyakit melalui biokontrol membutuhkan pengetahuan yang rinci mengenai
interaksi patogen inang dan antara patogen dengan mikroba-mikroba
sekitarnya.
Pengetahuan ini sangat penting karena prinsip biokontrol adalah
pengendalian dan bukan pemberantasan patogen.Keberhasilan suatu biokontrol
ditentukan oleh kemampuan hidup agen biokontrol tersebut dalam lingkungannya. Salah satu agensia
pengendalian hayati yang efektif yaitu jamur Trichoderma spp yang
mempu menangkal pengaruh negatif jamur patogen pada tanaman kedelai
(tanaman inang). Species Trichoderma harzianum dan Trichoderma viridae
dapat mengendalikan aktifitas jamur pathogen Rhizoctonia solanii yang
memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan berkecambah biji
kedelai dan pertumbuhan biomassa tanaman
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan makalah diatas dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut;
1.
Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari penggunaannya
untuk mengendalikan hama dab jasad pengganggu lainnya.Pestisida tidak saja
membawa dampak positif pada peningkatan produk pertanian tetapi juga membawa
dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya
2.
Pengarahan dan penggunaan lebih
tepat kepada para penggunaan dalam hal pemberian dosis,waktu aplikasi,cara
kerja yang aman,akan mengurangi ketidakefisienan penggunaan pestisida pada
lingkungan dan mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi
3.
Dimasa yang akan datang diharapkan penggunaan pestisida akan berkurang dan
lebih selektif dan dikung oleh adanya penemuan-penemuan baru yang lebih efektif
dalam mengatasi gangguan dari jasad pengganggu ini.
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar lebih
mencari informasi yang lebih banyak dan lebih akurat lagi seputar pestisida
yang dapat merusak lingkungan dan ekosistem terutama pada para petani dan
industri pertanian sebaiknya mempelajari terlebih dahulu seputar pestisida agar
tidak salah dalam penggunaannya yang dapat merusak lingkungan.
Pertanyaan:
Nama :
Budianto
Kelas
biologi reguler B
1.Selain
dari dampak negatif dari pestisida,apa peranan/kebaikan dari pestisida itu
sendiri?
Jawab :
Nama ;
asis bin wahid
Kelas
biologi reguler B
·
Selain dapat merusak lingkungan,peranan pestisida itu sangat berperan
dibidang pertanian dan bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan
hasil hutan.Dibidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor
(penular).Dibidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap.
Nama :
Nikita
Kelas
biologi reguler A
2.Apa
yang dimaksud dengan CAIDS?
Jawab :
Nama :
asis bin wahid
Kelas
biologi reguler B
·
CAIDS (Chemically Aquired Deficiency Syndrom) itu sendiri merupakan suatu
penyakit dimana bahan-bahan kimia dari senyawa pestisida menyerang sistem
kekebalan tubuh.