BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Profesional adalah keahlian tertentu
yang di peroleh dan dikembangkan melalui pendidikan formal. Untuk melangkah
pada jabatan profesional, guru harus mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
membuat keputusan tentang jabatanya sendiri. Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan
profesional, sebab hampir tiap tahun guru malakukan berbagai kegiatan
professional, baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.
Perkembangan
kebutuhan masyarakat atas SDM yang berkualitas secara perlahan tetapi pasti
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan perkembangan
tuntutan dunia kerja yang tidak hanya membutuhkan SDM yang berorientasi untuk
kebutuhan dunia industri. SDM yang dibutuhkan saat ini adalah SDM yang memiliki
kompetensi unggulan terutama dalam hal kemampuan berpikir. Dengan demikian
kebutuhan SDM saat ini adalah SDM yang berorientasi kepada kerja pikiran.
Sejalan dengan pergerseran kebutuhan tersebut, restrukturisasi pendidikan
haruslah dilakukan. Pendidikan tidaklah diarahkan hanya dalam mencetak tenaga
kerja untuk industri melainkan juga tenaga kerja yang mengoptimalkan kemampuan
berpikir dalam menjalankan pekerjaanya. Hal ini berarti bahwa pendidikan
haruslah diarahkan pada upaya menciptakan situasi agar siswa mampu belajar dan
memiliki kemampuan berpikir tahap tinggi. Guna dapat mencapai fungsi di atas,
pendidikan saat ini haruslah menekankan pada upaya pembentukan kompetensi
kepada para siswa yang sekaligus berarti bahwa harus pula diikuti dengan
perubahan radikal atas budaya mengajar saat ini. Kondisi di atas menunjukkan
bahwa misi guru dalam melaksanakan pendidikan berubah dari menciptakan lulusan
hanya untuk dunia industri menjadi lulusan yang siap untuk menghadapi pekerjaan
yang mengutamakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini berarti bahwa guru
diharuskan mampu untuk mempersiapkan seluruh siswa agar memiliki kemampuan
berpikir yang meliputi kemampuan menemukan masalah, menemukan,
mengintegrasikan, dan mensintesis informasi, menciptakan solusi baru, dan
menciptakan kemampuan siswa dalam hal belajar mandiri dan bekerja dalam
kelompok. Dengan demikian guru haruslah benar-benar mampu untuk menemukan cara
untuk mendorong dan mengembangkan pemenuhan seluruh kebutuhan siswa berdasarkan
potensi yang dimilikinya. Tanpa usaha ini akan sulit tercipta lulusan yang
berbekal kemampuan berpikir tingkat tinggi. Guna dapat menjalankan misi barunya
tersebut, guru haruslah benar-benar memahami kognisi dan berbagai cara yang berbeda
dalam belajar. Guru haruslah pula memahami perkembangan siswa dan berbagai
konsep pedagogig sebaik mereka menguasai materi pembelajaran dan penilaian
alternatif yang digunakannya untuk mengukur hasil belajar siswa. Dengan
demikian guru harus mampu menempatkan berbagai substansi perbedaan pengalaman
belajar, perbedaan bahasa dan budaya, gaya belajar, talenta, dan intelegensi
sebagai dasar dalam melaksanakan berbagai strategi pengajaran yang dipilihnya. Berdasarkan
kondisi di atas, pembelajaran haruslah dilaksanakan atas dasar apa yang
diketahui dan dapat dilakukan siswa sebaik bagaimana siswa berpikir dan belajar
dan untuk menyelaraskan proses belajar dengan performa yang dibutuhkan sejalan
dengan kebutuhan individu siswa. Melihat kenyataan ini, jelaslah guru harus
benar-benar memiliki karateristik unggul sehingga ia akan dapat melaksanakan
misi barunya dalam proses pendidikan. Penciptaan guru berkarakteristik unggulan
ini haruslah dilakukan baik pada saat guru menempuh proses pendidikan keguruan
maupun pada saat ia sudah melaksanakan jabatannya sebagai tenaga pendidik. Kebutuhan
akan guru yang berkualitas yang semakin tinggi saat ini harus disikapi secara
positif oleh para pengelola pendidikan guru. Respons positif ini haruslah
ditunjukkan dengan senantiasa meningkatkan mutu program pendidikan yang
ditawarkannya. Perbaikan mutu pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi ini
jelas akan membawa dampak positif bagi penciptaan guru yang berkualitas kelak
di kemudian hari.
Guna
dapat menciptakan pendidikan guru yang berkualitas, berdasarkan dinyatakan
bahwa minimal ada tiga elemen penting dalam desain program pendidikan guru yang
harus diperbaiki (dibuat berbeda dengan kondisi saat ini). Ketiga elemen tersebut
adalah sebagai berikut :
- Konten pendidikan guru, berkenaan dengan materi yang harus diberikan kepada para mahasiswa, bagaimana cara memberikannya, bagaimana memadukan berbagai materi tersebut sehingga bermakna, termasuk juga bagaimana perluasannya agar mahasiswa memiliki peta kognitif yang akan membantu mereka melihat hubungan antara domain pengetahuan keguruan dengan penggunaanya secara praktis di lapangan untuk mendorong para siswanya belajar.
- Proses pembelajaran, berkenaan dengan penyusunan kurikulum yang sejalan dengan kesiapan mahasiswa dan mendasar pada materi serta proses pembelajaran praktis yang mampu menimbulkan pemahaman mahasiswa melalui kreativitas aktifnya dalam kelas.
- Konteks pembelajaran, yang berkenaan dengan penciptaan proses pembelajaran kontekstual guna mengembangkan keahlian praktis mahasiswa. Konteks pembelajaran ini harus diterapkan baik dalam domain-domain materi ajar maupun melalui pembelajaran di komunitas professional (sekolah).
Secara lebih luas dinyatakan bahwa
penciptaan program pendidikan bermutu dapat didasarkan atas esensi-esensi
program pendidikan guru sebagai berikut:
- Keberartian teori disertai pengalaman praktisnya.
- Kerja sama antara perguruan tinggi dengan komunitas pendidikan lainnya.
- Teori dan praktis dalam keterampilan generic dan refleksi serta diskusi tentang efektivitas keterampilan tersebut.
- Memberikan penekanan proses pada bagaimana cara mahasiswa belajar untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis.
- Kemampuan untuk mengorganisasikan pembelajaran.
- Penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran.
- Penerapan alternatif asesmen dan teori motivasi.
- Membangun profesionalisme berbasis penelitian.
Berdasarkan pernyataan tersebut, program pendidikan bermutu
pada dasarnnya adalah program pendidikan guru yang senantiasa mempertimbangkan
pertanyaan apa yang harus dipelajari guru dan apa yang dapat dilakukan guru.
Pertanyaan apa yang harus dipelajari guru akan mendorong program pendidikan
guru senantiasa mengajarkan materi-materi kontekstual kepada para mahasiswa. Materi-materi
kontekstual tersebut tentu saja tidak hanya disajikan secara teoretis melainkan
disajikan secara praktis sehingga para calon guru mampu memperoleh dua
pengalaman sekaligus yakni konsep dan praktis. Dengan kata lain, dapat
dikatakan program pendidikan guru harus mampu mendidik calon guru dalam asumsi
dasar belajar tentang konsep praktis dalam praktiknya.
Pertanyaan kedua tentang apa yang dapat dilakukan guru akan
mendorong pelaksanaan program pendidikan guru mengarah pada penggalian potensi
dan kebutuhan para mahasiswa disesuaikan dengan kondisi nyata kinerja guru di
lapangan. Dengan demikian, program pendidikan guru akan senantiasa
menitikberatkan pada penciptaan hard skills dan soft skills yang harus dimiliki
guru. Hal ini berarti bahwa program pendidikan guru harus mampu memberikan
keterampilan profesional kepada para lulusan sekaligus menciptakan lulusan yang
memiliki kemampuan berpikir tinggi yang akan sangat bermanfaat untuk
mengembangkan profesionalisme ketika mereka sudah menjadi guru kelak. Oleh
karenanya, pelaksanaan proses pendidikan pada program pendidikan guru haruslah
diarahkan pada upaya mengenalkan dan memainkan mahasiswa sebagai guru selama ia
menempuh studinya.
Program pendidikan guru yang berkualitas bukanlah program
pendidikan guru yang memberikan pengetahuan berbagai model dan strategi
pembelajaran kepada para mahasiswa melainkan yang mampu menerapkan berbagai
model dan strategi tersebut kepada mahasiswa sehingga mahasiswa memperoleh
konsep teori dan gambaran aplikasinya sekaligus. Melalui pengalaman nyata ini,
keluhan atas ketidaktahuan guru atas berbagai model dan strategi pembelajaran
serta ketidakmampuan guru menerapkan berbagai model dan strategi tersebut akan
mampu ditepiskan. Selain itu dengan menerapkan berbagai model dan strategi
tersebut langsung kepada para mahasiswa, kreativitas mahasiswa akan meningkat
dan para calon guru ini akan memahami benar bahwa menjadi guru pada dasarnya
adalah usaha untuk senantiasa menjadi pembelajar yang professional.
Dikatakan bahwa
jabatan guru merupakan jabatan professional yang menghendaki guru harus bekerja
secara professional. Bekerja sebagai seorang guru yang profesional berarti
bekerja dengan keahlian, dan hanya dapat
diperoleh melalui pendidikan khusus. Guru tentu telah mengikuti pendidikan
keahlian melalui lembaga pendidikan.
Keahlian dalam pendididkan ditandai denagn diberikanya sertifikat atau
akta menngajar. Pertanyaanya, apakah sudah benar guru bekerja secara
professional? Bagaimana sebenarnya guru yang professional dalam pembelajaran
pembahasan berikut memberikan pemahaman tentang tugas professionalisme dalam
pembeljaran? Dalam makalah ini, akan membahas mengenai keprofesionalan guru dalam pambelajaran.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
kegiatan guru dalam proses pembelajaran?
2. Bagaimana
pola pembelajaran yang efektif?
3. Bagaimana
kondisi dan asas untuk belajar yang berhasil?
C.
TUJUAN
1. Agar
dapat mengetahui kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
2. Agar
dapat mengetahui pola pembelajaran yang efektif.
3. Agar
dapat mengetahui kondisi dan asas untuk belajar yang berhasil.
D.
MANFAAT
Agar pembaca mendapat pengetahuan tentang
jabatan professional dan tantangan guru dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran
Banyak sekali kegiatan yang dapat
dipilih. Sayangnya tidak ada rumusan yang sederhana untuk mencocokan kegiatan
dengan sasaran. Apa yang dianggap baik untuk seorang pengajar atau sekelompok
siswa bisa saja jadi tidak memuaskan dalam situasi lain. Anda perlu mengetahui
berbagai pilihan bagi anda, manfaatnya, dan juga berbagai bahan penunjang yang
mungkin diperlukan. Kemudian, anda dapat memilih pilihan yang menurut anda
dapat mencapai sasaran yang telah anda tetapkan, baik dari segi ciri siswa
maupun dari segi persiapan mereka.
Kita perlu menyiapkan landasan bagi
pengambilan putusan secara memuaskan tentang metode pengajaran dan kegiatan
belajar yang efektif. Ini perlu untuk menjalin agar sebagian besar siswa dapat
menguasai sasaran pengaran pada tingkat pencapaian yang dapat diterima, dalam
jangka waktu yang sesuai.
B. Pola Pembelajaran Yang Efektif
Ada banyak jalur untuk belajar. Anda
pasti mengenal metode mengajar dan kegiatan belajar yang umum digunakan.
Biasanya guru menyajikan informasi kepada sejumlah siswa dengan menggunakan
metode ceramah, berbicara dengan informal, menulis di papan tulis,
memperagakan, dan menggunakan bahan pandang dengar.
Siswa belajar mandiri sesuai dengan
kecepatannya dengan cara membaca, mengerjakan tugas pada lembar kerja,
memecahkan masalah, menulis laporan praktikum, dan barangkali menonton film
serta menggunakan bahan pandang dengar lain. Interaksi antar guru dengan siswa
dan antarsiswa terjadi melalui Tanya jawab, diskusi, kegiatan kelompok kecil,
tugas yang diselesaikan, dan laporan.
Ketiga pola ini (penyajian dikelas,
belajar mandiri, dan interaksi guru-siswa) adalah kategori yang mengelompokkan
sebagian besar metode pengajaran dan metode pengajaran dan pembelajaran. Setiap
pengajaran pengajaran, apakah yang ditentukan guru atau yang diperuntukan bagi
murid untuk belajar mandiri, ada hubungannya dengan salah satu dari ketiga pola
ini. Kita tidak dapat menggunakan ketiga pola ini dengan sembarangan, karena:
1.
Pengetahuan tentang gaya belajar
Kita tahu
bahwa metode kelompok atau metode mandiri harus digunakan banyak siswa dapat
belajar mandiri, sementara siswa lainnya lebih senang belajar dalam situasi
pengajaran yang beraturan dan terpimpin. Perbedaan diantara siswa ini
mengaharuskan kita menggunakan berbagai metode pengajaran yang berbeda.
2.
Kondisi dan asas belajar
menyebabkan kita tanggap akan perlunya memilih metode yang memberi peluang
untuk peran serta yang aktif dari pihak siswa dalam segala kegiatan belajar.
3.
Jika kita siap menggunakan
teknologi pengajaran yang baru (tv,computer, dan lain-lain), penekanan biasanya
diberikan pada penyajian kelompok tidak ada kesempatan berunteraksi antara
guru-siswa secara tatap muka. Menyediakan bahan pengajaran yang cukup bagi
kelompok kecil haruslah diperhatikan.
4.
Ada persoalan dalam keefesienan
dalam menggunakan waktu guru dan waktu siswa, sarana, dan peralatan. Untuk
tujuan tertentu mungkin lebih efisien apabila guru menyampaikan informasi
kepada seluruh kelas secara serempak (dalam jumlah siswa beberapa saja)
daripada menguasai siswa dengan mempelajari bahan secara mandiri. Pengajaran
kelompok yang demikian tidak hanya menghemat waktu, tetapi dapat juga
mengurangi rusaknya peralatan dan bahan yang disebabkan oleh penggunaan yang
berlebihan. Pengajaran semacam itu juga memberikan kepada guru waktu maksimal
untuk bertatap muka dengan siswa, untuk bimbingan dan konsultasi
perseorangan,serta untuk merencanakan pengajaran.
Secara
keseluruhan metode penyajian kelompok dan belajar mandiri, paling berhasil
mencapai sasaran dalam rana afektif dan psikomotor. Cara terbaik untuk mencapai
sasaran dalam rana afektif adalah melalui kelompok kerjasama. Ketika menerima
dan nmengemukakan pendapat dalam diskus, siswa dapat terdorong untuk belajar,
membantu menajamkan pertimbangan, dan mengembangkan kemampuan untuk berdebat.
Alasan diatas dan alasan lainnya
menyebabkan hal berikut diperlukan untuk merencanakan pengajaran dengan
berhasil: pemahaman terhadap pola belajar mengajar, manfaatnya dan
kelemahannya, serta tehnik yang dapat diterapkan didalam setiap kategori. Sebelum
meneliti ketiga pola ini, terlebih
dahulu kita akan memperhatikan beberapa rampatan yang dapat diterima
secara umum yang berasal dari psikologi belajar.
Kondisi dan asas belajar tertentu
dapat tertentu dapat diterapkan dengan berhasil pada pengembangan sejumlah
kegiatan pada setiap pola belajar mengajar.
C.
Kondisi dan Asas untuk Belajar yang Berhasil
Pengajaran yang efektif ditandai oleh
berlangsungnya proses belajar. Proses belajar dapat dikatakan berlangsung
apabila seseorang sekarang dapat mengetahui atau melakukan sesuatu yang
sebelumnya tidak diketahui atau dapat dilakukan olehnya. Jadi, hasil belajar
akan terlihat dengan adanya tingkah laku baru dalam tingkat pengetahuan berfikir atau kemampuan jasmaniah.
Dikarenakan tugas perancangan pengajaran adalah membantu terjadinya proses
belajar,anda harus menyadari dan memanfaatkan kondisi dan asas yang telah
terbukti mendukung proses belajar tersebut dengan baik. Berikut ini disajikan
pemerian tentang kondisi dan asas belajar yang lebih penting dan bermanfaat
disertai pembahasan cara penerapan setiap kondisi dan asas tersebut dalam
perencanaan pengajaran.
1. Persiapan
Sebelum mengajar
Siswa harus lulus dengan memuaskan dalam
pelajaran prasyarat sebelum memulai
suatu program atau satuan pelajaran tertentu. Kalau hasil belajar sebelumnya
tidak cukp dikuasai, pelajaran selanjutnya menjadi kurang berarti dan
dipelajari dengan menghafal saja tanpa terjadinya perubahan tingkah laku apa
pun.
2. Sasaran
Materi
Besar kemungkinan bahwa proses
belajar akan berhasil dengan baik apabila sasaran dinyatakan dengan jelas, dan
pada awal pokok bahasan atau satuan pelajaran, siswa diberitahu tentang sasaran
khusus yang akan dicapai. Siswa dapat memperoleh informasi lebih banyak dan
mengingatnya dengan jangka waktu yang lebih lama apabila sasaran belajar
ditulis dengan cermat dan disusun secara bersistem.
3. Susunan
Bahan Ajar
Proses belajar dapat ditingkatkan
apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari tersusun dalam urutan
yang bermakna. Kemudian, bahan tersebut harus disajikan pada siswa dalam
beberapa bagian, banyak sedikitnya bagian tergantung urutan, kerumitan, dan
kesulitannya. Susunan dan tata cara ini dapat membantu siswa dalam
menggabungkan dan memadukan pengetahuan atau proses secara pribadi.
4. Perbedaan
Individu
Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang
berbeda-beda. Pelajaran kelompok memang menguntungkan untuk tujuan tertentu dan
lebih disukai oleh beberapa siswa. Akan tetapi, bukni menunjukan bahwa sebagian
siswa dapat mencapai sasaran yang dipersaratkan dengan cara yang paling
memuaskan apabila mereka, dengan menggunakan bahan yan tepat, diperbolehakan
belajar menurut kecepatan masing-masing.
5. Motivasi
Seseorang
mau belajar apabila memang terjadi proses pembelajaran. Keinginan untuk belajar
mempersyaratkan adanya motivasi. Keinginan seperti ini akan timbul apabila:
a)
pengajaran dipersiapkan dengan
baik sehingga dirasakan penting dan menarik bagi siswa
b)
tersedia berbagai pengalaman
belajar
c)
siswa mengetahui bahwa bahan yang
akan dipelajari akan digunakan sesegera mungkin
d)
pengakuan tentang keberhasilan
belajar diberikan untuk mendorong upaya belajar selanjutnya
6. Sumber
Pengajaran
Jika bahan pengajaran, termasuk
media seperti gambar dan rekaman video, dipilih dengan hati-hati dan diapdukan
secara bersistem untuk menunjang berbagai kegiatan dalam program pengajaran,
akan terlihat dampak yang berarti dalam prestasi siswa. Sumber seperti itu
meluweskan pengajaran dan meningkatkan kesempatan untuk menyesuaikan pengajaran
dengan kebutuhan perseorangan. Dengan demikian, meningkatkan produktivitas,
baik pada pihak siswa maupun guru.
7. Keikutsertaan
Agar proses pembelajaran
berlangsung, siswa harus menghayati informasi dan tidak hanya disuapi saja.
Mengikuti kegiatan secara aktif lebih disukai daripada mendengar dan menonton secara
pasif berjam-jam. Keikutsertaan berarti siswa ikut memberikan respons dalam
pikiran mereka atau menunjukkannya melalui kegiatan jasmani, yang disisipkan
secara strategis selama berlangsungnya penyajian pengajaran atau peragaan.
8. Balikan
Motivasi
untuk belajar dapat dilanjutkan atau ditingkatkan apabila siswa diberitahu
secara berkala tentang kemajuan mereka. Balikan memperkuat pemahaman dan
kinerja yang benar, memberitahukan kesalahan, dan memperbaiki proses belajar
yang salah. Umtuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan terdapat hubungan
yang erat antara balikan dan penguatan.
9. Penguatan
Dengan memperoleh penegasan (balikan)
tentang jawaban yang dipandang berhasil, siswa terdorong untuk meneruskan
kegiatan belajarnya. Kegiatan belajar yang didorong oleh keberhasilan
menimbulkan kepuasan dan percaya diri. Tanggapan yang mendapat tanggapan
positif cenderung akan timbul berulang-ulang apabila siswa menghadapi suasana
yang mirip atau sama.
10. Latihan
dan Pengulangan
Agar suatu fakta atau keterampilan menjadi bagian
yang kuat dari dasar pengetahuan siswa maka dibituhkan lebih dari satu
pengajaran. Sambil meneruskan asas keikutsertaan, balikan dan penguatan seperti
diterangkan terdahulu, maka penyelesaian latihan tertulis, latihan
berulang-ulang dalam suasana nyata, atau latihan beruntun untuk maksud
menghapal, akan dapat mencapai tahap kelebihan belajar. Hasilnya adalah
kemampuan mengingat dalam jangka panjang.
11. Urutan
Kegiatan Belajar
Cara yang memuaskan untuk memadukan peragaan dan
pelatihan antara lain :
a)
Memperagakan seluruh tata cara
langsung atau dari film dan video
b)
Memperagakan kembali bagian yang
pertama
c)
Member kesempatan kepada siswa
untuk melatih bagian pertama tata cara tersebut
d)
Memperagakan bagian kedua
e)
Memperagakan bagian ketiga
f)
Memberi kesempatan untuk melatih
bagian pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
12. Penerapan
a.
Siswa harus telah terbantu
menemukan rampatan (konsep, kaidah, asa) yang berhubungan dengan pokok bahasan
atau tugas
b.
Kesempatan harus diberikan kepada
siswa untuk bernalar dengan menerapkan rampatan keberbagai jenis tugas atau
masalah nyata dan baru. Agar dapat menggunakan asas ini maka harus ditulis,
dicari, atau diciptakan masalah dan situasi nyata yang belum dikenal siswa atau
berbeda dalam beberapa hal dengan digunakan selama pengajaran dan pelatihan.
Kemudian setiap menghadapi situasi baru, siswa harus mengenal unsur yang mirip
dengan yang ditemukan dalam rampatan tersebut dan mengambil tindakan yang
sesuai.
13. Sikap Mengajar
Sikap positif yang diperlihatjan pengajar dan
asisten terhadap mata ajar yang disajikan pada siswa dan terhadap metode
pengajaran yang digunakan, dapat mempengaruhi motivasi dan sikap siswa terhadap
suatu program pengajaran. Sudah merupakan keharusan bahwa setiap orang yang
terlibat dalam penerapan dan pelaksanaan suatu program pengajaran
memperlihatkan kegairahan, kerja sama, kesediaan menolong, dan minat terhadap
bahan ajar. Apabila siswa merasakan ataun benar-benar melihat ungkapan atau
sikap positif seperti itu, siwa akan cenderung bertingkah laku pisitif.
Hasilnya dapat sangat mendukung keberhasilan program pengajaran tersebut.
14. Penyajian
di Depan Kelas
Dalam menggunakan pola penyajian kelompok, pengajar
memberitahukan, menunjukkan, memperagakan, menguraikan dengan cara mengesankan,
atau menyebarkan bahan ajar kepada sekelompok siswa. Pola ini dapat digunakan
di kelas, di aula, atau di berbagai tempat dengan menggunakan radio, telepon
yang dilengkapi dengan pengeras suara, transmisi sirkuit pendek, atau
komunikasi satelit. Guru dapat berbicara di depan kelas. Guru dapat pula
mnggunakan bahan media pandang seperti bening, rekaman, slide, film, atau
rekaman video, masing-masing secara terpisah atau dalam kombinasi nekasantri.
Penyajian dapat pula berlangsung tanpa guru, misalnya slide yang diikuti
rekaman dalam kaset atau dalam format video. Semua kegiatan ini menggambarkan
alih informasi satu arah dari guru kepada siswa, sering untuk jangka waktu
tertentu (biasanya satu jam pelajaran berlangsung selam 40-45 menit). Pada
kelas kecil terjadi komunikasi dua arah antara guru dengan siswa, namu sering
sekali siswa mendengarkan dengan pasif dan menonton saja.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Guru perlu mengetahui berbagai
pilihan, manfaatnya, dan juga berbagai bahan penunjang yang mungkin diperlukan.
Selain itu guru juga perlu menyiapkan landasan bagi pengambilan putusan secara
memuaskan tentang metode pengajaran dan kegiatan belajar yang efektif.
2.
Pola pembelajaran yang efektif
yaitu penyajian dikelas, belajar mandiri, dan interaksi antara guru dengan
siswa.
3.
Kondisi dan asas untuk belajar
yang berhasil, mencakup persiapan sebelum mengajar, sasaran materi, susunan
bahan ajar, perbedaan individu, motivasi, sumber pengajaran, keikutsertaan, balikan,
penguatan, latihan dan pengulangan, urutan kegiatan belajar, penerapan, sikap mengajar,
penyajian di depan kelas.
B.
SARAN
Diharapkan
bagi para pembaca agar mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan
tentang jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Uno. H.B. 2010. Profesi Kependidikan. Problema, Solusi, dan
Reformasi Pendidikan di Indonesia, Bumi Aksara; Jakarta
Sopwanhadi, http://sopwanhadi.wordpress.com/2010/02/28/Profesi-Kependidikan//
Tidak ada komentar:
Posting Komentar