Kamis, 15 Desember 2011

PROFESI PENDIDIKAN




 BAB I
PENDAHULUAN

A.          LATAR BELAKANG
Profesional adalah keahlian tertentu yang di peroleh dan dikembangkan melalui pendidikan formal. Untuk melangkah pada jabatan profesional, guru harus mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam membuat keputusan tentang jabatanya sendiri. Jabatan guru cenderung  menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab hampir tiap tahun guru malakukan berbagai kegiatan professional, baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit.
Perkembangan kebutuhan masyarakat atas SDM yang berkualitas secara perlahan tetapi pasti semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya membutuhkan SDM yang berorientasi untuk kebutuhan dunia industri. SDM yang dibutuhkan saat ini adalah SDM yang memiliki kompetensi unggulan terutama dalam hal kemampuan berpikir. Dengan demikian kebutuhan SDM saat ini adalah SDM yang berorientasi kepada kerja pikiran. Sejalan dengan pergerseran kebutuhan tersebut, restrukturisasi pendidikan haruslah dilakukan. Pendidikan tidaklah diarahkan hanya dalam mencetak tenaga kerja untuk industri melainkan juga tenaga kerja yang mengoptimalkan kemampuan berpikir dalam menjalankan pekerjaanya. Hal ini berarti bahwa pendidikan haruslah diarahkan pada upaya menciptakan situasi agar siswa mampu belajar dan memiliki kemampuan berpikir tahap tinggi. Guna dapat mencapai fungsi di atas, pendidikan saat ini haruslah menekankan pada upaya pembentukan kompetensi kepada para siswa yang sekaligus berarti bahwa harus pula diikuti dengan perubahan radikal atas budaya mengajar saat ini. Kondisi di atas menunjukkan bahwa misi guru dalam melaksanakan pendidikan berubah dari menciptakan lulusan hanya untuk dunia industri menjadi lulusan yang siap untuk menghadapi pekerjaan yang mengutamakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini berarti bahwa guru diharuskan mampu untuk mempersiapkan seluruh siswa agar memiliki kemampuan berpikir yang meliputi kemampuan menemukan masalah, menemukan, mengintegrasikan, dan mensintesis informasi, menciptakan solusi baru, dan menciptakan kemampuan siswa dalam hal belajar mandiri dan bekerja dalam kelompok. Dengan demikian guru haruslah benar-benar mampu untuk menemukan cara untuk mendorong dan mengembangkan pemenuhan seluruh kebutuhan siswa berdasarkan potensi yang dimilikinya. Tanpa usaha ini akan sulit tercipta lulusan yang berbekal kemampuan berpikir tingkat tinggi. Guna dapat menjalankan misi barunya tersebut, guru haruslah benar-benar memahami kognisi dan berbagai cara yang berbeda dalam belajar. Guru haruslah pula memahami perkembangan siswa dan berbagai konsep pedagogig sebaik mereka menguasai materi pembelajaran dan penilaian alternatif yang digunakannya untuk mengukur hasil belajar siswa. Dengan demikian guru harus mampu menempatkan berbagai substansi perbedaan pengalaman belajar, perbedaan bahasa dan budaya, gaya belajar, talenta, dan intelegensi sebagai dasar dalam melaksanakan berbagai strategi pengajaran yang dipilihnya. Berdasarkan kondisi di atas, pembelajaran haruslah dilaksanakan atas dasar apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa sebaik bagaimana siswa berpikir dan belajar dan untuk menyelaraskan proses belajar dengan performa yang dibutuhkan sejalan dengan kebutuhan individu siswa. Melihat kenyataan ini, jelaslah guru harus benar-benar memiliki karateristik unggul sehingga ia akan dapat melaksanakan misi barunya dalam proses pendidikan. Penciptaan guru berkarakteristik unggulan ini haruslah dilakukan baik pada saat guru menempuh proses pendidikan keguruan maupun pada saat ia sudah melaksanakan jabatannya sebagai tenaga pendidik. Kebutuhan akan guru yang berkualitas yang semakin tinggi saat ini harus disikapi secara positif oleh para pengelola pendidikan guru. Respons positif ini haruslah ditunjukkan dengan senantiasa meningkatkan mutu program pendidikan yang ditawarkannya. Perbaikan mutu pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi ini jelas akan membawa dampak positif bagi penciptaan guru yang berkualitas kelak di kemudian hari.
Guna dapat menciptakan pendidikan guru yang berkualitas, berdasarkan dinyatakan bahwa minimal ada tiga elemen penting dalam desain program pendidikan guru yang harus diperbaiki (dibuat berbeda dengan kondisi saat ini). Ketiga elemen tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Konten pendidikan guru, berkenaan dengan materi yang harus diberikan kepada para mahasiswa, bagaimana cara memberikannya, bagaimana memadukan berbagai materi tersebut sehingga bermakna, termasuk juga bagaimana perluasannya agar mahasiswa memiliki peta kognitif yang akan membantu mereka melihat hubungan antara domain pengetahuan keguruan dengan penggunaanya secara praktis di lapangan untuk mendorong para siswanya belajar.
  2. Proses pembelajaran, berkenaan dengan penyusunan kurikulum yang sejalan dengan kesiapan mahasiswa dan mendasar pada materi serta proses pembelajaran praktis yang mampu menimbulkan pemahaman mahasiswa melalui kreativitas aktifnya dalam kelas.
  3. Konteks pembelajaran, yang berkenaan dengan penciptaan proses pembelajaran kontekstual guna mengembangkan keahlian praktis mahasiswa. Konteks pembelajaran ini harus diterapkan baik dalam domain-domain materi ajar maupun melalui pembelajaran di komunitas professional (sekolah).
Secara lebih luas dinyatakan bahwa penciptaan program pendidikan bermutu dapat didasarkan atas esensi-esensi program pendidikan guru sebagai berikut:
  1. Keberartian teori disertai pengalaman praktisnya.
  2. Kerja sama antara perguruan tinggi dengan komunitas pendidikan lainnya.
  3. Teori dan praktis dalam keterampilan generic dan refleksi serta diskusi tentang efektivitas keterampilan tersebut.
  4. Memberikan penekanan proses pada bagaimana cara mahasiswa belajar untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis.
  5. Kemampuan untuk mengorganisasikan pembelajaran.
  6. Penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran.
  7. Penerapan alternatif asesmen dan teori motivasi.
  8. Membangun profesionalisme berbasis penelitian.
Berdasarkan pernyataan tersebut, program pendidikan bermutu pada dasarnnya adalah program pendidikan guru yang senantiasa mempertimbangkan pertanyaan apa yang harus dipelajari guru dan apa yang dapat dilakukan guru. Pertanyaan apa yang harus dipelajari guru akan mendorong program pendidikan guru senantiasa mengajarkan materi-materi kontekstual kepada para mahasiswa. Materi-materi kontekstual tersebut tentu saja tidak hanya disajikan secara teoretis melainkan disajikan secara praktis sehingga para calon guru mampu memperoleh dua pengalaman sekaligus yakni konsep dan praktis. Dengan kata lain, dapat dikatakan program pendidikan guru harus mampu mendidik calon guru dalam asumsi dasar belajar tentang konsep praktis dalam praktiknya.
Pertanyaan kedua tentang apa yang dapat dilakukan guru akan mendorong pelaksanaan program pendidikan guru mengarah pada penggalian potensi dan kebutuhan para mahasiswa disesuaikan dengan kondisi nyata kinerja guru di lapangan. Dengan demikian, program pendidikan guru akan senantiasa menitikberatkan pada penciptaan hard skills dan soft skills yang harus dimiliki guru. Hal ini berarti bahwa program pendidikan guru harus mampu memberikan keterampilan profesional kepada para lulusan sekaligus menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan berpikir tinggi yang akan sangat bermanfaat untuk mengembangkan profesionalisme ketika mereka sudah menjadi guru kelak. Oleh karenanya, pelaksanaan proses pendidikan pada program pendidikan guru haruslah diarahkan pada upaya mengenalkan dan memainkan mahasiswa sebagai guru selama ia menempuh studinya.
Program pendidikan guru yang berkualitas bukanlah program pendidikan guru yang memberikan pengetahuan berbagai model dan strategi pembelajaran kepada para mahasiswa melainkan yang mampu menerapkan berbagai model dan strategi tersebut kepada mahasiswa sehingga mahasiswa memperoleh konsep teori dan gambaran aplikasinya sekaligus. Melalui pengalaman nyata ini, keluhan atas ketidaktahuan guru atas berbagai model dan strategi pembelajaran serta ketidakmampuan guru menerapkan berbagai model dan strategi tersebut akan mampu ditepiskan. Selain itu dengan menerapkan berbagai model dan strategi tersebut langsung kepada para mahasiswa, kreativitas mahasiswa akan meningkat dan para calon guru ini akan memahami benar bahwa menjadi guru pada dasarnya adalah usaha untuk senantiasa menjadi pembelajar yang professional.
Dikatakan bahwa jabatan guru merupakan jabatan professional yang menghendaki guru harus bekerja secara professional. Bekerja sebagai seorang guru yang profesional berarti bekerja dengan keahlian,  dan hanya dapat diperoleh melalui pendidikan khusus. Guru tentu telah mengikuti pendidikan keahlian melalui  lembaga pendidikan. Keahlian dalam  pendididkan  ditandai denagn diberikanya sertifikat atau akta menngajar. Pertanyaanya, apakah sudah benar guru bekerja secara professional? Bagaimana sebenarnya guru yang professional dalam pembelajaran pembahasan berikut memberikan pemahaman tentang tugas professionalisme dalam pembeljaran? Dalam makalah ini, akan membahas mengenai keprofesionalan  guru dalam pambelajaran.

B.           RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana kegiatan guru dalam proses pembelajaran?
2.      Bagaimana pola pembelajaran yang efektif?
3.      Bagaimana kondisi dan asas untuk belajar yang berhasil?

C.          TUJUAN
1.      Agar dapat mengetahui kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
2.      Agar dapat mengetahui pola pembelajaran yang efektif.
3.      Agar dapat mengetahui kondisi dan asas untuk belajar yang berhasil.

D.           MANFAAT
     Agar pembaca mendapat pengetahuan tentang jabatan professional dan tantangan guru dalam pembelajaran.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran
          Banyak sekali kegiatan yang dapat dipilih. Sayangnya tidak ada rumusan yang sederhana untuk mencocokan kegiatan dengan sasaran. Apa yang dianggap baik untuk seorang pengajar atau sekelompok siswa bisa saja jadi tidak memuaskan dalam situasi lain. Anda perlu mengetahui berbagai pilihan bagi anda, manfaatnya, dan juga berbagai bahan penunjang yang mungkin diperlukan. Kemudian, anda dapat memilih pilihan yang menurut anda dapat mencapai sasaran yang telah anda tetapkan, baik dari segi ciri siswa maupun dari segi persiapan mereka.
          Kita perlu menyiapkan landasan bagi pengambilan putusan secara memuaskan tentang metode pengajaran dan kegiatan belajar yang efektif. Ini perlu untuk menjalin agar sebagian besar siswa dapat menguasai sasaran pengaran pada tingkat pencapaian yang dapat diterima, dalam jangka waktu yang sesuai.

B. Pola Pembelajaran Yang Efektif

          Ada banyak jalur untuk belajar. Anda pasti mengenal metode mengajar dan kegiatan belajar yang umum digunakan. Biasanya guru menyajikan informasi kepada sejumlah siswa dengan menggunakan metode ceramah, berbicara dengan informal, menulis di papan tulis, memperagakan, dan menggunakan bahan pandang dengar.
          Siswa belajar mandiri sesuai dengan kecepatannya dengan cara membaca, mengerjakan tugas pada lembar kerja, memecahkan masalah, menulis laporan praktikum, dan barangkali menonton film serta menggunakan bahan pandang dengar lain. Interaksi antar guru dengan siswa dan antarsiswa terjadi melalui Tanya jawab, diskusi, kegiatan kelompok kecil, tugas yang diselesaikan, dan laporan.
          Ketiga pola ini (penyajian dikelas, belajar mandiri, dan interaksi guru-siswa) adalah kategori yang mengelompokkan sebagian besar metode pengajaran dan metode pengajaran dan pembelajaran. Setiap pengajaran pengajaran, apakah yang ditentukan guru atau yang diperuntukan bagi murid untuk belajar mandiri, ada hubungannya dengan salah satu dari ketiga pola ini. Kita tidak dapat menggunakan ketiga pola ini dengan sembarangan, karena:
1.      Pengetahuan tentang gaya belajar
Kita tahu bahwa metode kelompok atau metode mandiri harus digunakan banyak siswa dapat belajar mandiri, sementara siswa lainnya lebih senang belajar dalam situasi pengajaran yang beraturan dan terpimpin. Perbedaan diantara siswa ini mengaharuskan kita menggunakan berbagai metode pengajaran yang berbeda.
2.      Kondisi dan asas belajar menyebabkan kita tanggap akan perlunya memilih metode yang memberi peluang untuk peran serta yang aktif dari pihak siswa dalam segala kegiatan belajar.
3.      Jika kita siap menggunakan teknologi pengajaran yang baru (tv,computer, dan lain-lain), penekanan biasanya diberikan pada penyajian kelompok tidak ada kesempatan berunteraksi antara guru-siswa secara tatap muka. Menyediakan bahan pengajaran yang cukup bagi kelompok kecil haruslah diperhatikan.
4.      Ada persoalan dalam keefesienan dalam menggunakan waktu guru dan waktu siswa, sarana, dan peralatan. Untuk tujuan tertentu mungkin lebih efisien apabila guru menyampaikan informasi kepada seluruh kelas secara serempak (dalam jumlah siswa beberapa saja) daripada menguasai siswa dengan mempelajari bahan secara mandiri. Pengajaran kelompok yang demikian tidak hanya menghemat waktu, tetapi dapat juga mengurangi rusaknya peralatan dan bahan yang disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan. Pengajaran semacam itu juga memberikan kepada guru waktu maksimal untuk bertatap muka dengan siswa, untuk bimbingan dan konsultasi perseorangan,serta untuk merencanakan pengajaran.
Secara keseluruhan metode penyajian kelompok dan belajar mandiri, paling berhasil mencapai sasaran dalam rana afektif dan psikomotor. Cara terbaik untuk mencapai sasaran dalam rana afektif adalah melalui kelompok kerjasama. Ketika menerima dan nmengemukakan pendapat dalam diskus, siswa dapat terdorong untuk belajar, membantu menajamkan pertimbangan, dan mengembangkan kemampuan untuk berdebat.
          Alasan diatas dan alasan lainnya menyebabkan hal berikut diperlukan untuk merencanakan pengajaran dengan berhasil: pemahaman terhadap pola belajar mengajar, manfaatnya dan kelemahannya, serta tehnik yang dapat diterapkan didalam setiap kategori. Sebelum meneliti ketiga pola ini, terlebih  dahulu kita akan memperhatikan beberapa rampatan yang dapat diterima secara umum yang berasal dari psikologi belajar.
          Kondisi dan asas belajar tertentu dapat tertentu dapat diterapkan dengan berhasil pada pengembangan sejumlah kegiatan pada setiap pola belajar mengajar.

C.  Kondisi dan Asas untuk Belajar yang Berhasil

          Pengajaran yang efektif ditandai oleh berlangsungnya proses belajar. Proses belajar dapat dikatakan berlangsung apabila seseorang sekarang dapat mengetahui atau melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui atau dapat dilakukan olehnya. Jadi, hasil belajar akan terlihat dengan adanya tingkah laku baru dalam tingkat  pengetahuan berfikir atau kemampuan jasmaniah. Dikarenakan tugas perancangan pengajaran adalah membantu terjadinya proses belajar,anda harus menyadari dan memanfaatkan kondisi dan asas yang telah terbukti mendukung proses belajar tersebut dengan baik. Berikut ini disajikan pemerian tentang kondisi dan asas belajar yang lebih penting dan bermanfaat disertai pembahasan cara penerapan setiap kondisi dan asas tersebut dalam perencanaan pengajaran.



1. Persiapan Sebelum mengajar
 Siswa harus lulus dengan memuaskan dalam pelajaran prasyarat  sebelum memulai suatu program atau satuan pelajaran tertentu. Kalau hasil belajar sebelumnya tidak cukp dikuasai, pelajaran selanjutnya menjadi kurang berarti dan dipelajari dengan menghafal saja tanpa terjadinya perubahan tingkah laku apa pun.

2. Sasaran Materi
Besar kemungkinan bahwa proses belajar akan berhasil dengan baik apabila sasaran dinyatakan dengan jelas, dan pada awal pokok bahasan atau satuan pelajaran, siswa diberitahu tentang sasaran khusus yang akan dicapai. Siswa dapat memperoleh informasi lebih banyak dan mengingatnya dengan jangka waktu yang lebih lama apabila sasaran belajar ditulis dengan cermat dan disusun secara bersistem.

3. Susunan Bahan Ajar
Proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari tersusun dalam urutan yang bermakna. Kemudian, bahan tersebut harus disajikan pada siswa dalam beberapa bagian, banyak sedikitnya bagian tergantung urutan, kerumitan, dan kesulitannya. Susunan dan tata cara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan memadukan pengetahuan atau proses secara pribadi.

4. Perbedaan Individu
Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda. Pelajaran kelompok memang menguntungkan untuk tujuan tertentu dan lebih disukai oleh beberapa siswa. Akan tetapi, bukni menunjukan bahwa sebagian siswa dapat mencapai sasaran yang dipersaratkan dengan cara yang paling memuaskan apabila mereka, dengan menggunakan bahan yan tepat, diperbolehakan belajar menurut kecepatan masing-masing.

5. Motivasi
Seseorang mau belajar apabila memang terjadi proses pembelajaran. Keinginan untuk belajar mempersyaratkan adanya motivasi. Keinginan seperti ini akan timbul apabila:
a)      pengajaran dipersiapkan dengan baik sehingga dirasakan penting dan menarik bagi siswa
b)      tersedia berbagai pengalaman belajar
c)      siswa mengetahui bahwa bahan yang akan dipelajari akan digunakan sesegera mungkin
d)     pengakuan tentang keberhasilan belajar diberikan untuk mendorong upaya belajar selanjutnya

6. Sumber Pengajaran
Jika bahan pengajaran, termasuk media seperti gambar dan rekaman video, dipilih dengan hati-hati dan diapdukan secara bersistem untuk menunjang berbagai kegiatan dalam program pengajaran, akan terlihat dampak yang berarti dalam prestasi siswa. Sumber seperti itu meluweskan pengajaran dan meningkatkan kesempatan untuk menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan perseorangan. Dengan demikian, meningkatkan produktivitas, baik pada pihak siswa maupun guru.

7. Keikutsertaan
Agar proses pembelajaran berlangsung, siswa harus menghayati informasi dan tidak hanya disuapi saja. Mengikuti kegiatan secara aktif lebih disukai daripada mendengar dan menonton secara pasif berjam-jam. Keikutsertaan berarti siswa ikut memberikan respons dalam pikiran mereka atau menunjukkannya melalui kegiatan jasmani, yang disisipkan secara strategis selama berlangsungnya penyajian pengajaran atau peragaan.



8. Balikan
Motivasi untuk belajar dapat dilanjutkan atau ditingkatkan apabila siswa diberitahu secara berkala tentang kemajuan mereka. Balikan memperkuat pemahaman dan kinerja yang benar, memberitahukan kesalahan, dan memperbaiki proses belajar yang salah. Umtuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan terdapat hubungan yang erat antara balikan dan penguatan.

9. Penguatan
Dengan memperoleh penegasan (balikan) tentang jawaban yang dipandang berhasil, siswa terdorong untuk meneruskan kegiatan belajarnya. Kegiatan belajar yang didorong oleh keberhasilan menimbulkan kepuasan dan percaya diri. Tanggapan yang mendapat tanggapan positif cenderung akan timbul berulang-ulang apabila siswa menghadapi suasana yang mirip atau sama.

10.  Latihan dan Pengulangan
Agar suatu fakta atau keterampilan menjadi bagian yang kuat dari dasar pengetahuan siswa maka dibituhkan lebih dari satu pengajaran. Sambil meneruskan asas keikutsertaan, balikan dan penguatan seperti diterangkan terdahulu, maka penyelesaian latihan tertulis, latihan berulang-ulang dalam suasana nyata, atau latihan beruntun untuk maksud menghapal, akan dapat mencapai tahap kelebihan belajar. Hasilnya adalah kemampuan mengingat dalam jangka panjang.

11.  Urutan Kegiatan Belajar
Cara yang memuaskan untuk memadukan peragaan dan pelatihan antara lain :
a)      Memperagakan seluruh tata cara langsung atau dari film dan video
b)      Memperagakan kembali bagian yang pertama
c)      Member kesempatan kepada siswa untuk melatih bagian pertama tata cara tersebut
d)     Memperagakan bagian kedua
e)      Memperagakan bagian ketiga
f)       Memberi kesempatan untuk melatih bagian pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.

12.  Penerapan
a.       Siswa harus telah terbantu menemukan rampatan (konsep, kaidah, asa) yang berhubungan dengan pokok bahasan atau tugas
b.      Kesempatan harus diberikan kepada siswa untuk bernalar dengan menerapkan rampatan keberbagai jenis tugas atau masalah nyata dan baru. Agar dapat menggunakan asas ini maka harus ditulis, dicari, atau diciptakan masalah dan situasi nyata yang belum dikenal siswa atau berbeda dalam beberapa hal dengan digunakan selama pengajaran dan pelatihan. Kemudian setiap menghadapi situasi baru, siswa harus mengenal unsur yang mirip dengan yang ditemukan dalam rampatan tersebut dan mengambil tindakan yang sesuai.

13.  Sikap Mengajar
Sikap positif yang diperlihatjan pengajar dan asisten terhadap mata ajar yang disajikan pada siswa dan terhadap metode pengajaran yang digunakan, dapat mempengaruhi motivasi dan sikap siswa terhadap suatu program pengajaran. Sudah merupakan keharusan bahwa setiap orang yang terlibat dalam penerapan dan pelaksanaan suatu program pengajaran memperlihatkan kegairahan, kerja sama, kesediaan menolong, dan minat terhadap bahan ajar. Apabila siswa merasakan ataun benar-benar melihat ungkapan atau sikap positif seperti itu, siwa akan cenderung bertingkah laku pisitif. Hasilnya dapat sangat mendukung keberhasilan program pengajaran tersebut.



14.  Penyajian di Depan Kelas
Dalam menggunakan pola penyajian kelompok, pengajar memberitahukan, menunjukkan, memperagakan, menguraikan dengan cara mengesankan, atau menyebarkan bahan ajar kepada sekelompok siswa. Pola ini dapat digunakan di kelas, di aula, atau di berbagai tempat dengan menggunakan radio, telepon yang dilengkapi dengan pengeras suara, transmisi sirkuit pendek, atau komunikasi satelit. Guru dapat berbicara di depan kelas. Guru dapat pula mnggunakan bahan media pandang seperti bening, rekaman, slide, film, atau rekaman video, masing-masing secara terpisah atau dalam kombinasi nekasantri. Penyajian dapat pula berlangsung tanpa guru, misalnya slide yang diikuti rekaman dalam kaset atau dalam format video. Semua kegiatan ini menggambarkan alih informasi satu arah dari guru kepada siswa, sering untuk jangka waktu tertentu (biasanya satu jam pelajaran berlangsung selam 40-45 menit). Pada kelas kecil terjadi komunikasi dua arah antara guru dengan siswa, namu sering sekali siswa mendengarkan dengan pasif dan menonton saja.


BAB III
PENUTUP

A.          KESIMPULAN
1.      Guru perlu mengetahui berbagai pilihan, manfaatnya, dan juga berbagai bahan penunjang yang mungkin diperlukan. Selain itu guru juga perlu menyiapkan landasan bagi pengambilan putusan secara memuaskan tentang metode pengajaran dan kegiatan belajar yang efektif.
2.      Pola pembelajaran yang efektif yaitu penyajian dikelas, belajar mandiri, dan interaksi antara guru dengan siswa.
3.      Kondisi dan asas untuk belajar yang berhasil, mencakup persiapan sebelum mengajar, sasaran materi, susunan bahan ajar, perbedaan individu, motivasi, sumber pengajaran, keikutsertaan, balikan, penguatan, latihan dan pengulangan, urutan kegiatan belajar, penerapan, sikap mengajar, penyajian di depan kelas.

B.           SARAN
Diharapkan bagi para pembaca agar mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan tentang jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA


Uno. H.B. 2010. Profesi Kependidikan. Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Bumi Aksara; Jakarta
Sopwanhadi, http://sopwanhadi.wordpress.com/2010/02/28/Profesi-Kependidikan//








Tidak ada komentar:

Posting Komentar