BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi,
reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan
menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi,
keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh
dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies.
Pada spesies yangbereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme.
Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum
atau langka dalam suatu populasi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi
alam dan hanyutan
genetik. Seleksi alam
merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk
keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu
populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal
ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih
berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi
selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang
terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan genetik
(Bahasa Inggris: Genetic Drift)
merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi
sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah
suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan
bereproduksi.
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan
seleksi alam kecil, perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan
yang substansial pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan
spesies yang baru. Dan
sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain
mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang
yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimanakah
ciri-ciri umum dari buaya ?
2. Bagaimanakah
perjalanan sejarah evolusi buaya ?
3. Apa
saja jenis-jenis buaya yang hidup dijaman purba ?
4. Apa
saja perbedaan antara buaya purba dengan buaya modern ?
C. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui ciri-ciri umum dari buaya
2. Untuk
mempelajari perjalanan sejarah evolusi buaya
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis buaya yang hidup dizaman purba
4. Untuk
mengetahui perbedaan antara buaya purba dengan buaya modern
BAB II
PEMBAHASAN
A. CIRI-CIRI UMUM BUAYA
Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya
meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya ikan (Tomistoma schlegelii). Meski
demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dangavial; yakni
kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku. Buaya pada umumnya menghuni habitat perairan
tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara.
Makanan utama buaya adalah hewan-hewan
bertulang belakang seperti
bangsa ikan, reptil dan mamalia,
kadang-kadang juga memangsa moluska dan krustasea tergantung pada spesiesnya. Buaya
merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus.
Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan
melata yang kompleks. Tak seperti lazimnya reptil, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat rongga badan (diafragma) dan cerebral cortex. Pada sisi
lain, morfologi luarnya memperlihatkan dengan jelas cara hidup pemangsa akuatik. Tubuhnya yang
"streamline" memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat
kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan
memungkinkannya menambah kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki
belakangnya berselaput renang, yang meskipun tak digunakan sebagai pendorong
ketika berenang cepat, selaput ini amat berguna tatkala ia harus mendadak
berbalik atau melakukan gerakan tiba-tiba di air, atau untuk memulai berenang.
Kaki berselaput juga merupakan keuntungan manakala buaya perlu bergerak atau
berjalan di air dangkal.
Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan
juga di luar air. Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat, yang dapat
menggigit dengan kekuatan luar biasa, menjadikannya sebagai hewan dengan
kekuatan gigitan yang paling besar. Tekanan gigitan buaya ini tak kurang dari
5.000 psi (pounds per square inch; setara dengan 315 kg/cm²). Gigi-gigi
buaya runcing dan tajam, amat berguna untuk memegangi mangsanya. Buaya
menyerang mangsanya dengan cara menerkam sekaligus menggigit mangsanya itu,
kemudian menariknya dengan kuat dan tiba-tiba ke air. Oleh sebab itu otot-otot
di sekitar rahangnya berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan
amat kuat. Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa
dengan gigitan tokek. Akan tetapi
sebaliknya, otot-otot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya amat lemah. Cakar
dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat kaku sehingga
buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau ke belakang.
Buaya memangsa ikan, burung, mamalia,
dan kadang-kadang juga buaya lain yang lebih kecil bahkan bangkai buaya dewasa.
Reptil ini merupakan pemangsa penyergap, ia menunggu mangsanya hewan darat atau
ikan mendekat, lalu menerkamnya dengan tiba-tiba. Sebagai hewan yang berdarah
dingin, predator ini dapat bertahan cukup lama tanpa
makanan, dan jarang benar-benar perlu bergerak untuk memburu mangsanya.
Meskipun nampaknya lamban, buaya merupakan pemangsa puncak di lingkungannya.
Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan
mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya
amat buas menjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya
menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir
bercampur dengan serasah dedaunan. Induk tersebut
kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter. Embrio buaya tak memiliki kromosom seksual, yakni kromosom yang menentukan
jenis kelamin anak yang akan ditetaskan. Jadi tak sebagaimana manusia,
jenis kelamin buaya tak ditentukan secara genetik.
Alih-alih, jenis kelamin ini ditentukan oleh suhu pengeraman atau suhu sarang
tempat telur ditetaskan.
Tidak ada cara yang meyakinkan untuk menghitung umur buaya, selain
dengan mengetahui waktu penetasannya dahulu, meskipun ada beberapa teknik yang
telah dikembangkan. Metode yang paling umum digunakan untuk menaksir umur hewan
ini ialah dengan menghitung lingkaran tumbuh pada tulang dan gigi. Tiap-tiap
lapis lingkaran menggambarkan adanya perubahan pada laju pertumbuhan, yang
mungkin disebabkan oleh perubahan musim kemarau dan hujan yang berulang setiap
tahun.
B.
SEJARAH EVOLUSI BUAYA
Selama ini buaya disebut sebut sebagai ‘fosil hidup’ karena
sedikitnya perubahan fisik buaya dari jaman prasejarah. Tapi ternyata analisa
yang dilakukan di New York menunjukkan buaya yang hidup di jaman sekarang ini
berkembang dari kelompok yang sangat berbeda. Terungkapnya perjalanan
evolusi buaya itu diketahui lewat penemuan nenek moyang purba buaya, semisal
spesimen mirip kucing, buaya raksasa dan spesies vegetarian berhidung pesek.
Anatomi tubuh pendek dan lebar, moncong bulat, serta ekor pendek yang
diperlihatkan beberapa buaya itu menunjukkan adanya serangkaian adaptasi.
Adaptasi anatomi dari kelompok reptil yang amat beragam dan disebut
notosuchian crocodyliform itu dipaparkan dengan detail dalam Memoir of the
Society of Vertebrate Paleontology, Desember 2010. Laporan yang disunting oleh
David W. Krause dan Nathan J. Kley dari Stony Brook University itu dengan tegas
menumbangkan gagasan yang menyatakan bahwa buaya adalah fosil hidup, tidak
berubah sejak zaman prasejarah. Mereka menduga struktur tubuh dasar dari buaya,
alligator, dan gharial berkembang dari sebuah kelompok reptil prasejarah yang
amat beragam dengan bentuk tubuh berbeda. Dugaan itu berawal dari penemuan fosil
buaya aneh Simosuchus clarki 10 tahun lalu di Madagaskar. Sejak saat itu, para
ahli paleontologi berlomba menemukan fosil utuh binatang tersebut.10 tahun
kemudian, kerangka buaya yang hampir lengkap pun ditemukan. Analisis fosil
tersebut memicu kembali diskusi tentang evolusi buaya modern. “Tengkorak dan
rahang bawahnya nyaris terawetkan seluruhnya,” kata Nathan J. Kley. “Tulang itu
dikombinasikan dengan CT-scan resolusi tinggi memungkinkan kami menggambarkan
struktur kerangka kepala, baik dalam maupun luarnya, secara detail luar biasa,
termasuk jalur saraf dan pembuluh darah yang amat kecil. Simosuchus clarki,
yang diperkirakan hidup 66 juta tahun lampau di pengujung zaman dinosaurus,
amat berbeda dibandingkan dengan spesies buaya lain. Panjangnya hanya 60
sentimeter, moncong pendek dan membulat, serta ekor pendek dan tubuhnya mirip
tank tertutup lapisan keras. Dengan rahangnya yang pendek dan lemah, ditambah
gigi berbentuk daun, para ilmuwan menduga reptil tersebut tak akan mampu
menarik mangsa dari tepi air, seperti apa yang dilakukan buaya modern.
Berdasarkan analisis tersebut, Simosuchus clarki diperkirakan adalah buaya
purba yang hidup di darat, dan bukannya memangsa binatang lain seperti kerabat
modernnya. Spesies itu justru mengunyah tanaman di habitat padang rumput yang
kering. Selain Simosuchus clarki, fosil buaya lain yang membuktikan buaya bukan
fosil hidup adalah kerangka binatang mirip buaya kecil dengan gigi menyerupai
mamalia, yang ditemukan sejumlah ahli paleontologi di Tanzania. Gigi kucing
yang dimiliki buaya tersebut jauh berbeda dari gigi kerucut buaya modern, yang
digunakan untuk merobek dan memotong.
Buaya, Alligator, Caimans dan Gavials.
Mereka adalah salah satu predator terganas di muka bumi saat ini. mereka
bersaudara walau dengan bentuk moncong yang biasanya berbeda beda. Buaya muncul
dari sebuah kelompok yang sangat produktif dan reptil yang disebut archosaurs.
Ini adalah reptil purba yang cabang cucu cucunya meluas hingga burung,
dinosaurus, dan mahluk ampibi purba lainnya. Kelompok ini menghasilkan
spesies" seperti buaya & alligator seperti sekarang ini. telah
berevolusi sangat lama dan mungkin buaya adalah salah satu reptil purba yang
ada di muka bumi ini. Jadi darimana asal buaya ? Kita akan mungkin tidak pernah
mendapatkan jawaban yang tepat.
Para leluhur buaya awal diidentifikasi
adalah makhluk yang telah diberi nama yang tidak biasa Brasiliensis
Barbarenasuchus. Ini adalah bagian dari kelompok
yang sangat besar hewan mencari terkait dan serupa yang disebut Sphenosuchia
tersebut. Barbarenasuchus brasiliensis tinggal
di periode Trias sekitar 220-200.000.000 tahun yang lalu. Ini adalah salah satu
anggota tertua dari kelompok hewan yang disebut crocodylomorphs, yang berarti
"buaya berbentuk (archosaurs)". Ini ditemukan di tempat yang sekarang
adalah Brasil. Hewan Ini adalah reptil predator kecil. Binatang ini berlari
tegak sehingga memungkinkan dia melaju cepat karena badannya uang juga ramping.
ada saat itu zaman basiliensis Barbarenasuchus
runtuh, diduga mereka berevolusi menjadi reptil purba yang lebih mirip buaya
sekarang ini. mereka predator penyergapan semi-akuatik. Makhluk-makhluk ini
disebut phytosaurs. Nenek moyang buaya diduga adalah evolusi atau bahkan
kerabat dekat phytosaurs. tetapi apa daya phitosaurs telah lenyap sekarang
kemungkinan dikarenakan meteor yang menghantam bumi (masih teori).
Bukti fosil juga menunjukkan buaya
berkembang dari sekelompok reptil yang disebut archosaurs, sekitar 250 juta
tahun yang lalu. Keturunan lain dari saham Archosaur adalah burung. Semua
dinosaurus juga keturunan dari archosaurs. Seperti burung, buaya memiliki
jantung empat bilik. Ini telah diusulkan sebagai bukti bahwa mereka pernah
berdarah hangat, dan bahwa mereka kembali berevolusi berdarah dingin untuk
lebih sesuai lingkungan mereka. Mereka juga, seperti burung, memiliki korteks
otak. Ini sangat kecil dibandingkan dengan mamalia, tapi itu tidak ada yang
kurang. Sementara mereka mungkin terlihat tolol, tapi buaya mampu lebih banyak
pemikiran dan perencanaan dari reptil lainnya. Buaya adalah hewan licik dan
terencana bila melakukan serangan.
Sebuah ekspedisi di Kenya menghantarkan para ilmuwan pada penemuan
fosil spesies baru buaya raksasa. Ini mungkin buaya terbesar yang pernah
ditemukan di muka Bumi. Reptil raksasa itu hidup di perairan Afrika Timur
antara 2-4 juta tahun yang lalu. Yang menarik, hewan ini diduga kuat
memperlakukan nenek moyang manusia sebagai kudapannya. Spesimen fosil yang
ditemukan adalah bagian dari tubuh buaya sepanjang 7,5 meter. Hewan raksasa ini
bahkan bisa tumbuh hingga sepanjang 8 meter.
Temuan terbaru di bidang paleontologi menunjukkan buaya purba
berukuran raksasa tampak mengenakan perisai di kepalanya. Asesoris yang belum
pernah dijumpai sebelumnya pada buaya ini diduga berfungsi untuk mengintimidasi
musuh sekaligus menarik perhatian pasangan. Para peneliti menyebut buaya purba
berperisai tersebut sebagai "Shieldcroc", dan merupakan nenek moyang
awal dari buaya modern yang ditemukan di Afrika. "Seiring dengan penemuan-penemuan
lain, kita mengetahui bahwa nenek moyang buaya ternyata jauh lebih beragam dari
yang disadari para ilmuwan sebelumnya," kata Casey Holliday, seorang ahli
paleontologi vertebrata dan biologi evolusi di University of Missouri di
Columbia, Amerika Serikat. Shieldcroc
diidentifikasi dari sepotong fosil tengkorak yang ditemukan di padang pasir di
tenggara Maroko. Fosil tengkorak Shieldcroc saat ini dipamerkan di Royal
Ontario Museum, Kanada, hingga beberapa tahun mendatang.
Buaya purba yang telah punah ini diperkirakan hidup sekitar 95 juta tahun
lalu, di Zaman Dinosaurus. Saat itu, tempat hidupnya sebagian besar berupa
laguna air tawar dengan hutan yang rimbun. Para peneliti memperkirakan buaya
bernama ilmiah Aegisuchus witmeri ini sepupu dari nenek moyang buaya modern.
Dengan menganalisis cekungan dan benjolan tempat pembuluh darah
menempel pada tulang tengkorak buaya, para peneliti menemukan adanya struktur
melingkar menyerupai perisai pada bagian atas kepala. Struktur ini tidak pernah
terlihat sebelumnya di buaya modern. Para peneliti memperkirakan perisai
berguna untuk membantu mengontrol suhu di kepala buaya, sekaligus sebagai ciri
penanda bagi kawan dan musuhnya. Buaya dan aligator modern menggunakan kepala
mereka untuk pamer ke pasangan atau musuh yang menyusup ke wilayah
mereka," kata Holliday. Aligator, lanjut dia, sering menempatkan kepala di
udara untuk memamerkan profil tengkorak mereka. Adapun buaya, di sisi lain,
menunjukkan kepala kepada penyusup atau pasangan dengan maksud mempertontonkan
tanduk kecil di bagian belakang tengkorak mereka.
C.
JENIS-JENIS BUAYA YANG HIDUP
DIJAMAN PURBA
1.
BoarCroc (Kaprosuchus
saharicus)
Kaprosuchus adalah sebuah genus yang telah punah dari
mahajangasuchid crocodyliform.Hal ini diketahui dari tengkorak yang ditemukan
di Upper Cretaceous Echkar Formation di Niger.Namanya yang berarti
"BoarCroc" dari bahasa Yunani kapros ("babi hutan") dan
souchos ("buaya") mengacu pada gigi yang luar biasa besar yg
berbentuk taring yang mirip dengan babi hutan.Buaya ini telah dijuluki
"BoarCroc" oleh Paul Sereno dan Hans Larsson yang genusnya pertama
kali dijelaskan di dalam monografi yang diterbitkan dalam ZooKeys pada tahun
2009 bersama dengan crocodyliformes Sahara lainnya seperti Anatosuchus dan
Laganosuchus. Kaprosuchus diperkirakan memiliki panjang sekitar 6 meter.Buaya
ini memiliki tiga set gigi yang seperti gading yg berbentuk taring yang ada di
bagian atas dan di bawah tengkorak, jenis gigi ini tidak terlihat dalam
crocodyliform lain yang sudah dikenal.Karakteristik lain yang unik dari
Kaprosuchus adalah kehadiran besar, tanduk berkerut terbentuk dari tulang
squamosal dan parietal yang keluar dari tengkoraknya.
2.
RatCroc
(Araripesuchus rattoides)
Fossil-nya
ditemukan di Maroko.Panjangnya tiga kaki.Mempunyai sepasang gigi di rahang
bawahnya untuk menggali untuk mencari makanan.
3.
PancakeCroc
(Laganosuchus thaumastos)
Pada panjang 20 kaki, PancakeCroc sama besarnya seperti buaya terbesar
yang hidup sekarang ini.Tapi rahang tiga kakinya benar-benar tipis, rapuh, dan
kurang bertenaga.Karena rahangnya tidak cukup kuat untuk berkelahi dengan
mangsanya, Paul Sereno percaya dia makan di bawah air, hanya dengan membuka
mulutnya dan berharap sesuatu akan berenang di dalamnya. Tubuhnya sudah pasti
dilengkapi dengan baik untuk mengintai tanpa bergerak di satu tempat selama
berjam-jam, bahkan mungkin berhari-hari.
4.
DuckCroc (Anatosuchus minor)
Diciptakan untuk bergerak di darat, DuckCroc mungkin
sangat cekatan, serta cepat larinya. Scan otak menunjukkan otak DuckCroc
dikelilingi oleh kantong udara - tanda-tanda bahwa itu adalah organ
turbocharged yang membutuhkan pendinginan. DogCroc juga berbagi karakteristik
serupa. Anda mungkin menyebut mereka korvet buaya. Tapi DuckCroc memiliki otak
yang lebih besar yang terhubung ke hidung yang sangat khusus - mungkin sesuatu
seperti Platypus berparuh bebek.
5.
DogCroc
(Araripesuchus wegeneri)
Makhluk aneh, dan kurus, yang tampak seperti anjing
berlapis baja, mengendus tanah saat mereka pergi, dan juga mengendus udara
dengan hidungnya yang berdaging. DogCroc adalah seniman melarikan diri yang
lihai - siap untuk berenang menjauh dari dinosaurus atau lari dari buaya lain.
Seperti DuckCroc, DogCroc memiliki otak besar - bagian berpikir, dan merasakan
dari otak.
6.
SuperCroc
(Sarcosuchus imperator)
Para ilmuwan telah menggali sisa-sisa satu buaya kuno
yang sepanjang bus kota dan berat seperti ikan paus kecil. Makhluk raksasa,
yang hidup 110 juta tahun yang lalu, di masa Cretaceous Tengah, tumbuh
sepanjang 40 kaki (12 meter) dan beratnya sebanyak delapan ton metrik (17.500
Pon). Rahangnya sendiri hampir sepanjang enam kaki (1,8 meter) dan mempunyai
lebih dari 100 gigi yang begitu kuat bahkan makhluk kolosal ini mungkin
mengkonsumsi dinosaurus kecil serta ikan.
7.
Deinosuchus
rugosus
Deinosuchus adalah buaya dengan rahang besar serta menjadi makhluk terbesar yang menjelajahi daratan berair yang pernah ada di dunia. Mesin pembunuh raksasa purba ini bersembunyi di rawa yang lebat di Amerika Utara lebih dari 65 juta tahun yang lalu. Dengan rahang sepanjang tinggi badan manusia, ia dapat dengan mudah membunuh dinosaurus dengan bobot beberapa ton. Dengan mudah kita dapat membayangkan bagaimana makhluk buas ini menarik dinosaurus besar ke air untuk menenggelamkannya, lalu membunuhnya dengan gigitan yang mematikan. Sejauh ini bagian dari makhluk ini telah ditemukan. Para ilmuwan memperkirakan ukuran dari makhluk ini berdasarkan tengkorak yang telah ditemukan di Texas.
D.
PERBEDAAN
BUAYA PURBA DENGAN BUAYA MASA KINI
Temuan terbaru di bidang paleontologi menunjukkan buaya purba
berukuran raksasa tampak mengenakan perisai di kepalanya. Asesoris yang belum
pernah dijumpai sebelumnya pada buaya ini diduga berfungsi untuk mengintimidasi
musuh sekaligus menarik perhatian pasangan. Para peneliti menyebut buaya purba
berperisai tersebut sebagai "Shieldcroc", dan merupakan nenek moyang
awal dari buaya modern yang ditemukan di Afrika.
Seiring dengan penemuan-penemuan lain, kita mengetahui bahwa nenek
moyang buaya ternyata jauh lebih beragam dari yang disadari para ilmuwan
sebelumnya," kata Casey Holliday, seorang ahli paleontologi vertebrata dan
biologi evolusi di University of Missouri di Columbia, Amerika Serikat.
Shieldcroc diidentifikasi dari sepotong fosil tengkorak yang
ditemukan di padang pasir di tenggara Maroko. Fosil tengkorak Shieldcroc saat
ini dipamerkan di Royal Ontario Museum, Kanada, hingga beberapa tahun
mendatang. Buaya purba yang telah
punah ini diperkirakan hidup sekitar 95 juta tahun lalu, di Zaman Dinosaurus.
Saat itu, tempat hidupnya sebagian besar berupa laguna air tawar dengan hutan yang
rimbun. Para peneliti memperkirakan buaya bernama ilmiah Aegisuchus witmeri ini
sepupu dari nenek moyang buaya modern.
Dengan menganalisis cekungan dan benjolan tempat pembuluh darah
menempel pada tulang tengkorak buaya, para peneliti menemukan adanya struktur
melingkar menyerupai perisai pada bagian atas kepala. Struktur ini tidak pernah
terlihat sebelumnya di buaya modern. Para peneliti memperkirakan perisai
berguna untuk membantu mengontrol suhu di kepala buaya, sekaligus sebagai ciri
penanda bagi kawan dan musuhnya. Buaya dan aligator modern menggunakan kepala
mereka untuk pamer ke pasangan atau musuh yang menyusup ke wilayah
mereka," kata Holliday. Aligator, lanjut dia, sering menempatkan kepala di
udara untuk memamerkan profil tengkorak mereka. Adapun buaya, di sisi lain,
menunjukkan kepala kepada penyusup atau pasangan dengan maksud mempertontonkan
tanduk kecil di bagian belakang tengkorak mereka.
Shieldcroc memiliki tengkorak lebih datar dibandingkan spesies buaya
lainnya. Tengkorak datar ini membuat kepala Shieldcroc menjadi terlalu tipis
untuk memudahkannya bergulat dengan dinosaurus. Sebaliknya, para peneliti
menyatakan reptil kuno ini kemungkinan ahli menangkap ikan karena memiliki
rahang tipis. Fosil yang ditemukan menunjukkan kepala Shieldcroc tidak hanya
datar, tapi juga panjang, mencapai 1,5 meter. Panjang tubuhnya dari ujung
kepala hingga ekor mencapai 9 meter. "Para peneliti memperkirakan ukuran
tubuh Shieldcroc berdasarkan ukuran tengkoraknya."
ShildCroc diperkirakan hidup 99 juta tahun yang lalu. Berdasarkan
hasil perbandingan dengan buaya masa kini-meliputi buaya, kadal, dan
aligator-ilmuwan memperkirakan bahwa lapisan yang dimiliki ShieldCroc berfumgsi
membantu mengontrol temperatur badan dan berkomunikasi dengan individu sejenis
lainnya. Fitur hampir serupa juga dimiliki beberapa buaya modern. Misalnya,
buaya Kuba memiliki tanduk di sisi kepalanya, yang pada jantan berfungsi untuk
menarik perhatian betina sekaligus mengusir pejantan lainnya. Meski begitu,
diketahui bahwa lapisan seperti pada ShieldCroc merupakan satu satunya yang
pernah ditemukan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya
meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae.
2. Para leluhur buaya awal diidentifikasi
adalah makhluk yang telah diberi nama yang tidak biasa Brasiliensis
Barbarenasuchus
3. Jenis-jenis buaya yang hidup dizaman
purba diantaranya :
a.
BoarCroc
(Kaprosuchus saharicus)
b.
RatCroc
(Araripesuchus rattoides)
c.
PancakeCroc
(Laganosuchus thaumastos)
d.
DuckCroc
(Anatosuchus minor)
e.
DogCroc
(Araripesuchus wegeneri)
f.
SuperCroc
(Sarcosuchus imperator)
g.
Deinosuchus
rugosus
4.
Perbedaan buaya purba dengan
buaya masa kini diantaranya yaitu terletak pada ukurannya serta pada buaya
purba terdapat struktur melingkar menyerupai perisai bagian atas kepala.
Struktur ini tidak pernah terlihat sebelumnya di buaya modern.
B.
SARAN
Diharapkan mahasiswa bisa mencari referensi lain untuk lebih
memperluas pengetahuan tentang evolusi buaya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar