POPULASI HEWAN DAN METODE YANG DIGUNAKAN DALAM
MENGUKUR POPULASI
A.
Populasi
Populasi adalah
kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk
menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas
di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan
perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah.
Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya
dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi
genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi.
Dalam penyebarannya
individu-individu itu dapat berada dalam kelompok-kelompok, dan
kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain. Pemisahan
kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca
yang menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling berhubungan untuk
melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-populasi yang hidup secara
terpisah ini di sebut deme. Sebagai contoh, populasi banteng di Pulau Jawa
terpisah menjadi dua subpopulasi, yang satu terdapat di kawasan Taman Nasional
Baluran yang terletak di ujung timur, yang lain terdapat di kawasan Taman
Nasional Ujung Kulon yang berada di ujung barat Pulau Jawa. Jika isolasi
geografis atau cuaca itu menyebabkan hewan sama sekali tidak dapat melakukan
pertukaran informasi genetik, maka antara kelompok yang satu dengan yang lain
bisa terdapat variasi-variasi genetik sebagai akibat seleksi alam yang terjadi
di tempat masing-masing. Namun, jika ada kejadian yang memungkinkan dua populasi
yang terpisah dapat bersatu, pertukaran informasi genetik dapat berlangsung.
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu
:ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai oleh individu-individu
pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang merupakan ciri uniknya
sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang berinteraksi satu dengan
lainnya
1.ciri- ciri
biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi,
antara lain :
a.Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang si fatnya
ada yang konstan dan ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)
b.Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir,
tumbuh, berdiferensiasi, menjadi tua = senessens, dan mati)
c. Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan
respons terhadap perubahan lingkungan
d. Mempunyai hereditas
e.Terintegrasi oleh faktor- faktor hereditaa oleh
faktor- fektor herediter (genetik) dan ekologi (termasuk dalam hal ini adalah
kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif dan persistensi. Persistensi dalam
hal ini adalah adanya kemungkinan untuk meninggalkan keturunanuntuk waktu yang
lama.
2. ciri-
ciri statistik
Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan
pada individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu
itu sendiri, antara lain:
a. Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi
berikut parameter- parameter utama yang mempengaruhi seperti natalitas,
mortalitas, migrasi, imigrasi, emigrasi.
b. Sebaran (agihan, struktur) umur
c.Komposisi genetik (“gene pool” = ganangan gen)
d.Dispersi(sebaran individu intra populasi
B. Cara Mengukur Populasi Hewan Dengan Metode :
1. Metode
Capture Re Capture ( tangkap dan tangkap lagi )
Metode capture-recapture, merupakan metode yang sudah populer digunakan
untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat,
seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal juga sebagai metode
Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya.
Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu
populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda
dengan tanda yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali
dalam periode waktu yang pendek (umumnya satu hari). Setelah beberapa hari
(satu atau dua minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua terhadap
sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu
diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama
dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Adapun cara
menandai hewan bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti,
habitatnya (daratan, perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi.
Namun, dalam cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat
sebagai berikut:
- Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak selama periode pengamatan.
- Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang hidup.
- Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu lain didalam populasi.
- Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun tidak.
Dari dua
kali hasil penangkapan tersebut diatas, dapat diduga ukuran atau besarnya
populasi (N; indeks Petersen-Lincoln) dengan rumus sebagai berikut:
N=
Mn/n
Dengan catatan :
M= jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan
kembali pada periode pencuplikan ke-1.
N= jumlah total yang bertanda maupun tidak bertanda
pada periode pencuplikan ke-2.
M= jumlah individu bertanda, yang tertangkap kembali
pada periode pencuplikan ke-2.
Indeks Keragaman atau Diversitas
Definisi diversity (keanekaragaman) seringkali dianggap agak sulit karena
sifatnya yang kompleks. Namun, yang patut diingat, diversity melingkupi 2
komponen yaitu species apa saja yang terdapat dan kelimpahan species tersebut
(jumlah individu tiap species). Jadi, harap dipastikan bahwa survey kita tidak
hanya mencatat jenis tetapi juga berapa individu species tersebut. Pengukuran
species diversity umumnya menggunakan indeks yaitu suatu nilai tunggal yang
menggambarkan suatu keadaan secara sederhana. Secara praktis, jika kita
melakukan survey di beberapa lokasi, maka nilai indeksnya dapat dibandingkan
untuk mengetahui bagaimana perbedaan keanekaragaman di lokasi-lokasi tersebut.
Beberapa
indeks species diversity yang umum digunakan:
1. Simpson
index
2. Shannon’s index
Kekayaan species dan kesamaannya dalam suatu nilai tunggal digambarkan
dengan Indeks Deversitas. Indeks diversitas mungkin hasil dari kombinasi
kekayaan dan kesamaan species .Ada nilai indeks diversitas yang sama didapat
dari komunitas dengan kekayaan yang rendah dan tinggi kesamaan kalau suatu
komunitas yang sama didapat dari komunitas dengan kekayaan tinggi dan kesamaan
rendah . Jika hanya memberikan nilai indeks diversitas, tidak mungkin untuk
mengatakan apa pentingnya relatif kekayaan dan kesamaan species . Diversitas
dipresentasikan oleh Hill (1973 b) dengan lebih mudah secara ekologi.
3 NA = S
(Pi) 1/(1-A)
Dimana Pi =
ukuran individu (atau biomas, dll) yang dimiliki oleh satu species.
Hill
menunjukkan bahwa urutan 0, 1, dan 2 dari jumlah diversitas.
Jumlah
Diversitas
Hill adalah:
Jumlah 0 :
N0 = S dimana S adalah jumlah total species
Jumlah 1 :
N1 = e H’ dimana H adalah indeks Shanon
Jumlah 2 :
N2 = 1/l dimana l adalah indeks Simpson.
Jumlah
diversitas ini dalam unit-unit , jumlah species dihitung disebut oleh
Hill sebagai jumlah species efektif yang ada dalam sampel. Jumlah species
efektif ini adalah suatu hitungan untuk kelimpahan sebanding yang
didistribusikan diantara species. Lebih jelasnya , N0 adalah jumlah semua
species dalam sampel (tanpa memperhatikan kelimpahannya) , N2 adalah jumlah
species yang paling melimpah dan N1 adalah jumlah species yang melimpah (N1
selalu diantara N0 dan N2). Dengan kata lain , jumlah species efektif adalah
suatu hitungan dari jumlah species
dalam sampel
dimana tiap species dipengaruhi oleh kelimpahannya . Contoh: sampel dengan 11
species dan 100 individu dimana kelimpahan tersebar sebagai 90, 1, 1, 1, 1, 1,
1, 1, 1, 1, 1. Hanya 1 species yang sangat melimpah, diduga N2 mendekati 1 (N2
= 1,23). N0 = 11 dan N1 = 1,74. Jadi unit Hill,s adalah species yang jumlahnya
meningkat : 1) kurang lebar ditempati species jarang (disebut N0, jumlah yang
paling rendah , adalah jumlah semua species dalam sampel), 2). Nilai lebih
rendah dihasilkan dari N1 dan N2, menunjukkan melimpah dan sangat melimpah
dalam sampel.
1. Indeks
Simpson
Indeks keragaman Simpson (indeks keragaman jenis) adalah salah satu dari sejumlah indeks
keanekaragaman , digunakan untuk mengukur keragaman. Dalam ekologi , sering digunakan untuk
mengukur keanekaragaman
hayati dari habitat. Mempertimbangkan jumlah spesies serta kelimpahan relatif dari
masing-masing spesies. Indeks Simpson merupakan probabilitas bahwa dua individu
dipilih secara acak di habitat tidak
akan menjadi milik spesies yang sama (Anonim, 2010).
l = S Pi2
Dimana: Pi
adalah kelimpahan proporsial tiap species dengan Pi = ni, i = 1, 2, 3, . . . .
5 dimana ni adalah jumlah individu pada species itu,N adalah jumlah total
inidividu yang diketahui untuk semua S species dalam populasi itu nilai indeks
ini dari 0 – 1 menunjukkan kemungkinan bahwa 2 individ yang diambil secara
random dari suatu populasi untuk species yang sama . Jika kemungkinan itu
tinggi bahwa ke-2 individu mempunyai species yang sama , maka diversitas
komunitas sampel itu rendah. Rumus di atas hanya digunakan untuk komunitas yang
terbatas dimana semua anggota dapat dihitung. Untuk komunitas yang tidak
terbatas dibuat pembiasannya:
l = S
ni(ni-1)
i=1 n(n-1)
2. Indeks
Shannon
Shannon-Wiener’s
Index
H’ = - Σpi ln pi
Di mana H’ =
nilai index Shannon-Wiener dan pi = proporsi dari tiap species i.
Jadi, H’ adalah jumlah dari seluruh pi ln pi untuk semua species
dalam komunitas. Jika komunitas hanya memiliki 1 species, maka H’ = 0. Semakin
tinggi nilai H’ mengindikasikan semakin tinggi jumlah species dan semakin
tinggi kelimpahan relatifnya. Nilai indeks Shannon biasanya berkisar antara 1.5
– 3.5, dan jarang sekali mencapai 4.5.
Indeks ini didasarkan pada teori informasi dan merupakan suatu hitungan
rata-rata
yang tidak
pasti dalam memprediksi individu species apa yang dipilih secara random dari
koleksi S species dan individual N akan dimiliki . Rata-rata ini naik dengan
naiknya jumlah species dan distribusi individu antara species-species menjadi
sama/merata . Ada 2 hal yang dimiliki oleh indeks Shanon yaitu ;
1. H’=0 jika
dan hanya jika ada satu species dalam sampel.
2. H’ adalah
maksimum hanya ketika semua species S diwakili oleh jumlah individu yang sama,
ini adalah distribusi kelimpahan yang merata secara sempurna.
H’ = -S (Pi
LnPi) dimana H’ adalah rata-rata.
i=1
Tidak pasti
species dalam komunitas yang tidak terbatas membuat S* spesies yang kelimpahan
proporsional P1, P2, P3, . . . PS*. S* adan Pi’S adalah parameter populasi dan
dalam praktek H’ diduga dari suatu sampel sebagai :
H’ = S [ ( ni ) Ln ( ni ) ]
i=1 n n
Dimana ni
adalah jumlah individu tiap S species dalam sampel dan n adalah jumlah total
individu dalam dalam sampel. Jika n lebih besar, biasanya akan menjadi lebih
kecil.
2. Metode Pengukuran Nisbi
Pengukuran kerapatan nisbi, Karakteristik
semua metode pengukuran kerapatan nisbi adalah bahwa semuanya tergantung pada
pengumpulan cuplikan yang mewakili tetapan nisbi yang tidak diketahui
hubungannya dengan besarnya populasi secara keseluruhan. Jadi yang diperoleh
hanya petunjuk kelimpahan yang kurang begitu akurat. Sebenarnya banyak teknik
perkiraan demikian itu, tetapan disini hanya beberapa saja yang akan disajikan
ialah :
- Jebakan, Termasuk jebakan untuk tikus lapangan,jebakan cahaya untuk insekata yang terbang malam, jebakan sumuran yang dipasang pada permukaan tannah untuk menjebak kutu, atau hewan kecil lainnya, jebakan isap bagi insekta terbang, serta jaring plankton. Hewan yang tertanggap tergantug tidak hanya kerapatan populasi tetapi juga aktivitas hewan itu, kisaran gerakan, dan kemempuan si pemasang jebakan, sehingga sebenarnya hanya akan dieroleh gambaran kasar mengenai kelimpahan dengan teknik ini
- Cacah butir tinja. Jikalau diketahui cacah butiran tinja dan rerata laju peninjaan akan diperoleh index besarnya populasi.
- Frekuensi vokalisasi. Beberapa kali ayam hutan berbunyi seletiap 15 menit dapat dipergunakan untuk index besarnya populasi ayam hutan
- Catatan kulit. Cacah hewan yang ditangkap oleh pemburu atau penjebak dapat dipergunakan untuk memperkirakan perubahan pada populasi mammalia catatan ada yang sampai 150 tahun yang lalu.
- Tangkapan per satuan usaha penangkapan ikan, misalnya cacah ikan yang ditangkap selama 100 jam dengan pukat harimau. Jika diperbandingkan akan dapat dipergunakan untuk memperkirakan kelimpahar ikan di suatu perairan
- Cacah artifak, misalnya butir tanah pada “rumah” kepiting, pohon untuk sarang tupai, bekas kepompong yang telah ditinggalkan insekta, dapat berguna untuk memperkirakan cacah hewan bersangkutan.
- Kuesioner dapat dikirimkan kepada penggemar berburu atau penjebak untuk mendapatkan perubahan populasi hewan yang jadi objeknya.
- Frekuensi. Persentase kuadrat yang dipergunakan dalam pengkajian suatu spesies khusus dapat berguna untuk memperkirakan kelimpahan nisbi.
- Kapasitas makan. Jumlah umpan yang diambil oleh tikus dapat dipergunakan untuk mengukur sebelum dan sesudah peracunan untuk memperoleh perubahan kerapatan.
- Penghitungan di jalanan. Cacah burung mangsa yang tampak waktu mengendarai mobil sejauh jarak yang telah dibakukan dapat dipergunakan sebagai index kelimpahan. Hasil metode pengukuran kerapatan nisbi tersebut diatas perlu dipelajari dan di evaluasi secara hati-hati. Hasil tersebut lebih merupakan pelengkap pada teknik langsung.Perlu dipertimbangkan 2 hal : pertama, bahwa informasi sensus yang akurat dan terperinci hanya dapat diperoleh untuk beberapa jenis hewan. Dalam kebanyakan kejadian harus puas dengan perkiraan kasar. Kedua, bahwa terdapat karya penelitian yang hanya berkenaan dengan hewan yang “mudah “ ialah burung dan mamalia
3.Metode sampling (cuplikan)
pada metode ini, pencacahan
dilakukan pada suatu cuplikan (sample), yaitu suatu proporsi kecil dari
populasi dan menggunakan hasil cuplikan tersebut untuk membuat taksiran
kerapatan (kelimpahan) populasi.
Pemakaian metode ini bersangkut paut dengan masalah
penentuan ukurann dan jumlah cuplikan, oleh karena itu bersangkut paut pula
dengan metode- metode statistik.beberapa metode pencuplikan yang digunakan
antara lain:
1. Metode kuadrat
Pencuplikan dilakukan pada suatu luasan yang dapat
berbentuk bujur sangkar, persegi enam, lingkaran dan sebagainya. Prosedur yang
umum dipakai disini adalah menghitung semua individu dari beberapa kuadrat yang
diketahui ukurannya dan mengekstrapolasikan harga rata- ratanya untuk seluruh
area yang diselidiki.
2. Metoda menangkap- menandai- menangkap ulang
Metode ini dinamakan juga dengan
“mark-recapture”, metode ini mengambil tiga asumsi pokok, yaitu:
- individu- individu yang tidak bertanda maupun yang bertanda ditangkap secara acak.
- individu- individu yang diberi tanda mengalami laju mortalitas yang sama seperti yang tidak bertanda.
- tanda- tanda yang dikenakan pada individu tidak hilang ataupun tidak tampak.
3. Metode removal (pengambilan)
Metode ini umum digunakan untuk
menaksir besar populasi mamalia kecil. Asumsi- asumsi dasar yang digunakan dalm
metode pengambilan adalah sebagai berikut:
- Populasi tetap stasioner selama periode penangkapan.
- Peluang setiap individu populasi untuk tertangkap pada setiap perioda panangkapan adalah sama.
- Probabilitas penangkapan individu dari waktu selama perioda penangkapan adalah sama.
4. Metode Sensus (Pencacahan Total)
Pencacahan total merupakan suatu
cara menghitung secara langsung semua individu di suatu tempat yang dihuni
spesies yang diselidiki. Metode ini biasanya digunakan pada berbagai spesies
mamalia berukuran tubuh besar dan mudah tampak dalam habitatnya, misal gajah di
semak belukar. Pencacahan total juga dapat dilakukan pada berbagai jenis hewan
yang berukuran kecil, misal kelelawar dengan mencacah individu yang keluar
masuk dari lubang tempat tinggalnya. Dapat juga dilakukan pada jenis hewan
invertebrate sesil dengan ukuran tubuh yang tidak terlalu kecil, misalnya
teritip (Balanus sp). Pengukuran Kelimpahan Absolut : Metoda-metoda Pencuplikan
Metode pencuplikan (sampling method) merupakan metode yang menggunakan
pencacahan, namun dilakukan terhadap individu-individu dari cuplikan-cuplikan
(samples) yang masing-masing merupakan suatu proporsi kecil dari populasi yang
diperiksa.
DAFTAR
PUSTAKA
Suin,nurdin
Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar