Rabu, 06 Juni 2012

klasfikasi vegetasi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Ilmu Tumbuhan menjadi suatu tradisi pada hampir tiga abad terakhir. Kegiatan awal yang  menjadi perhatian utama terkait  deskripsi tentang bentangan lahan (landsekap) yang berbeda dan tumbuhannya. Karakter dari bentangan lahan sangat dipengaruhi  oleh tipe tumbuh-tumbuhan utama hutan hujan tropis, savana, padang rumput  yang luas, padang gurun kaktus dan yang lain. Sistem klasifikasi vegetasi VON HUMBOLDT menurut tipe bentuk pertumbuhan yang kemudian dikembangkan, teristimewa oleh GRISEBACH (1872), yang menguraikan vegetasi di dunia dalam kategori yang berhubungan dengan makroklimat. Metode-metode ilmiah sederhana menjadi perbincangan diantara para ahli, tetapi karena penjelasan yang terbatas mereka seringkali merasa risih dengan orang yang tertarik pada vegetasi karena perbedaan sudut  pandang. 2 Para pelopor dalam ilmu vegetasi tidak membatasi usaha mereka untuk hanya menjelaskan dan analisis lahan pada komunitas tumbuhan.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.  Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap temkpat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi disuatu tempat akan berbeda dengan vegetasi ditempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan suatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Banyak hal yang mempengaruhi kondisi di dalam suatu komunitas khususnya komunitas vegetasi yang saling berhubungan antar spesies di dalamnya. Oleh karenanya, perlu diperhatikan lebih mendalam untuk mereklamasi kondisi komunitas dan karakteristiknya itu sendiri.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari vegetasi?
2.      Apa saja klasifikasi vegetasi?
3.      Bagaiman cara mengklasifkasi komunitas tumbuhan?
4.      Apa saja metode analisis vegetasi?
5.      Bagaiman cara pemetaan vegetasi?

C.    TUJUAN
1.         Untuk mengetahui pengertian dari vegetasi
2.         Untuk mengetahui apa saja klasifikasi vegetasi
3.         Untuk mengetahui bagaiman cara mengklasifkasi komunitas tumbuhan
4.         Untuk mengetahui apa saja metode analisis vegetasi
5.         Untuk mengetahui bagaiman cara pemetaan vegetasi

D.    MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi dalam mata kuliah ekologi tumbuhan khususnya dalam klasifikasi vegetasi beserta metode analisisnya.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.  Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.

B.     Klasifikasi Vegetasi
klasifikasi vegetasi terdiri dari 7 macam diantaranya :
1.      Vegetasi Pantai
Vegetasi yang terletak di tepi pantai dan tidak terpengaruh oleh iklim serta berada diatas garis pasang tertinggi. Salah satu tanaman yang terdapat di daerah pantai adalah kelapa, merupakan satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae.
2.      Vegetasi Mangrove/Rawa
Merupakan karakterisitik dari tanaman pantai,muara sungai atau delta yang berada di tempat yang terlindung di daerah pesisir pantai yang membentuk suatu ekosistem. Definisi menurut FAO (1982): adalah jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh pada daerah pasang surut.
Macam-macam Vegetasi Mangrove
a.       Vegetasi inti:
Jenis ini membentuk hutan mangrove di daerah yang mampu brtahan terhadap salinitas (garam) yang disebut sebagai Halophyta. Kebanyakan jenis mangrove mempunyai adaptasi khusus untuk tumbuh dan berkembang, toleransi terhadap garam tinggi, dapat bertahan pada perendaman pasang surut.
b.      Vegetasi marginal:
Pada mangrove yang berada di darat, di rawa musiman, pantai dan atau mangrove marginal.
c.       Vegetasi fakultatif marginal:
Daerah yang banyak ditumbuhi tanaman meliaceae dengan jenisnya Carapa guianensis. Jenis lain Raphia taedigera, dimana pengaruh iklim khatulistiwa sangat banyak, tumbuh jenis Melaleuca leucadendron rawa. Vegetasi yang tumbuh di daerah pantai berlumpur dengan jenis-jenis pohon diantaranya pohon bakau ( Rhizophora sp), Bruguiera sp., Sonneratia sp., Xylocarpus, Avicenia dan lain-lain. Terdapat di bagian barat kawasan yaitu di sekitar Sukadana dan Batu Barat.

3.      Vegetasi Payau
Adalah areal/bidang tanah yang berupa hutan lebat yang berawa-rawa, permukaan tanah tergenang selama enam bulan dan kumulatif dalam setahun dan pada kurin waktu tidak terjadi penggenangan (surut) tanah senantiasa jenuh air. Vegetasi ini tumbuh di daerah pertemuan air sungai dan air laut yang terdapat di muara sungai. Jenis vegetasi di daerah payau adalah Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir berlumpur.
4.      Vegetasi Gambut
Lahan gambut mempunyai penyebaran di lahan rawa, yaitu lahan yang menempati posisi peralihan diantara daratan dan sistem perairan. Lahan ini sepanjang tahun/selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh air (water logged) atau tergenang air. Tanah gambut terdapat di cekungan, depresi atau bagian-bagian terendah di pelimbahan dan menyebar di dataran rendah sampai tinggi. Yang paling dominan dan sangat luas adalah lahan gambut yang terdapat di lahan rawa di dataran rendah sepanjang pantai. Lahan gambut sangat luas umumnya menempati depresi luas yang menyebar diantara aliran bawah sungai besar dekat muara, dimana gerakan naik turunnya air tanah dipengaruhi pasang surut harian air laut. Jenis pohonnya antara lain ramin ( Gonystylus bancanus), dan jelutung ( Dyera sp). Tanah gambut sebenarnya merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bila ditinjau dari jumlah pori-pori yang berkaitan dengan pertukaran oksigen untuk pertumbuhan akar tanaman. Kapasitas memegang air yang tinggi daripada tanah mineral menyebabkan tanaman bisa berkembang lebih cepat. Akan tetapi dengan keberadaan sifat inheren yang lain seperti kemasaman yang tinggi, kejenuhan basa yang rendah dan miskin unsur hara baik mikro maupun makro menyebabkan tanah gambut digolongkan sebagai tanah marginal. Untuk itulah perlunya usaha untuk mengelola tanah tersebut dengan semestinya. Tanaman yang dapat tumbuh di lahan gambut adalah kelapa sawit, sagu, nanas, cassava, kacang tanah, kedelai, jagung, ubi jalar, asparagus, sayuran juga dapat tumbuh di lahan gambut karena termasuk tanah yang cukup bagus untuk pertumbuhan tanaman. Tanamman lain yang dapat tumbuh seperti di Sumatra dan Kalimantan yaitu jambu air (Eugenia) Mangga (Mangosteen), rambutan, sedangkan di daerah pantai Ivory dengan gambut termasuk oligotropik, pisang dapat tumbuh dengan drainase 80-100 cm.
5.      Vegetasi Dataran Rendah
Vegetasi yang tumbuh dibawah ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Vegetasi yang terdapat banyak dijumpai pada ketinggian hampir 0 meter diatas permukaan laut. Daerah ini banyak terdapat tanah aluvial. Vegetasi tanah aluvial secara umum merupakan habitat yang subur dan mempunyai keaneragaman jenis yang tinggi. Terdapat di sekitar lembah Gunung Peramas dan Gunung Lobang Tedong, Sukadana. Jenis pohonnya antara lain pohon belian/ kayu besi (Eusideroxilon zwageri). Beberapa spesies tanaman yang biasanya terdapat di dataran rendah seperti casuarina dan matoa; tanaman pertanian seperti nanas, melon, dan pisang; serta sayur mayur dan bijih-bijihan seperti cabai, ketimun, tomat, padi, buncis dan labu. Tanaman lain yang dapat tumbuh di dataran rendah diantaranya : jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang-kacangan, karet, kopi robusta, kelapa sawit, tebu, cokelat, tembakau, kapuk.
6.      Vegetasi Dataran Tinggi
Vegetasi yang tumbuh di ketinggian antara 700 - 1500 m diatas permukaan laut. Ekosistem pada daerah dataran tinggi dibentuk oleh kondisi lingkungan yang ekstrem, antara lain suhu malam hari yang sangat rendah, intensitas sinar matahari yang tinggi pada siang hari namun disertai masa fotosintesa yang pendek, kabut tebal, curah hujan tinggi, serta kondisi tanah yang buruk. Tanaman yang tumbuh pada daerah tersebut sifatnya sangat khusus karena harus bertahan untuk hidup pada kondisi sulit tersebut. Tanaman yang dapat tumbuh di daerah dataran tinggi diantaranya : cemara (tumbuhan berdaun jarum), ketela pohon, ubi jalar, kopi, cokelat, dan sebagainya.
7.      Vegetasi Pegunungan
Vegetasi yang tumbuh diketinggian antara 1500 - 2500 m di atas permukaan laut. Terdapat di bukit-bukit yang lebih rendah atau di lereng gunung. Salah satunya adalah tanaman teh dan bunga Eidelweis. Teh dihasilkan oleh perkebunan besar dan perkebunan rakyat, di daerah pegunungan yang subur dan banyak turun hujan. Selain itu tanaman kopi juga dapat tumbuh di daerah pegunungan. Tanaman tembakau dapat juga tumbuh di daerah ini namun hanya dapat pada musim kemarau.


C.     Klasifkasi Komunitas Tumbuhan
Komunitas vegetasi diklasifikasikan dalam beberapa cara menurut kepentingan dan tujuannya. Pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan:
1.      Fisiognomi : merupakan kenampakan umum komunitas tumbuhan. Komunitas tumbuhan yang besar dan menempati suatu habitat yang luas diklasifikasikan ke dalam komponen komunitas sebagai dasar fisiognominya. Komponen komunitas yang menjadi dasar fisiognomi ini ialah yang berada dalam bentuk dominan. Sebagai contoh : Komunitas hutan, padang rumput, stepa, tundra , dan sebagainya.
2.      Habitat: Karena komunitas sering dinamik dengan kekhasan habitat maka habitat ini digunakan menjadi dasar pembagian komunitas. Pada umumnya dikaitkan dengan kandungan air tanah pada habitat yang bersangkutan. Pembagian itu antara lain :
a.       Komunitas lahan basah
b.      Komunitas lahan agak basah
c.       Komunitas lahan mesofit
d.      Komunitas lahan agak kering
e.       Komunitas lahan kering
3.      Komposisi dan Dominasi Spesies : Disini komunitas tumbuhan yang besar dibagi kedalam bagian-bagian yang kecil dengan dasar komposisi dan dominasi spesies. Klasifikasi seperti ini memerlukan isi spesies dalam komunitas itu frekuensinya, dominasinya dan lamanya spesies itu berada (fideling/kesetiaan). Komunitas diberi nama dengan spesies yang dominan atau yang memperlihatkan frekuensi tinggi, misalnya :Betula-Rhododendron-Magnolia assosiasi, Kruing-Kamper-Meranti-Jati.
Menurut Clements vegetasi dapat dianalisa ke dalam unit kelas-kelas berikut dalam urutan yang turun :
1.      Formasi
Menurut Clements unit vegetasi terbesar adalah formasi tumbuhan. Formasi tumbuhan merupakan unit vegetasi yang besar disuatu wilayah yang ditunjukkan oleh beberapa bentuk pertumbuhan yang dominan, misalnya hutan ditunjukkan dengan pohon-pohon.
Whittaker berpendapat bahwa formasi pertumbuhan tidak tegas dan nyata bahwa unit vegetasi ditentukan hanya oleh iklim, tetapi merupakan pengelompokkan komunitas secara abstrak dengan fisiognomi dan saling berhubungan dengan lingkungan.
2.      Assosiasi
Assosiasi adalah vegetasi regional, dalam formasi ini merupakan klimaks sub iklim dalam formasi umum. Sekarang konsep assosiasi ini sudah tidak dipakai lagi dan menempatkan komunitas kontinum yang populer.
3.      Fasiasi (Faciation)
Setiap Fasiasi dapat dihuni oleh 2 atau lebih dominan, tetapi jumlah total dominan dalam fasiasi akan kurang atau lebih kecil daripada assosiasi.
4.      Konsosiasi (Consociation)
Konsosiasi merupakan unit komunitas yang lebih kecil dengan dominan tunggal dan masih mempunyai bentuk pertumbuhan yang mencirikan formasi.
5.      Sosiasi
Assosiasi dan konsosiasi dapat dianalisis lebih jauh kedalam beberapa komunitas kecil (unit) yang di bawah pengaruh langsung variasi habitat lokal komunitas. Ini didominasi oleh satu atau dua spesies lain dari dominan pada assosiasi dan konsosiasi. Unit yang lebih kecil disebut sosiasi.
6.      Clans (klans)
Dalam setiap sosiasi dapat ditentukan dua atau lebih unit klimaks yang terkecil, ini yang disebut Clans. Setiap clans merupakan agredasi kecil satu individu tetapi sangat lokal dab spesies dominan yang tertutup.
Whittaker mengemukakan bahwa ada 3 konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas.
a.       Gradasi komunitas, yaitu konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi.
b.      Gradasi lingkungan, yang menyangkut sejumlah faktor lingkungan yang berubah secara bersama – sama.
c.       Gradasi ekosistem, dalam hal ini komleks gradasi dan gradasi komunitas membentuk suatu kesatuan dan membentuk gradasi komunitas dan lingkungan.

D.    Analisis Vegetasi
Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi – kondisi factor lingkungan dari sejarah dan factor – factor itu mudah di ukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara hati – hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen komponen lainnya dari suatu ekosistem. Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendeskrisipkan dan menganalisa, yang masing – masing menghasilkan berbagai konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin di ungkapkan, keahlian dari bidang botani dari pelaksana(dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistematik), dan variasi vegetasai secara alami itu sendiri. Pakar ekologi dalam pengetahuan yang memadai tentang sistematik tumbuhan berkecenderungan untuk melakukan pendekatan secara floristika dalam mengungkapkan sesuatu vegetasi, yaitu berupa komposisi dan struktur tumbuhan pembentuk vegetasi tersebut. Pendekatan kajian pun sangat tergantung pada permasalahan apakah bersifat autokelogi atau sinetologi, dan juga apakah menyangkut masalah produktifitas atau hubungan sebab akibat. Pakar autekologi biasannya memerlukan pengetahuan tentang kekerapan atau penampakan dari suatu spesies tumbuhan, sedangkan pakar sinekologi berkepentingan dengan komunitas yaitu problema yang dihadapi sehubungan  dengan keterkaitan antara alam dengan variasi vegetasi. Pakar ekologi produktifitas memerlukan data tentang berat kering dan kandungan kalori yang dalam melakukannya sangat menyita waktu dan juga bersifat  destruktif.
Deskripsi vegetasi juga memerlukan bagian yang integral dengan kegiatan survey sumber daya alam, misalnya sehubungan dengan inventarisasi kayu untuk balok dihutan, dan menelaah kapasitas tampung suatu lahan untuk tujuan ternak atau pengembalaan. Pakar tanah, dan sedikit banyak pakar geologi dan pakar iklim tertarik dengan vegetasi sebagai ekspresi dari factor-faktor yang mereka pelajari. Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama didalam suatu tempat tertentu yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya, maupun oleh kombinasi dari struktur dan fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fisiognomi. Metode  pendekatan  secara fisionomi tidak memerlukan identifikasi dari spesies dan hasilnya untuk gambaran vegetasi dengan skala kecil (area yang luas). Metode berdasarkan komposisi atau floristika secara lebih bermanfaat untuk menggambarkan vegetasi dengan skala besar (area yang sempit) yang lebih detail, yang biasanya digunakan oleh para pakar dieropa daratan dalam klasifikasi vegetasi dan pemetaaan pada skala yang besar dan sangat rinci.
Beberapa Metode Analisis Vegetasi
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangakan berbagai metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga akan sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal metodologi ini sanagt berkembang sangat pesat sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tidak lupa pula diperhitungkan berbagai kendala yang ada. Secara garis besar metode analisis dalam ilmu vegetasi dapat dikelompokkan dalam dua macam:
1.      Metode destruktif
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organic yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang digunakan bisa berupa produktivitas primer, maupun biomassa (jumlah total benda hidup dalam populasi tertentu organisme). Dengan demikian dalam pendekatan selalu harus digunakan penuaian atau berarti melakukan perusakan terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk – bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput terbuka dikaitkan dengan usaha pencarian lahan pengembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2.      Metode non destruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan penelaahan organism hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya, sehingga dikenal dengan pendekatan non floristika. Pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.
3.      Metode non destruktif non floristika
Metode non-floristiaka telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951). Yang kemudian diekspresiakan oleh Eiten (1968) dan Unesco (1973). Danserau membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap karakteristika di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar. Bentuk hidup metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan dalam pembuatan peta vegetasi dengan skalakecil sampai sedang, dengan tujuan untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya. Untuk memahami metode non floristika ini sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemiokiran dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia tumbuhan secara taksonomi sama sekali di abaikan, mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
4.      Metode non destruktif floristika
Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah mutlak diperlukan. Dalam pelaksaannya sangat ditunjang dengan variable-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun komposisi vegetasi, diantaranya adalah:
1.      Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis.
2.      Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu populasi di suatu kawasan, dan bias juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh populasi tertentu atau dominasinya.
3.      Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu kawasan.
Variabel-variabel tadi merupakan sebagian, tapi terpenting, dari sejumlah variable yang diperlukan untuk menjabarkan suatu bersifat kuantitatif, seperti statifikasi, periodisitas, dan vitalitas. Berbagai metodelogi telah dikembangkan oleh para pakar untuk sampai pada hasil seakurat mungkin, yang tentu disesuaikan dengan tujuannya, dalam kesempatan ini tidak semua akan dibahas tetapi akan dipilih beberapa metodelogi yang umum dansangat efektif serta efisien untuk melakukannya, yaitu metode kuadran, metode garis, metode tanpa plot ( metode titik dan metode kuarter).
Menurut para pakar, analisis komunitas dari tumbuhan dibagi menjadi dua teknik analisi, antara lain :
1.      Analisis kualitatif komunitas tumbuhan
a.       Komposisi floristik / anggota spesies komunitas
Studi ini ialah pada spesies dari komunitas yang dianggap penting. Ini dapat dilakukan dengan koleksi yang periodik kemudian di identifikasi dengan waktu sepanjang tahun.
b.      Stratifikasi
Terjadi akibat terjadinya persaingan suatu jenis tertentu akan lebih dominan dari yang lainnya sehingga membentuk struktur vertikal disamping akibat perbedaan umur dan jenis vegetasi yang ditentukan berdasarkan tinggi vegetasi. Pembagian stratifikasi adalah sebagai berikut :
1)      Stratum A
Lapisan yang terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya > 30 meter, biasanya tajuk diskontinyu, batang tinggi dan lurus, batang bebas,daun tinggi. Jenis pohon dari stratum ini pada waktu muda (tingkat semai sampai sapihan) perlu naungan tetapi untuk pertumbuhan selanjutnya perlu cahaya yang cukup banyak.
2)      Stratum B
Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya antara 20-30 meter, tajuk pada umumnya kontinyu, batang pohon biasanya banyak cabang. Jenis-jenis pohon ini kurang membutuhkan naungan (tahan naungan).
3)      Stratum C
Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya antara 4-20 meter, tajuk kontinyu, pohon-pohonnya kecil, rendah dan banyak cabang.
4)      Stratum D
Lapisan perdu dan semak dengan tinggi 1-4 meter.
5)      Stratum E (forest floor)
Lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah (ground cover) tingginya 0-1 meter dan pohon-pohon mati (masuk aspek ekologi karena disitu masih ada tumbuhan/hewan lain yang hidup, contohnya : jamur, lumut, dan kumbang.
c.       Bentuk pertumbuhan
Sebagian besar kenampakan umum dan pertambahan spesies dalam komunitas dikelompokkan ke dalam klas bentuk pertumbuhan yang berbeda. Berdasarkan nilai persentase perbedaan klas bentuk pertumbuhan, habitat alami yang nyata dari komunitas dapat diketahui.
d.      Sosiabilitas
Menggambarkan keberadaan suatu spesies pada ruang yang ditempatinya.
Kriterianya meliputi :
sos 1          : individu spesies tumbuhan hidup soliter.
sos 2          : individu hidup berkelompok kecil.
sos 3          : individu hidup dalam kelompok besar/berderet.
sos 4        : individu hidup dalam berkoloni menutupi permukaan  tanah.
sos 5          : individu hidup berkelompok sangat besar.
Dalam komunitas tumbuhan, spesies secara individu tidak selamanya tersebar. Individu beberapa spesies tumbuhan dengan jarak yang lebar, sedang beberapa yang lain terdapat dalam bentuk rumpun atau menutup lahan. Beberapa individu spesies jika tumbuhan dalam rumpun akan baik dan mereka cenderung mengadakan kompetisi  yang hebat sehingga tidak dapat membentuk populasi yang besar. Berdasarkan itu meka dapat dikelompokkan dalam klas-klas:
Klas 1 : Pohon tumbuh individual (singly)
Klas 2 :Kelompok tersebar atau ikatan terbuka
Klas 3 : Menutup tanah dengan anak yang kecil dan terpencar
Klas 4 : Menutup tanah lebih luas lagi
Klas 5 : Seluruh lahan tertutup oleh lapisan vegetasi
Derajad sosiabilitas yang tinggi terlihat jika tumbuhan itu mempunyai produktivitas biji tinggi, daya tumbuh tinggi serta mempunyai daya adaptasi yang besar.
e.       Assosiasi antarspesifik
Jika vegetasi mempunyai sampai dua spesies yang berbeda atau lebih dekat satu sama lain, mereka membentuk sebagai komunitas tipe asosiasi – asosiasi antar spesies ini dapat terjadi pada beberapa kemungkinan :
1)      Spesies – spesies dapat hidup dalam lingkungan yang sama
2)      Spesies –spesies mungkin mempunyai distribusi geografi yang sama
3)      Spesies – spesies mempunyai bentuk pertumbuhan yang berlainan (sehingga memperkecil kompetisi)
4)      Tumbuhan atau spesies yang lain saling berinteraksi yang menguntungkan salah satu atau keduanya, assosiasi ini mudah dilihat di lapang.
f.       Vitalitas
Menggambarkan tingkat kesuburan suatu spesies dalam perkembanganya sebagai respon terhadap lingkungan. Diperlukan untuk mengetahui keberhasilan hidup suatu spesies. Kriterianya meliputi:
Vit 1: berkembang biak, ada kecambah, sapihan, tiang, dan siklus hidup lengkap.
Vit 2: siklus hidup sering lengkap tetapi tidak teratur.
Vit 3: siklus hidup jarang lengkap.
Vit 4: siklus hidup kadang lengkap, kecambah sedikit dan jarang yang bertahan hidup.
g.      Periodesitas
Periodesitas menyatakan keadaan yang ritmis dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Keadaan ini dinyatakan dengan adanya daun, tunas, bunga, buah dan daun yang melakukan fotosintetis (atau tidak berdaun).

2.      Analisis kuantitatif komunitas
Untuk analisis ada beberapa metode pengambilan sampel, yaitu:
a.       Metode kuadrat (Quadrat methode)
Menurut Weaver dan Clements kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang, atau lingkaran.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis :
1.      Liat Quadrat : spesies diluar petak sampel dicatat.
2.      Count / list count quadrat : metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing – masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang di selidiki.
3.      Cover quadrat (basal area kuadrat) : metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area yang di perlukan tiap – tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah.
4.      Chart quadrat : penggambaran letak / bentuk tumbuhan disebut pantograf. Metode ini berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi – tepi vegetasi dan menentukan letak tiap – tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat.
Luas Minimum Petak Sampel
Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut. Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan. Jadi luas daerah ini disebut luas minimum.
Cara menentukan luas minimum sebagai berikut:
Dibuat petak contoh dengan ukuran misal (0,5 x 0,5) m2 ¾¾® petak 1.
Hitung jumlah spesies yang ada pada petak tersebut.
Petak tadi diperluas 2 kali luas petak 1, ini ¾¾® petak ke 2.
Dihitung jumlah spesies yang ada (penjumlahan komulatif).
Penambahan luas petak dihentikan kalau jumlah spesies tidak bertambah lagi.
Contoh:     Luas (m2)            Jumlah spesies
                  0,5 x 0,5                        9
                  0,5 x 1                         11
                  1 x 1                            15
                  2 x 1                            16
                  2 x 2                            18
                  4 x 2                            18
Dari data tersebut dibuat kurve:
Luas petak contoh sebagai absis (sb X)
Jumlah spesies sebagai ordinat (sb Y)
Kemudian dihitung 10% nya luas yang dicapai dan 10% jumlah spesies. Kemudian ditarik garis resultansinya dari (dari 10% tadi). Setelah itu ditarik garis singgung pada kurve yang sejajar resultante tersebut. Kemudian dari titik singgungnya ditarik garis ke absis yang sejajar ordinat. Maka luas minimum petak (plot) dapat diketahui.
Jumlah Minimum Petak Contoh
Cara sama dengan menentukan luas minimum petak contoh. Luas minimum petak contoh yang telah diketahui diletakkan beberapa kali di daerah yang diselidiki pada tempat-tempat yang berlainan. Tiap kali dihitung juga berapa jumlah spesies yang ada dari petak-petak contoh yang dibuat. Buat grafik (kurve) persis seperti pada luas minimum, hanya pada sumbu x bukan luas petak tetapi petak ke 1, 2, 3 dan seterusnya.

b.      Metode transek (transek methode)
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari atau diselidiki, tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat. Ada dua macam transek :
1.      Belt transect (transek sabuk) : merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat – sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya.
2.      Line transek (transek garis) : dalam metode ini garis – garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali dijumpai.
c.       Metode loop (loop methode)
Metode ini digunakan untuk rerumputan dan herba.
d.      Metode titik (point less / point methode)
Metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu. Cara ini terdiri dari suatu seri titik – titik yang telah ditentukan di lapangan dengan letak bisa tersebar secara randim atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik – titk). Umumnya dilakukan dengan susunan titik – ririk berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah kompas).
Ada dua macam metode titik :
a.       Metode titik dengan kerangka (Point Frame Methode)
Pada setiap titik dicari jenis – jenis yang tertunjuk / tertusuk. Alat yang digunakan bisa berupa kawat. Dicatat semua jenis dan jumlah individunya. Beberapa kali frame diletakkan dan beberapa kali jenis dikenai, kemudian dicatat.
b.      Metode titik pusat (Point Centre / Quarter Methode)
Prosedur :
1.      Di tempat yang akan diteliti ditancapkan jarum / paku yang diatasnya dipasang kompas.
2.      Daerah itu, dengan titik sebagai pusat di bagi 4 bagian (kuadran)
3.      Tumbuhan yang diambil datanya (dianalisis) disetiap kuadran adalah satu pohon (sampling) yang terdekat dengan titik pusat.
Ketentuan – ketentuan Dalam Sintesa
1.      Kerapatan (Density)
Merupakan jumlah pada suatu kesatuan luas lahan.
Kerapatan spesies per luas :
Kerapatan relative spesies :
2.      Frekuensi
Menggambarkan penyebaran jenis tumbuhan di suatu daerah vegetasi, disebut pola distribusi.
Frekuensi :
Kalau dengan metode transek dianggap satu petak contoh.
Kalau dengan point frame method maka frekuensi :
Klas : frekuensi
Raunkier membuat klas – klas frekuensi :
A   : 1 – 20%
B   : 21 – 40%
C   : 41 – 60%
D   : 61 – 80%
E    :81 – 100%
Hukum frekuensi Raunkier : Spesies dengan frekuensi rendah lebih banyak individunya daripada frekuensi tinggi.
Frekuensi relatif spesies :
3.      Kelimpahan
Kelimpahan spesies :
Klas kelimpahan
Penentuan klas kelimpahan dipakai kategori dari Braun – Blanquette
Klas
Kelimpahan

Rare
1 – 4
Jarang
Occasional
5 – 14
Agak jarang
Frequent
15 – 29
Agak melimpah
Abundant
30 – 90
Melimpah
Very abundant
100
Sangat melimpah
4.      Penutupan
Memberikan gambaran tentang penguasaan suatu daerah vegetasi oleh setiap jenis tumbuhan yang ada, yang biasanya dapat dinyatakan oleh mahkota tumbuhan atau peneduhan tanah oleh daun, batang, cabang, dan bunga. Dapat pula dinyatakan dengan diameter batang yang menutup tersebut.
Basal area per pohon :
Penutupan juga menggambarkan dominasi (kerimbunan). Dominasi relatif :
5.      Total Estimasi
Hubungan penutupan dan kelimpahan, Braun – Blanquette membagi :
a.       Spesies dengan individu sedikit, penutupan sangat kecil.
b.      Spesies dengan individu melimpah tetapi penutupan kecil.
c.       Jumlah individu banyak, jika kecil dan jumlah individu sedikit, jika besar, penutupan 5%.
d.      Individu sedikit atau banyak, penutupan 25 – 50%
e.       Individu sedikit atau banyak, penutupan 50 – 75%
f.       Penutupan 75 – 100%
6.      Indeks asosiasi dan Indeks kesamaan komunitas (association index and indeks of similarity)
Indeks asosiasi : asosiasi antarspesies.
Indeks kesamaan : untuk membandingkan atau membedakan dua group dua stand, apakah termasuk dalam komunitas yang sama atau tidak. Indeks kesamaan ini memberikan gambaran derajat kesamaan dari dua stand (group) tadi. Indeks kesamaan :
Keterangan
IS = indeks kesamaan
W = jumlah dari kuantitas terendah untuk jenis dari masing – masing komunitas
a = jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas pertama
b = jumlah dari seluruh komunitas pada komunitas kedua
7.      Indeks Nilai Kepentingan = Important Value Index = IVI
Menggambarkan karakter fitososiologi dalam komunitas. Indeks nilai penting merupakan gabungan dari frekuensi relatif + dominasi relatif + kerapatan relatif. Fitografi spesies pada :
Frekuensi relatif (FR)        : 30%
Kerapatan relatif (KR)      : 60%
Dominasi relatif (DR)       : 40%
Jadi nilai indeks kepentingannya = 130
Untuk menyatakan peranan jenis di dalam vegetasinya mempergunkan istilah SDR (Summed Dominant Ratio) atau Dominasin Terjumlah. Harga SDR dapat dicari :
 
Dalam sintesa, jenis yang mempunyai harga IVI atau SDR yang tinggi merupakan jenis yang dominan dan menentukan sifat dari suatu komunitas, dengan metode kuadrat.
8.      Kesetiaan (Fidelity)
Kesetiaan suatu spesies terhadap komunitasnya / habitatnya. Braun – Blaanquette membagi dalam lima klas :
Klas I : Exclusive (eksklusif) : hanya terdapat pada satu komunitas.
Klas II : Selective (selektif) : biasanya hanya di satu komunitas, tetapi kadang – kadang di komunitas lain.
Klas III : Preferential (preferensial) :  terdapat disemua jenis komunitas.
Klas IV : Indifferent (indiferen) : terdapat disemua jenis komunitas.
Klas V : Strange (asing) : jarang dan hanya kadang –kadang terdapat di suatu komunitas.

3.   Berdasarkan Analisis Kelompok
Analisis cluster merupakan suatu teknik analisis multivariat yang  ditujukan untuk membuat klasifikasi individu-individu atau obyek-obyek kedalam kelompok-kelompok lebih kecil yang berbeda satu dengan yang lain. Sehingga obyek yang berada dalam kelompok yang sama relatif lebih homogen daripada obyek yang berada pada kelompok yang berbeda. Analisis Cluster termasuk dalam analisis multivariat metode interdependen. Sebagai alat analisis interdependen, maka tujuan analisis cluster tidak untuk menghubungkan ataupun membedakan dengan sample ataupun variabel yang lain. Analisis cluster merupakan salah satu alat analisis yang berguna dalam meringkas data atau sejumlah variabel untuk menjadi lebih sedikit. Analisis cluster dapat diterapkan untuk berbagai lahan penelitian seperti analisis vegetasi yaitu cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisis vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya cukup menempatkan beberapa petak contohnya untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisis vegetasi yang digunakan. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dapat mewakili dalam komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisis vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak dapat menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA) dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan:
a)    Luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur
b)   Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Tujuan utama dari analisis cluster adalah mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara objek-objek tersebut. Objek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu atau beberapa cluster (kelompok) sehingga objek-objek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kemiripan satu dengan yang lain. Homogenitas yang tinggi antar anggota dalam cluster (within cluster) dan heterogenitas (perbedaan) yang tinggi antar cluster yang satu dengan yang lainnya (between cluster) merupakan dua hal yang harus dimilikisebuah cluster agar dapat dikatakan cluster itu baik.
4.        Berdasrkan Analisa Asosiasi
Analisis asosiasi membentuk dendrogram dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas seperti clustering. Analisis asosiasi dibagi pada dasar spesies diferensial persis seperti tabel. Tetapi pemilihan diferensial berdasarkan lebih pada probabilitas atau persamaan statistik.
E.     Pemetaan Vegetasi
1.      Metode Pemetaan Vegetasi
Dalam mempelajari suatu komunitas tumbuhan sering diperlukan satu gambaran mengenai penyebaran dari suatu vegetasi jenis tertentu di suatu daerah. Berikut beberapa metode pemetaan vegetasi secara sederhana:
a.       Pemetaan Komunitas Tumbuhan Dari Satu Titik Konstan
Pada metode ini kita harus menentukan suatu titik atau tempat yang berkedudukan sedemikian rupa sehingga area vegetasi dapat terlihat. Titik ini dipakai sebagai titik konstan dari mana arah dan jarak titik-titik lainnya akan ditentukan. Kemudian menentukan titik-titik pada batas luar vegetasi dengan kedudukan sedemikian rupa sehingga memberikan gambaran dari bentuk dan penyebaran vegetasi. Selanjutnya menentukan kedudukan titik-titik ini terhadap titik yang konstan tadi dengan kompas dan mengukur jarak dari titik-titik pada vegetasi ke titik konstan.
b.      Pemetaan Daerah Dengan Mencari Jarak dan Sudut
Pada metode ini kita harus menyusun titik-titik pada daerah yang hendak dibuat petanya. Susunan titik-titik ini memberikan gambaran bentuk dari daerah tersebut. Kemudian menghitung jarak antara satu titik terhadap titik  lainnya yang berdekatan, selanjutnya menentukan pula dengan kompas kedudukan antar titik-titik yang berdekatan tadi.
2.      Berdasarkan Pengindraan Jauh
Pengindraan jauh adalah mengamati dan mengukur objek tanpa menyentuh. Dalam ilmu lingkungan mengacu pada pemakaian sensor yang mendetect radiasi mikromagnetik yang dipantulkan dari vegetasi dan permukaan tanah.
3.      Berdasarkan Ordinasi
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller Dombois dan Elenberg (1974) pegambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subjektif atau faktor gradien tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara objektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasarkan koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya kan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan.
4.      Berdasarkan Ordinasi Polar
Metode ordinasi polar yang paling awal dan sederhana melibatkan perhitungan yang tidak begitu rumit. Langkah pertama membentuk matriks nilai CC (koefisien komunitas) semua pasangan stand. Langkah kedua pembentukan matriks disimilaritas pasangan stand mempunyai indeks difference. Langkah ketiga adalah memindahkan nilai ID ke sebuah titik. Ada beberapa cara untuk transfer tersebut, dan beberapa memakai komputer. Yang paling sederhana adalah dengan ordinasi polar yaitu dengan memiliki dua stand acuan pertama A da kedua B yang paling berbeda sebagai kutub pada aksi horizontal.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat dan terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga berjalan dinamis.
2.      Klasifikasi vegetasi ada tujuh macam, diantaranya adalah vegetasi pantai, vegetai payau, vegetasi mangrove, vegetasi dataran rendah, vegetasi dataran tinggi, vegetasi pegunungan, dan vegetasi gambut.
3.      Komunitas vegetasi diklasifikasikan dalam beberapa cara menurut kepentingan dan tujuannya berdasarkan: fisiognomi, habitat, dan komposisi dan dominasi spesies.
4.      Beberapa Metode Analisis Vegetasi yaitu metode destruktif, metode non destruktif, metode non destruktif non floristika, metode non destruktif floristika. Menurut para pakar, analisis komunitas dari tumbuhan dibagi menjadi dua teknik analisi, antara lain : analisis kualitatif komunitas tumbuhan dan analisis kuantitatif komunitas.
5.      Pemetaan Vegetasi terdiri atas :
a)      Metode Pemetaan Vegetasi, diantaranya pemetaan komunitas tumbuhan dari satu titik konstan dan pemetaan daerah dengan mencari jarak dan sudut.
b)      Berdasarkan Pengindraan Jauh
c)      Berdasarkan Ordinasi
d)     Berdasarkan Ordinasi Polar

B.     Saran
            Diharapkan bagi para pembaca agar mencari referensi lain tentang makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Irwan, D.Z.; 1997, Prinsip – Prinsip Ekologi. PT Bumi Aksara, Jakarta
Lumowa, S; 2012, Diktat Ekologi Tumbuhan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman, Samarinda
Suwasono, dkk.; 1986, Pengantar Ekologi. Universitas Brawijaya, Malang            



Tidak ada komentar:

Posting Komentar