BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu
Tumbuhan menjadi suatu tradisi pada hampir tiga abad terakhir. Kegiatan awal yang menjadi perhatian utama terkait deskripsi tentang bentangan lahan (landsekap)
yang berbeda dan tumbuhannya. Karakter dari bentangan lahan sangat
dipengaruhi oleh tipe tumbuh-tumbuhan
utama hutan hujan tropis, savana, padang rumput
yang luas, padang gurun kaktus dan yang lain. Sistem klasifikasi
vegetasi VON HUMBOLDT menurut tipe bentuk pertumbuhan yang kemudian
dikembangkan, teristimewa oleh GRISEBACH (1872), yang menguraikan vegetasi di
dunia dalam kategori yang berhubungan dengan makroklimat. Metode-metode ilmiah
sederhana menjadi perbincangan diantara para ahli, tetapi karena penjelasan yang
terbatas mereka seringkali merasa risih dengan orang yang tertarik pada
vegetasi karena perbedaan sudut pandang.
2 Para pelopor dalam ilmu vegetasi tidak membatasi usaha mereka untuk hanya
menjelaskan dan analisis lahan pada komunitas tumbuhan.
Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat,
baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta
dinamis. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap temkpat
mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi disuatu tempat akan berbeda
dengan vegetasi ditempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya.
Vegetasi hutan merupakan suatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai
dengan keadaan habitatnya.
Banyak
hal yang mempengaruhi kondisi di dalam suatu komunitas khususnya komunitas
vegetasi yang saling berhubungan antar spesies di dalamnya. Oleh karenanya,
perlu diperhatikan lebih mendalam untuk mereklamasi kondisi komunitas dan
karakteristiknya itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
pengertian dari vegetasi?
2. Apa
saja klasifikasi vegetasi?
3. Bagaiman
cara mengklasifkasi komunitas tumbuhan?
4. Apa
saja metode analisis vegetasi?
5. Bagaiman
cara pemetaan vegetasi?
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
vegetasi
2.
Untuk mengetahui apa saja klasifikasi
vegetasi
3.
Untuk mengetahui bagaiman cara mengklasifkasi
komunitas tumbuhan
4.
Untuk mengetahui apa saja metode
analisis vegetasi
5.
Untuk mengetahui bagaiman cara pemetaan vegetasi
D. MANFAAT
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi dalam mata kuliah
ekologi tumbuhan khususnya dalam klasifikasi vegetasi beserta metode
analisisnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Vegetasi
Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat,
baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta
dinamis.
B.
Klasifikasi Vegetasi
klasifikasi
vegetasi terdiri dari 7 macam diantaranya :
1.
Vegetasi Pantai
Vegetasi yang terletak di tepi
pantai dan tidak terpengaruh oleh iklim serta berada diatas garis pasang tertinggi.
Salah satu tanaman yang terdapat di daerah pantai adalah kelapa,
merupakan satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae.
2.
Vegetasi Mangrove/Rawa
Merupakan karakterisitik dari
tanaman pantai,muara sungai atau delta yang berada di tempat yang terlindung di
daerah pesisir pantai yang membentuk suatu ekosistem. Definisi menurut FAO
(1982): adalah jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh pada daerah
pasang surut.
Macam-macam Vegetasi Mangrove
a.
Vegetasi inti:
Jenis ini membentuk hutan mangrove
di daerah yang mampu brtahan terhadap salinitas (garam) yang disebut sebagai
Halophyta. Kebanyakan jenis mangrove mempunyai adaptasi khusus untuk tumbuh dan
berkembang, toleransi terhadap garam tinggi, dapat bertahan pada perendaman
pasang surut.
b.
Vegetasi marginal:
Pada mangrove yang berada di darat, di
rawa musiman, pantai dan atau mangrove marginal.
c.
Vegetasi fakultatif marginal:
Daerah yang banyak ditumbuhi tanaman
meliaceae dengan jenisnya Carapa guianensis. Jenis lain Raphia taedigera, dimana
pengaruh iklim khatulistiwa sangat banyak, tumbuh jenis Melaleuca leucadendron
rawa. Vegetasi yang tumbuh di daerah pantai berlumpur dengan jenis-jenis pohon
diantaranya pohon bakau ( Rhizophora sp),
Bruguiera sp., Sonneratia sp., Xylocarpus,
Avicenia dan lain-lain. Terdapat di
bagian barat kawasan yaitu di sekitar Sukadana dan Batu Barat.
3.
Vegetasi Payau
Adalah areal/bidang tanah yang
berupa hutan lebat yang berawa-rawa, permukaan tanah tergenang selama enam
bulan dan kumulatif dalam setahun dan pada kurin waktu tidak terjadi
penggenangan (surut) tanah senantiasa jenuh air. Vegetasi ini tumbuh di daerah
pertemuan air sungai dan air laut yang terdapat di muara sungai. Jenis vegetasi
di daerah payau adalah Bakau Rhizophora
apiculata dan R.
mucronata tumbuh di atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia
alba) tumbuh di atas pasir berlumpur.
4.
Vegetasi Gambut
Lahan gambut mempunyai penyebaran di
lahan rawa, yaitu lahan yang menempati posisi peralihan diantara daratan dan
sistem perairan. Lahan ini sepanjang tahun/selama waktu yang panjang dalam
setahun selalu jenuh air (water logged)
atau tergenang air. Tanah gambut terdapat di cekungan, depresi atau
bagian-bagian terendah di pelimbahan dan menyebar di dataran rendah sampai
tinggi. Yang paling dominan dan sangat luas adalah lahan gambut yang terdapat
di lahan rawa di dataran rendah sepanjang pantai. Lahan gambut sangat luas
umumnya menempati depresi luas yang menyebar diantara aliran bawah sungai besar
dekat muara, dimana gerakan naik turunnya air tanah dipengaruhi pasang surut
harian air laut. Jenis pohonnya antara lain ramin ( Gonystylus bancanus), dan jelutung ( Dyera sp). Tanah gambut sebenarnya merupakan tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman bila ditinjau dari jumlah pori-pori yang berkaitan dengan
pertukaran oksigen untuk pertumbuhan akar tanaman. Kapasitas memegang air yang
tinggi daripada tanah mineral menyebabkan tanaman bisa berkembang lebih cepat.
Akan tetapi dengan keberadaan sifat inheren yang lain seperti kemasaman yang
tinggi, kejenuhan basa yang rendah dan miskin unsur hara baik mikro maupun
makro menyebabkan tanah gambut digolongkan sebagai tanah marginal. Untuk itulah
perlunya usaha untuk mengelola tanah tersebut dengan semestinya. Tanaman yang
dapat tumbuh di lahan gambut adalah kelapa sawit, sagu, nanas, cassava, kacang
tanah, kedelai, jagung, ubi jalar, asparagus, sayuran juga dapat tumbuh di
lahan gambut karena termasuk tanah yang cukup bagus untuk pertumbuhan tanaman.
Tanamman lain yang dapat tumbuh seperti di Sumatra dan Kalimantan yaitu jambu
air (Eugenia) Mangga (Mangosteen), rambutan, sedangkan di
daerah pantai Ivory dengan gambut termasuk oligotropik, pisang dapat tumbuh
dengan drainase 80-100 cm.
5.
Vegetasi Dataran Rendah
Vegetasi yang tumbuh dibawah
ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Vegetasi yang terdapat banyak dijumpai
pada ketinggian hampir 0 meter diatas permukaan laut. Daerah ini banyak
terdapat tanah aluvial. Vegetasi tanah aluvial secara umum merupakan habitat
yang subur dan mempunyai keaneragaman jenis yang tinggi. Terdapat di sekitar
lembah Gunung Peramas dan Gunung Lobang Tedong, Sukadana. Jenis pohonnya antara
lain pohon belian/ kayu besi (Eusideroxilon
zwageri). Beberapa spesies tanaman yang biasanya terdapat di dataran rendah
seperti casuarina dan matoa; tanaman pertanian seperti nanas, melon, dan
pisang; serta sayur mayur dan bijih-bijihan seperti cabai, ketimun, tomat,
padi, buncis dan labu. Tanaman lain yang dapat tumbuh di dataran rendah
diantaranya : jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang-kacangan, karet, kopi
robusta, kelapa sawit, tebu, cokelat, tembakau, kapuk.
6.
Vegetasi Dataran Tinggi
Vegetasi yang tumbuh di ketinggian
antara 700 - 1500 m diatas permukaan laut. Ekosistem pada daerah dataran tinggi
dibentuk oleh kondisi lingkungan yang ekstrem, antara lain suhu malam hari yang
sangat rendah, intensitas sinar matahari yang tinggi pada siang hari namun
disertai masa fotosintesa yang pendek, kabut tebal, curah hujan tinggi, serta
kondisi tanah yang buruk. Tanaman yang tumbuh pada daerah tersebut sifatnya
sangat khusus karena harus bertahan untuk hidup pada kondisi sulit tersebut. Tanaman
yang dapat tumbuh di daerah dataran tinggi diantaranya : cemara (tumbuhan berdaun
jarum), ketela pohon, ubi jalar, kopi, cokelat, dan sebagainya.
7.
Vegetasi Pegunungan
Vegetasi yang tumbuh
diketinggian antara 1500 - 2500 m di atas permukaan laut. Terdapat di
bukit-bukit yang lebih rendah atau di lereng gunung. Salah satunya adalah
tanaman teh dan bunga Eidelweis. Teh dihasilkan oleh perkebunan besar dan
perkebunan rakyat, di daerah pegunungan yang subur dan banyak turun hujan.
Selain itu tanaman kopi juga dapat tumbuh di daerah pegunungan. Tanaman
tembakau dapat juga tumbuh di daerah ini namun hanya dapat pada musim kemarau.
C.
Klasifkasi Komunitas Tumbuhan
Komunitas
vegetasi diklasifikasikan dalam beberapa cara menurut kepentingan dan
tujuannya. Pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan:
1. Fisiognomi :
merupakan kenampakan umum komunitas tumbuhan. Komunitas tumbuhan yang besar dan
menempati suatu habitat yang luas diklasifikasikan ke dalam komponen komunitas
sebagai dasar fisiognominya. Komponen komunitas yang menjadi dasar fisiognomi
ini ialah yang berada dalam bentuk dominan. Sebagai contoh : Komunitas hutan,
padang rumput, stepa, tundra , dan sebagainya.
2. Habitat:
Karena komunitas sering dinamik dengan kekhasan habitat maka habitat ini
digunakan menjadi dasar pembagian komunitas. Pada umumnya dikaitkan dengan
kandungan air tanah pada habitat yang bersangkutan. Pembagian itu antara lain :
a. Komunitas
lahan basah
b. Komunitas
lahan agak basah
c. Komunitas
lahan mesofit
d. Komunitas
lahan agak kering
e. Komunitas
lahan kering
3. Komposisi
dan Dominasi Spesies : Disini komunitas tumbuhan yang besar dibagi kedalam
bagian-bagian yang kecil dengan dasar komposisi dan dominasi spesies.
Klasifikasi seperti ini memerlukan isi spesies dalam komunitas itu
frekuensinya, dominasinya dan lamanya spesies itu berada (fideling/kesetiaan).
Komunitas diberi nama dengan spesies yang dominan atau yang memperlihatkan
frekuensi tinggi, misalnya :Betula-Rhododendron-Magnolia assosiasi,
Kruing-Kamper-Meranti-Jati.
Menurut Clements vegetasi dapat dianalisa ke dalam
unit kelas-kelas berikut dalam urutan yang turun :
1. Formasi
Menurut Clements unit vegetasi
terbesar adalah formasi tumbuhan. Formasi tumbuhan merupakan unit vegetasi yang
besar disuatu wilayah yang ditunjukkan oleh beberapa bentuk pertumbuhan yang dominan,
misalnya hutan ditunjukkan dengan pohon-pohon.
Whittaker berpendapat bahwa formasi
pertumbuhan tidak tegas dan nyata bahwa unit vegetasi ditentukan hanya oleh
iklim, tetapi merupakan pengelompokkan komunitas secara abstrak dengan
fisiognomi dan saling berhubungan dengan lingkungan.
2. Assosiasi
Assosiasi adalah vegetasi regional,
dalam formasi ini merupakan klimaks sub iklim dalam formasi umum. Sekarang
konsep assosiasi ini sudah tidak dipakai lagi dan menempatkan komunitas
kontinum yang populer.
3. Fasiasi
(Faciation)
Setiap Fasiasi dapat dihuni oleh 2
atau lebih dominan, tetapi jumlah total dominan dalam fasiasi akan kurang atau
lebih kecil daripada assosiasi.
4. Konsosiasi
(Consociation)
Konsosiasi merupakan unit komunitas
yang lebih kecil dengan dominan tunggal dan masih mempunyai bentuk pertumbuhan
yang mencirikan formasi.
5. Sosiasi
Assosiasi dan konsosiasi dapat
dianalisis lebih jauh kedalam beberapa komunitas kecil (unit) yang di bawah
pengaruh langsung variasi habitat lokal komunitas. Ini didominasi oleh satu
atau dua spesies lain dari dominan pada assosiasi dan konsosiasi. Unit yang
lebih kecil disebut sosiasi.
6. Clans
(klans)
Dalam setiap sosiasi dapat
ditentukan dua atau lebih unit klimaks yang terkecil, ini yang disebut Clans.
Setiap clans merupakan agredasi kecil satu individu tetapi sangat lokal dab
spesies dominan yang tertutup.
Whittaker mengemukakan bahwa ada 3
konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas.
a.
Gradasi komunitas, yaitu konsep yang dinyatakan dalam
bentuk populasi.
b.
Gradasi lingkungan, yang menyangkut sejumlah faktor
lingkungan yang berubah secara bersama – sama.
c.
Gradasi ekosistem, dalam hal ini komleks gradasi dan
gradasi komunitas membentuk suatu kesatuan dan membentuk gradasi komunitas dan
lingkungan.
D.
Analisis Vegetasi
Para
pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem,
yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi – kondisi factor lingkungan dari
sejarah dan factor – factor itu mudah di ukur dan nyata. Dengan demikian
analisis vegetasi secara hati – hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan
informasi yang berguna tentang komponen komponen lainnya dari suatu ekosistem.
Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendeskrisipkan dan menganalisa,
yang masing – masing menghasilkan berbagai konsep pendekatan yang berlainan.
Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan
kajian, luas atau sempitnya yang ingin di ungkapkan, keahlian dari bidang
botani dari pelaksana(dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistematik), dan
variasi vegetasai secara alami itu sendiri. Pakar ekologi dalam pengetahuan
yang memadai tentang sistematik tumbuhan berkecenderungan untuk melakukan
pendekatan secara floristika dalam mengungkapkan sesuatu vegetasi, yaitu berupa
komposisi dan struktur tumbuhan pembentuk vegetasi tersebut. Pendekatan kajian
pun sangat tergantung pada permasalahan apakah bersifat autokelogi atau
sinetologi, dan juga apakah menyangkut masalah produktifitas atau hubungan
sebab akibat. Pakar autekologi biasannya memerlukan pengetahuan tentang
kekerapan atau penampakan dari suatu spesies tumbuhan, sedangkan pakar
sinekologi berkepentingan dengan komunitas yaitu problema yang dihadapi
sehubungan dengan keterkaitan antara alam dengan variasi vegetasi. Pakar
ekologi produktifitas memerlukan data tentang berat kering dan kandungan kalori
yang dalam melakukannya sangat menyita waktu dan juga bersifat
destruktif.
Deskripsi
vegetasi juga memerlukan bagian yang integral dengan kegiatan survey sumber
daya alam, misalnya sehubungan dengan inventarisasi kayu untuk balok dihutan,
dan menelaah kapasitas tampung suatu lahan untuk tujuan ternak atau
pengembalaan. Pakar tanah, dan sedikit banyak pakar geologi dan pakar iklim
tertarik dengan vegetasi sebagai ekspresi dari factor-faktor yang mereka
pelajari. Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu
titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dari tumbuh-tumbuhan
yang hidup bersama didalam suatu tempat tertentu yang mungkin dikarakterisasi
baik oleh spesies sebagai komponennya, maupun oleh kombinasi dari struktur dan
fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau
fisiognomi. Metode pendekatan secara fisionomi tidak memerlukan
identifikasi dari spesies dan hasilnya untuk gambaran vegetasi dengan skala
kecil (area yang luas). Metode berdasarkan komposisi atau floristika secara
lebih bermanfaat untuk menggambarkan vegetasi dengan skala besar (area yang
sempit) yang lebih detail, yang biasanya digunakan oleh para pakar dieropa
daratan dalam klasifikasi vegetasi dan pemetaaan pada skala yang besar dan
sangat rinci.
Beberapa Metode Analisis Vegetasi
Dalam
ilmu vegetasi telah dikembangakan berbagai metode untuk menganalisis dan juga
sintesis sehingga akan sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi
sesuai dengan tujuannya. Dalam hal metodologi ini sanagt berkembang sangat
pesat sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi
tidak lupa pula diperhitungkan berbagai kendala yang ada. Secara garis besar
metode analisis dalam ilmu vegetasi dapat dikelompokkan dalam dua macam:
1.
Metode destruktif
Metode ini
biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organic yang dapat dihasilkan
oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang digunakan bisa berupa
produktivitas primer, maupun biomassa (jumlah total benda hidup dalam populasi
tertentu organisme). Dengan demikian dalam pendekatan selalu harus digunakan
penuaian atau berarti melakukan perusakan terhadap vegetasi tersebut. Metode
ini umumnya dilakukan untuk bentuk – bentuk vegetasi yang sederhana, dengan
ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi.
Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat keringnya.
Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang rumput
terbuka dikaitkan dengan usaha pencarian lahan pengembalaan dan sekaligus
menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini
adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2.
Metode non destruktif
Metode ini dapat
dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan penelaahan organism
hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya, sehingga dikenal dengan
pendekatan non floristika. Pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan
organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.
3.
Metode non destruktif non floristika
Metode non-floristiaka telah
dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi. Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer
(1934), dan Dansereau (1951). Yang kemudian diekspresiakan oleh Eiten (1968)
dan Unesco (1973). Danserau membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal,
yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun,
dan penutupan. Untuk setiap karakteristika di bagi-bagi lagi dalam sifat yang
kebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan
gambar. Bentuk hidup metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya
dipergunakan dalam pembuatan peta vegetasi dengan skalakecil sampai sedang,
dengan tujuan untuk menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya,
dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya. Untuk
memahami metode non floristika ini sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemiokiran
dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan
vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia tumbuhan secara
taksonomi sama sekali di abaikan, mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan
dasar-dasar tertentu.
4.
Metode non destruktif floristika
Metode ini dapat
menentukan kekayaan floristika atau keanekaragaman dari berbagai bentuk
vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap semua populasi spesies pembentuk
masyarakat tumbuhan tersebut, jadi dalam hal ini pemahaman dari setiap jenis
tumbuhan secara taksonomi adalah mutlak diperlukan. Dalam pelaksaannya sangat
ditunjang dengan variable-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik
struktur maupun komposisi vegetasi, diantaranya adalah:
1. Kerapatan,
untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis.
2. Kerimbunan,
variable yang menggambarkan luas penutupan suatu populasi di suatu kawasan, dan
bias juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh populasi tertentu atau
dominasinya.
3. Frekuensi,
variable yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu kawasan.
Variabel-variabel
tadi merupakan sebagian, tapi terpenting, dari sejumlah variable yang
diperlukan untuk menjabarkan suatu bersifat kuantitatif, seperti statifikasi,
periodisitas, dan vitalitas. Berbagai metodelogi telah dikembangkan oleh para
pakar untuk sampai pada hasil seakurat mungkin, yang tentu disesuaikan dengan
tujuannya, dalam kesempatan ini tidak semua akan dibahas tetapi akan dipilih
beberapa metodelogi yang umum dansangat efektif serta efisien untuk
melakukannya, yaitu metode kuadran, metode garis, metode tanpa plot ( metode
titik dan metode kuarter).
Menurut
para pakar, analisis komunitas dari tumbuhan dibagi menjadi dua teknik analisi,
antara lain :
1. Analisis
kualitatif komunitas tumbuhan
a. Komposisi
floristik / anggota spesies komunitas
Studi ini ialah pada spesies dari
komunitas yang dianggap penting. Ini dapat dilakukan dengan koleksi yang
periodik kemudian di identifikasi dengan waktu sepanjang tahun.
b. Stratifikasi
Terjadi akibat
terjadinya persaingan suatu jenis tertentu akan lebih dominan dari yang lainnya
sehingga membentuk struktur vertikal disamping akibat perbedaan umur dan jenis
vegetasi yang ditentukan berdasarkan tinggi vegetasi. Pembagian stratifikasi
adalah sebagai berikut :
1)
Stratum A
Lapisan yang terdiri
dari pohon-pohon yang tinggi totalnya > 30 meter, biasanya tajuk
diskontinyu, batang tinggi dan lurus, batang bebas,daun tinggi. Jenis pohon
dari stratum ini pada waktu muda (tingkat semai sampai sapihan) perlu naungan
tetapi untuk pertumbuhan selanjutnya perlu cahaya yang cukup banyak.
2)
Stratum B
Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya antara 20-30 meter,
tajuk pada umumnya kontinyu, batang pohon biasanya banyak cabang. Jenis-jenis pohon
ini kurang membutuhkan naungan (tahan naungan).
3)
Stratum C
Terdiri dari
pohon-pohon yang tingginya antara 4-20 meter, tajuk kontinyu, pohon-pohonnya
kecil, rendah dan banyak cabang.
4)
Stratum D
Lapisan perdu dan semak
dengan tinggi 1-4 meter.
5) Stratum E (forest floor)
Lapisan tumbuh-tumbuhan
penutup tanah (ground cover) tingginya 0-1 meter dan pohon-pohon mati (masuk
aspek ekologi karena disitu masih ada tumbuhan/hewan lain yang hidup, contohnya
: jamur, lumut, dan kumbang.
c. Bentuk
pertumbuhan
Sebagian besar kenampakan umum dan
pertambahan spesies dalam komunitas dikelompokkan ke dalam klas bentuk
pertumbuhan yang berbeda. Berdasarkan nilai persentase perbedaan klas bentuk
pertumbuhan, habitat alami yang nyata dari komunitas dapat diketahui.
d. Sosiabilitas
Menggambarkan keberadaan suatu
spesies pada ruang yang ditempatinya.
Kriterianya meliputi :
sos
1 : individu spesies
tumbuhan hidup soliter.
sos
2 : individu hidup
berkelompok kecil.
sos
3 : individu hidup dalam
kelompok besar/berderet.
sos
4 : individu hidup dalam
berkoloni menutupi permukaan tanah.
sos
5 : individu hidup
berkelompok sangat besar.
Dalam komunitas
tumbuhan, spesies secara individu tidak selamanya tersebar. Individu beberapa
spesies tumbuhan dengan jarak yang lebar, sedang beberapa yang lain terdapat
dalam bentuk rumpun atau menutup lahan. Beberapa individu spesies jika tumbuhan
dalam rumpun akan baik dan mereka cenderung mengadakan kompetisi yang hebat sehingga tidak dapat membentuk
populasi yang besar. Berdasarkan itu meka dapat dikelompokkan dalam klas-klas:
Klas 1 : Pohon tumbuh
individual (singly)
Klas 2 :Kelompok
tersebar atau ikatan terbuka
Klas 3 : Menutup tanah
dengan anak yang kecil dan terpencar
Klas 4 : Menutup tanah
lebih luas lagi
Klas 5 : Seluruh lahan
tertutup oleh lapisan vegetasi
Derajad sosiabilitas
yang tinggi terlihat jika tumbuhan itu mempunyai produktivitas biji tinggi,
daya tumbuh tinggi serta mempunyai daya adaptasi yang besar.
e. Assosiasi
antarspesifik
Jika vegetasi mempunyai sampai dua
spesies yang berbeda atau lebih dekat satu sama lain, mereka membentuk sebagai
komunitas tipe asosiasi – asosiasi antar spesies ini dapat terjadi pada
beberapa kemungkinan :
1) Spesies
– spesies dapat hidup dalam lingkungan yang sama
2) Spesies
–spesies mungkin mempunyai distribusi geografi yang sama
3) Spesies
– spesies mempunyai bentuk pertumbuhan yang berlainan (sehingga memperkecil
kompetisi)
4) Tumbuhan
atau spesies yang lain saling berinteraksi yang menguntungkan salah satu atau
keduanya, assosiasi ini mudah dilihat di lapang.
f. Vitalitas
Menggambarkan tingkat
kesuburan suatu spesies dalam perkembanganya sebagai respon terhadap
lingkungan. Diperlukan untuk mengetahui keberhasilan hidup suatu spesies.
Kriterianya meliputi:
Vit 1: berkembang biak,
ada kecambah, sapihan, tiang, dan siklus hidup lengkap.
Vit 2: siklus hidup
sering lengkap tetapi tidak teratur.
Vit 3: siklus hidup
jarang lengkap.
Vit 4: siklus hidup
kadang lengkap, kecambah sedikit dan jarang yang bertahan hidup.
g.
Periodesitas
Periodesitas menyatakan
keadaan yang ritmis dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Keadaan ini dinyatakan
dengan adanya daun, tunas, bunga, buah dan daun yang melakukan fotosintetis
(atau tidak berdaun).
2. Analisis
kuantitatif komunitas
Untuk analisis ada beberapa metode pengambilan
sampel, yaitu:
a. Metode
kuadrat (Quadrat methode)
Menurut Weaver dan Clements kuadrat
adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Bentuk petak sampel dapat
persegi, persegi panjang, atau lingkaran.
Metode kuadrat juga ada beberapa
jenis :
1. Liat
Quadrat : spesies diluar petak sampel dicatat.
2. Count
/ list count quadrat : metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies
yang ada beberapa batang dari masing – masing spesies di dalam petak. Jadi
merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang di selidiki.
3. Cover
quadrat (basal area kuadrat) : metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa
area yang di perlukan tiap – tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi
di suatu daerah.
4. Chart
quadrat : penggambaran letak / bentuk tumbuhan disebut pantograf. Metode ini
berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi – tepi vegetasi dan menentukan
letak tiap – tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat.
Luas Minimum
Petak Sampel
Luas daerah
contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat bervariasi untuk setiap
bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu
syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif bagi seluruh
vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum
suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh
populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting.
Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan
demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan
individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara
keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila
didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk
komunitas tersebut. Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan
terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan
dari vegetasi secara keseluruhan. Jadi luas daerah ini disebut luas minimum.
Cara
menentukan luas minimum sebagai berikut:
Dibuat petak
contoh dengan ukuran misal (0,5 x 0,5) m2 ¾¾® petak 1.
Hitung
jumlah spesies yang ada pada petak tersebut.
Petak tadi
diperluas 2 kali luas petak 1, ini ¾¾® petak ke 2.
Dihitung
jumlah spesies yang ada (penjumlahan komulatif).
Penambahan
luas petak dihentikan kalau jumlah spesies tidak bertambah lagi.
Contoh: Luas (m2) Jumlah spesies
0,5 x 0,5 9
0,5 x 1 11
1 x 1 15
2 x 1 16
2 x 2 18
4 x 2 18
Dari data
tersebut dibuat kurve:
Luas petak
contoh sebagai absis (sb X)
Jumlah
spesies sebagai ordinat (sb Y)
Kemudian dihitung 10% nya luas yang dicapai dan 10%
jumlah spesies. Kemudian ditarik garis resultansinya dari (dari 10% tadi).
Setelah itu ditarik garis singgung pada kurve yang sejajar resultante tersebut.
Kemudian dari titik singgungnya ditarik garis ke absis yang sejajar ordinat.
Maka luas minimum petak (plot) dapat diketahui.
Jumlah
Minimum Petak Contoh
Cara sama
dengan menentukan luas minimum petak contoh. Luas minimum petak contoh yang
telah diketahui diletakkan beberapa kali di daerah yang diselidiki pada
tempat-tempat yang berlainan. Tiap kali dihitung juga berapa jumlah spesies
yang ada dari petak-petak contoh yang dibuat. Buat grafik (kurve) persis
seperti pada luas minimum, hanya pada sumbu x bukan luas petak tetapi petak ke
1, 2, 3 dan seterusnya.
b. Metode
transek (transek methode)
Transek adalah jalur sempit
melintang lahan yang akan dipelajari atau diselidiki, tujuannya untuk
mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan atau untuk
mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat. Ada dua macam
transek :
1. Belt
transect (transek sabuk) : merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan
sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat – sifat vegetasinya untuk
menunjukkan bagan yang sebenarnya.
2. Line
transek (transek garis) : dalam metode ini garis – garis merupakan petak contoh
(plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali
dijumpai.
c. Metode
loop (loop methode)
Metode ini digunakan untuk
rerumputan dan herba.
d. Metode
titik (point less / point methode)
Metode ini merupakan salah satu
metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas
kuadrat tertentu. Cara ini terdiri dari suatu seri titik – titik yang telah
ditentukan di lapangan dengan letak bisa tersebar secara randim atau merupakan
garis lurus (berupa deretan titik – titk). Umumnya dilakukan dengan susunan
titik – ririk berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah
kompas).
Ada dua macam metode titik :
a. Metode
titik dengan kerangka (Point Frame Methode)
Pada setiap titik dicari jenis –
jenis yang tertunjuk / tertusuk. Alat yang digunakan bisa berupa kawat. Dicatat
semua jenis dan jumlah individunya. Beberapa kali frame diletakkan dan beberapa
kali jenis dikenai, kemudian dicatat.
b. Metode
titik pusat (Point Centre / Quarter Methode)
Prosedur
:
1. Di tempat yang akan diteliti ditancapkan jarum / paku
yang diatasnya dipasang kompas.
2. Daerah itu, dengan titik sebagai pusat di bagi 4
bagian (kuadran)
3. Tumbuhan yang diambil datanya (dianalisis) disetiap
kuadran adalah satu pohon (sampling) yang terdekat dengan titik pusat.
Ketentuan –
ketentuan Dalam Sintesa
1. Kerapatan (Density)
Merupakan jumlah pada suatu kesatuan luas lahan.
Kerapatan spesies per luas :
Kerapatan relative spesies :
2. Frekuensi
Menggambarkan penyebaran jenis tumbuhan di suatu
daerah vegetasi, disebut pola distribusi.
Frekuensi :
Kalau dengan metode transek dianggap satu petak
contoh.
Kalau dengan point frame method maka frekuensi :
Klas : frekuensi
Raunkier membuat klas –
klas frekuensi :
A : 1 – 20%
B : 21 – 40%
C : 41 – 60%
D : 61 – 80%
E :81 – 100%
Hukum frekuensi
Raunkier : Spesies dengan frekuensi rendah lebih banyak individunya daripada
frekuensi tinggi.
Frekuensi relatif
spesies :
3.
Kelimpahan
Kelimpahan spesies :
Klas kelimpahan
Penentuan klas
kelimpahan dipakai kategori dari Braun – Blanquette
Klas
|
Kelimpahan
|
|
Rare
|
1
– 4
|
Jarang
|
Occasional
|
5
– 14
|
Agak
jarang
|
Frequent
|
15
– 29
|
Agak
melimpah
|
Abundant
|
30
– 90
|
Melimpah
|
Very
abundant
|
100
|
Sangat
melimpah
|
4.
Penutupan
Memberikan gambaran
tentang penguasaan suatu daerah vegetasi oleh setiap jenis tumbuhan yang ada,
yang biasanya dapat dinyatakan oleh mahkota tumbuhan atau peneduhan tanah oleh
daun, batang, cabang, dan bunga. Dapat pula dinyatakan dengan diameter batang
yang menutup tersebut.
Basal area per pohon :
Penutupan juga
menggambarkan dominasi (kerimbunan). Dominasi relatif :
5.
Total Estimasi
Hubungan penutupan dan
kelimpahan, Braun – Blanquette membagi :
a.
Spesies dengan individu sedikit,
penutupan sangat kecil.
b.
Spesies dengan individu melimpah tetapi
penutupan kecil.
c.
Jumlah individu banyak, jika kecil dan
jumlah individu sedikit, jika besar, penutupan 5%.
d.
Individu sedikit atau banyak, penutupan
25 – 50%
e.
Individu sedikit atau banyak, penutupan
50 – 75%
f.
Penutupan 75 – 100%
6.
Indeks asosiasi dan Indeks kesamaan
komunitas (association index and indeks of similarity)
Indeks asosiasi :
asosiasi antarspesies.
Indeks kesamaan : untuk
membandingkan atau membedakan dua group dua stand, apakah termasuk dalam
komunitas yang sama atau tidak. Indeks kesamaan ini memberikan gambaran derajat
kesamaan dari dua stand (group) tadi. Indeks kesamaan :
Keterangan
IS = indeks kesamaan
W = jumlah dari
kuantitas terendah untuk jenis dari masing – masing komunitas
a = jumlah dari seluruh
kuantitas pada komunitas pertama
b = jumlah dari seluruh
komunitas pada komunitas kedua
7.
Indeks Nilai Kepentingan = Important
Value Index = IVI
Menggambarkan karakter
fitososiologi dalam komunitas. Indeks nilai penting merupakan gabungan dari
frekuensi relatif + dominasi relatif + kerapatan relatif. Fitografi spesies
pada :
Frekuensi relatif (FR) : 30%
Kerapatan relatif (KR) : 60%
Dominasi relatif (DR) : 40%
Jadi nilai indeks
kepentingannya = 130
Untuk menyatakan
peranan jenis di dalam vegetasinya mempergunkan istilah SDR (Summed Dominant
Ratio) atau Dominasin Terjumlah. Harga SDR dapat dicari :
Dalam sintesa, jenis
yang mempunyai harga IVI atau SDR yang tinggi merupakan jenis yang dominan dan
menentukan sifat dari suatu komunitas, dengan metode kuadrat.
8.
Kesetiaan (Fidelity)
Kesetiaan suatu spesies
terhadap komunitasnya / habitatnya. Braun – Blaanquette membagi dalam lima klas
:
Klas I : Exclusive
(eksklusif) : hanya terdapat pada satu komunitas.
Klas II : Selective
(selektif) : biasanya hanya di satu komunitas, tetapi kadang – kadang di
komunitas lain.
Klas III : Preferential
(preferensial) : terdapat disemua jenis
komunitas.
Klas IV : Indifferent
(indiferen) : terdapat disemua jenis komunitas.
Klas V : Strange
(asing) : jarang dan hanya kadang –kadang terdapat di suatu komunitas.
3.
Berdasarkan Analisis Kelompok
Analisis cluster merupakan suatu teknik analisis multivariat
yang ditujukan untuk membuat klasifikasi individu-individu atau
obyek-obyek kedalam kelompok-kelompok lebih kecil yang berbeda satu dengan yang
lain. Sehingga obyek yang berada dalam kelompok yang sama relatif lebih homogen
daripada obyek yang berada pada kelompok yang berbeda. Analisis Cluster
termasuk dalam analisis multivariat metode interdependen. Sebagai alat analisis
interdependen, maka tujuan analisis cluster tidak untuk menghubungkan ataupun
membedakan dengan sample ataupun variabel yang lain. Analisis cluster merupakan
salah satu alat analisis yang berguna dalam meringkas data atau sejumlah
variabel untuk menjadi lebih sedikit. Analisis
cluster dapat diterapkan untuk berbagai lahan penelitian seperti analisis
vegetasi yaitu cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas,
maka kegiatan analisis vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya cukup
menempatkan beberapa petak contohnya untuk mewakili habitat tersebut. Dalam
sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh,
cara peletakan petak contoh dan teknik analisis vegetasi yang digunakan.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dapat mewakili dalam komunitas, tetapi harus cukup kecil agar
individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau
pengabaian. Karena titik berat analisis vegetasi terletak pada komposisi jenis
dan jika kita tidak dapat menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat
mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area
(KSA) dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan:
a)
Luas minimum suatu petak yang dapat
mewakili habitat yang akan diukur
b)
Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya
mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan
metode jalur.
Tujuan utama dari analisis cluster adalah mengelompokkan
objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara objek-objek tersebut.
Objek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu atau beberapa cluster (kelompok) sehingga
objek-objek yang berada dalam satu cluster
akan mempunyai kemiripan satu dengan yang lain. Homogenitas yang tinggi
antar anggota dalam cluster (within
cluster) dan heterogenitas (perbedaan) yang tinggi antar cluster yang satu dengan yang lainnya
(between cluster) merupakan dua
hal yang harus dimilikisebuah cluster agar
dapat dikatakan cluster itu
baik.
4.
Berdasrkan Analisa Asosiasi
Analisis asosiasi membentuk dendrogram
dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas seperti clustering. Analisis
asosiasi dibagi pada dasar spesies diferensial persis seperti tabel. Tetapi
pemilihan diferensial berdasarkan lebih pada probabilitas atau persamaan
statistik.
E.
Pemetaan Vegetasi
1.
Metode Pemetaan Vegetasi
Dalam
mempelajari suatu komunitas tumbuhan sering diperlukan satu gambaran mengenai
penyebaran dari suatu vegetasi jenis tertentu di suatu daerah. Berikut beberapa
metode pemetaan vegetasi secara sederhana:
a.
Pemetaan Komunitas Tumbuhan Dari Satu
Titik Konstan
Pada
metode ini kita harus menentukan suatu titik atau tempat yang berkedudukan
sedemikian rupa sehingga area vegetasi dapat terlihat. Titik ini dipakai
sebagai titik konstan dari mana arah dan jarak titik-titik lainnya akan
ditentukan. Kemudian menentukan titik-titik pada batas luar vegetasi dengan
kedudukan sedemikian rupa sehingga memberikan gambaran dari bentuk dan
penyebaran vegetasi. Selanjutnya menentukan kedudukan titik-titik ini terhadap
titik yang konstan tadi dengan kompas dan mengukur jarak dari titik-titik pada
vegetasi ke titik konstan.
b.
Pemetaan Daerah Dengan Mencari Jarak dan
Sudut
Pada
metode ini kita harus menyusun titik-titik pada daerah yang hendak dibuat
petanya. Susunan titik-titik ini memberikan gambaran bentuk dari daerah
tersebut. Kemudian menghitung jarak antara satu titik terhadap titik lainnya yang berdekatan, selanjutnya
menentukan pula dengan kompas kedudukan antar titik-titik yang berdekatan tadi.
2.
Berdasarkan Pengindraan Jauh
Pengindraan
jauh adalah mengamati dan mengukur objek tanpa menyentuh. Dalam ilmu lingkungan
mengacu pada pemakaian sensor yang mendetect radiasi mikromagnetik yang
dipantulkan dari vegetasi dan permukaan tanah.
3.
Berdasarkan Ordinasi
Pola
komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller Dombois dan
Elenberg (1974) pegambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random,
sistematik atau secara subjektif atau faktor gradien tertentu. Untuk memperoleh
informasi vegetasi secara objektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan
contoh-contoh (releve) berdasarkan koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam
releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi
diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa
sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta
kelimpahannya kan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve
yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk
menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan.
4.
Berdasarkan Ordinasi Polar
Metode
ordinasi polar yang paling awal dan sederhana melibatkan perhitungan yang tidak
begitu rumit. Langkah pertama membentuk matriks nilai CC (koefisien komunitas)
semua pasangan stand. Langkah kedua pembentukan matriks disimilaritas pasangan
stand mempunyai indeks difference. Langkah ketiga adalah memindahkan nilai ID
ke sebuah titik. Ada beberapa cara untuk transfer tersebut, dan beberapa
memakai komputer. Yang paling sederhana adalah dengan ordinasi polar yaitu
dengan memiliki dua stand acuan pertama A da kedua B yang paling berbeda
sebagai kutub pada aksi horizontal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat dan terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme
lainnya sehingga berjalan dinamis.
2. Klasifikasi
vegetasi ada tujuh macam, diantaranya adalah vegetasi pantai, vegetai payau,
vegetasi mangrove, vegetasi dataran rendah, vegetasi dataran tinggi, vegetasi
pegunungan, dan vegetasi gambut.
3. Komunitas
vegetasi diklasifikasikan dalam beberapa cara menurut kepentingan dan tujuannya
berdasarkan: fisiognomi, habitat, dan komposisi dan dominasi spesies.
4. Beberapa
Metode Analisis Vegetasi yaitu metode
destruktif, metode non destruktif, metode non destruktif non floristika, metode
non destruktif floristika. Menurut para pakar, analisis komunitas dari tumbuhan
dibagi menjadi dua teknik analisi, antara lain : analisis kualitatif komunitas
tumbuhan dan analisis kuantitatif komunitas.
5. Pemetaan
Vegetasi terdiri atas :
a) Metode
Pemetaan Vegetasi, diantaranya pemetaan komunitas tumbuhan dari satu titik konstan
dan pemetaan daerah dengan mencari jarak dan sudut.
b)
Berdasarkan Pengindraan Jauh
c)
Berdasarkan Ordinasi
d)
Berdasarkan Ordinasi Polar
B. Saran
Diharapkan
bagi para pembaca agar mencari referensi lain tentang makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Irwan,
D.Z.; 1997, Prinsip – Prinsip Ekologi.
PT Bumi Aksara, Jakarta
Lumowa, S; 2012, Diktat
Ekologi Tumbuhan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Mulawarman, Samarinda
Suwasono,
dkk.; 1986, Pengantar Ekologi.
Universitas Brawijaya, Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar