KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya jualah akhirnya penulis bisa menyelesaikan makalah Evolusi tentang
Evolusi Penyu.
Penulis juga berharap dengan adanya
makalah ini, mahasiswa dapat lebih memahami dan dapat memudahkan mahasiswa
dalam mempelajari materi Evolusi.
Penulis sadar di dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dan mengarah kepada perbaikan makalah ini di masa
mendatang.
Kiranya mudah-mudahan makalah ini kelak dapat bermanfaat
bagi penulis dan pada mahasiswa atau semua pihak yang kelak akan memerlukannya.
Samarinda, Mei
2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang........................................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................... 2
C.
Tujuan...................................................................................................... 2
D.
Manfaat................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori
Evolusi........................................................................................... 3
B.
Evolusi Penyu......................................................................................... 7
C.
Penyu Laut yang telah Punah............................................................... 16
D. Penyu
Laut yang Masih Hidup Sampai Sekarang ................................ 17
E.
Fakta Hewan yang Masih
Hidup Sampai Sekarang
Menjadi
Hewan Darat............................................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 20
B.
Saran..................................................................................................... 21
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Evolusi
adalah proses perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu
yang lama. Teori evolusi adalah perpaduan antara idea dan fakta. Dalam perkembangan
selajutnya teori evolusi dapat dijelaskan latar belakangnya berdasarkan hukum-hukum yang dikemukakan oleh Johan
Gregor Mendel (1865) mengemukakan tentang adanya faktor dalam, yang
selanjutnyadisebut sebagai faktor herediter, faktor yang diturunkan, yang
kemudian disebut gena. Hugo de Vries (1886) mengemukakan tentang mutasi, suatu perubahan
yang bersifat kekal. Hardy dan Weinberg (1908) mengemukakan hukum mengenai
frekuensi genSetelah menyelesaikan pokok bahasan hukum-hukum yang berkaitan
dengan perkembangan evolutif makhluk hidup
Evolusionis
menyatakan bahwa suatu ketika, spesies yang hidup di air naik ke darat dan berubah
menjadi spesies darat. Evolusionis mengasumsikan invertebrata laut yang muncul
pada periode Kambrium berevolusi menjadi ikan dalam waktu puluhan juta tahun. Invertebrata
memiliki jaringan keras di luar tubuh mereka, sedangkan ikan adalah vertebrata
dengan jaringan keras di dalam tubuh. "Evolusi" sebesar itu tentu
akan melalui miliaran tahap, dan seharusnya ada miliaran bentuk transisi yang
menunjukkan tahapan-tahapan tersebut.
Evolusionis
telah menggali lapisan-lapisan fosil selama kurang lebih 140 tahun untuk
mencari bentuk-bentuk hipotetis tersebut. Mereka telah menemukan jutaan fosil
invertebrata dan jutaan fosil ikan; tetapi tidak pernah menemukan satu bentuk
peralihan pun antara invertebrata dan ikan. Bisa dibilang, evolusi penyu adalah cerita mudah
diikuti: rencana penyu dasar tubuh muncul sangat awal dalam sejarah kehidupan
(selama periode Triassic akhir), dan telah berlangsung cukup banyak berubah
hingga hari ini, dengan variasi biasa dalam ukuran, habitat dan ornamentasi.
Seperti jenis lain sebagian besar hewan, meskipun, pohon evolusi penyu termasuk
pangsa rantai yang hilang (beberapa teridentifikasi, beberapa tidak), mulai
palsu, dan berumur pendek episode gigantisme.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
teori evolusi?
2.
Bagaimanakah
evolusi penyu laut?
3.
Apa
saja jenis family penyu laut yang telah punah?
4.
Apa
saja jenis family penyu laut yang masih hidup sampai sekarang?
5.
Apa
saja fakta hewan air yang naik ke darat tidak bisa transisi menjadi hewan
darat?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui teori evolusi.
2.
Untuk
mengetahui evolusi penyu laut.
3.
Untuk
mengetahui jenis family penyu laut yang telah punah.
4.
Untuk
mengetahui jenis family penyu laut yang masih hidup sampai sekarang.
5.
Untuk
mengetahui fakta hewan air yang naik ke darat tidak bisa transisi menjadi hewan
darat.
6.
Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai bahan informasi tambahan bagi
mahasiswa agar mampu mengetahui teori
evolusi, evolusi penyu, mengetahui tentang penyu laut yang telah punah, penyu
laut yang masih hidup sampai sekarang dan fakta hewan air yang naik ke darat tidak bisa
transisi menjadi hewan darat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teori Evolusi
Evolusi adalah ilmu tentang
perubahan-perubahan organisme yang berangsur-angsur menuju kepada kesesuaian
dengan waktu dan tempat. Dari definisi tersebut, evolusi tidak akan pernah
membuktikan bagaimana kera berubah menjadi manusia. Evolusi bukan proses perubahan
dari suatu organisme (spesies) ke organisme (spesies) yang lain. Evolusi
merupakan perubahan frekuensi alel suatu populasi per satuan waktu. Menurut
teori evolusi, kera mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat dengan manusia.
Teori evolusi tidak menerangkan bahwa kera adalah nenek moyang langsung dari
manusia. Pada dasarnya, teori evolusi menjelaskan bahwa perubahan frekuensi
alel dari suatu populasi merupakan proses evolusi. Dengan demikian, semua
organisme berevolusi dari waktu ke waktu. Pada zaman Aristoteles hingga zaman
Linnaeus, suatu spesies dianggap tetap, tidak mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Akan tetapi, setelah teori evolusi muncul, pendapat itu berubah. Suatu
populasi organisme berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi lingkungannya
(seleksi alami).
Gagasan mengenai teori evolusi, dimulai
oleh seorang naturalis berkebangsaan Inggris bernama Charles Darwin.
Pemikirannya mulai muncul setelah ia menerima tawaran dari Angkatan Laut
Inggris untuk berkelana mengelilingi dunia menggunakan kapal layar HMS Beagle
selama 5 tahun tanpa bayaran. Suatu saat di akhir tahun 1835, rombongan kapal
ini mendarat di sebuah pulau di Amerika Selatan yang dikenal dengan nama Pulau
Galapagos. Selama tiga minggu di pulau ini, Darwin telah banyak mengambil
sampel tumbuhan, reptil, dan hewan-hewan lainnya. Hal yang paling mengesankan
bagi Darwin adalah adanya burung-burung dari famili Fringilidae yang memiliki paruh dengan bentuk yang beraneka ragam.
Variasi yang dimiliki burung tersebut ternyata tidak hanya terlihat pada bentuk
paruhnya saja, tetapi juga dari jenis makanannya. Setiap jenis makanan ternyata
telah menjadi makanan utama bagi salah satu jenis burung famili Fringilidae ini.
1.
Teori
Darwin
Darwin juga menemukan bahwa hanya sedikit burung
jenis lain selain family Fringilidae
yang terdapat di pulau tersebut.Setelah pulang kembali ke Inggris, Darwin
menemukan permasalahan dalam menjelaskan mengapa setiap daerah yang dia
kunjungi memiliki keanekaragaman yang berbeda. Hal yang selalu paling
membuatnya tertarik adalah kenyataan mengenai bentuk-bentuk paruh dari burung
finch yang dia temukan di Pulau Galapagos. Gagasan tentang asal-usul organisme
ini ternyata tidak dikemukakan oleh Darwin seorang. Seorang ilmuwan
berkebangsaan Inggris lainnya, yakni Alfred Russel Wallace juga menyatakan hal
yang sama mengenai konsep asal-usul organisme.
Dalam bukunya yang berjudul ”The Orgin of Species by Means of Natural Selection,” Charles
Darwin mengungkapkan teorinya mengenai evolusi. Pokok utama dari teori Darwin
tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada suatu organisme disebabkan oleh seleksi alami (natural
selection).
b.
”Survival
of the fittest”, artinya siapa yang paling kuat dia akan bertahan. Darwin
mengemukakan bahwa individu yang kuat akan bertahan dan akan mewariskan sifat
ke generasi berikutnya.
c.
”Struggle
for existance”, artinya berjuang keras untuk bertahan hidup. Individu yang
tidak dapat bertahan akan mati dan terjadi kepunahan, sedangkan yang bertahan
akan melanjutkan hidupnya dan bereproduksi.
2.
Teori
Lanmarck
Bisa dibilang, evolusi penyu adalah cerita mudah
diikuti: rencana penyu dasar tubuh muncul sangat awal dalam sejarah kehidupan
(selama periode Triassic akhir), dan telah berlangsung cukup banyak berubah
hingga hari ini, dengan variasi biasa dalam ukuran, habitat dan ornamentasi.
Seperti jenis lain sebagian besar hewan, meskipun, pohon evolusi penyu termasuk
pangsa rantai yang hilang (beberapa teridentifikasi, beberapa tidak), mulai
palsu, dan berumur pendek episode gigantisme.
3.
Teori
Weismann
Orang yang mengemukakan teori ini adalah August
Weismann (1834–1914). Weismann adalah seorang ahli biologi berkebangsaan
Jerman. Dalam teorinya dinyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi
alam terhadap faktor genetis.2. Perdebatan Ilmuwan Tentang Evolusi, banyaknya
ahli yang mengajukan teori-teori evolusinya, menimbulkan pertentangan pendapat
di antara ilmuwan-ilmuwan tersebut. Hasil pengamatan setiap ilmuwan berbeda.
Hal tersebut dapat dipahami karena teori evolusi yang dikemukakan hanya
didasarkan atas pengamatan bukti-bukti evolusi, bukan berdasarkan eksperimen di
laboratorium sehingga hasilnya belum pasti.
4.
Gabungan
Teori
a.
Teori
Lanmark dan Darwin
Lamarck mengemukakan bahwa jerapah berleher panjang
karena kebiasaan menjulurkan lehernya terus-menerus untuk mencari makanan di
pohon yang tinggi. Darwin membantahnya dengan mengemukakan bahwa jerapah yang
berleher panjang dan jerapah yang berleher pendek sudah ada sebelumnya. Seleksi
alam menyebabkan jerapah berleher pendek punah dan menyisakan jerapah yang
berleher panjang.
b.
Teori
Lanmarck dan Weismann
Teori yang dikemukakan oleh Lamarck juga dibantah
oleh Weismann. Weismann menyanggah teori Lamarck ini dengan melakukan percobaan
pemotongan ekor tikus dan mengawinkan sesamanya selama 22 generasi. Ternyata
setiap generasi tidak pernah menghasilkan tikus yang berekor pendek. Generasi
tikus yang ke-23 tetap berekor panjang. Dengan berbekal informasi ini, Weismann
menggugurkan teori yang diajukan oleh Lamarck. Weismann mengungkapkan bahwa
pengaruh genetis merupakan faktor lain yang menyebabkan adanya variasi. Hal ini
ia temukan pada saat mengamati proses pembelahan sel. Faktor genetis inilah
yang kemudian diwariskan kepada keturunannya.
c.
Teori Darwin dan
Weismann
Sebenarnya, teori yang dikemukakan oleh kedua tokoh
ini tidak bertentangan. Teori Weismann bahkan lebih menjelaskan teori seleksi
alam yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Weismann berpendapat bahwa perubahan
sel tubuh akibat pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan. Proses evolusi akan
terjadi jika ada perubahan pada sel kelamin. Perbedaannya dengan Darwin adalah
Darwin berpendapat bahwa evolusi terjadi melalui seleksi alam. Adapun Weismann,
mengatakan bahwa evolusi merupakan gejala seleksi alam terhadap faktor genetis.
B.
Evolusi
Penyu
1.
Penyu atau Kura-Kura
Penyu laut merupakan hewan
reptilia yang langka. Penyu laut saat ini telah menjadi hewan yang sangat
dilindungi karena jumlahnya di muka bumi ini yang hampir punah. Kehidupan penyu
lautpun sampai saat ini masih menjadi sebuah misteri. Seiring dengan
perkembangan peradaban manusia, perlahan-lahan kehidupan penyu laut pun mulai
diketahui. Para ilmuwan dan peneliti meyakini bahwa penyu laut merupakan
hewan purba yang telah ada sejak zaman dinosaurus. Hal ini diperkuat dengan
ditemukannya fosil-fosil hewan purba yang menyerupai bentuk penyu di beberapa
negara.
Penyu diperkirakan telah hidup sejak
zaman Triassic (250 – 210 tahun yang lalu). Zaman Triassic ini merupakan zaman
dimana Dinosaurus dan reptilia laut mulai muncul dan reptilia yang menyerupai
mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont
mulai berkembang. Mamalia pertama pun mulai muncul pada zaman ini. Benua Pangea
bergerak ke Utara dan gurun. mulai terbentuk. Lembaran es di bagian selatan
mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pange.
Penyu yang diperkirakan hidup pada
zaman Triasic merupakan jenis hewan darat seperti kura-kura. Penyu yang ada
pada zaman itu diduga merupakan nenek moyang penyu laut, dimana penyu tersebut
merupakan transisi antar penyu primitive dan penyu perenang.
Dari hasil penemuan sebuah fosil
hewan purba yang menyerupai penyu, diduga penyu mulai menjalani kehidupan
hampir sepenuhnya di air sejak 180 – 160 juta tahun yang lalu. Dimana, pada
saat itu diperkirakan telah memasuki zaman Jurassic yaitu zaman setelah zaman
Triassic. Penyu mulai menghabiskan hidupnya hampir sepenuhnya di laut
diperkirakan karena pada zaman Jurassic ini banyak Dinosaurus tumbuh
dalam ukuran yang luar biasa dan Dinosaurus sepenuhnya mengusai muka bumi.
Selain itu, diduga juga karena pakan di darat mulai sulit di dapat dan pada
saat itu dan bentuk Pangea sudah terpecah sehingga pada saat zaman
itu sudah terdapat danau-danau dan lautan purba yang luas.
Seiring dengan berjalannya waktu,
perubahan dari zaman ke zaman menyebabkan penyu menjadi hewan laut yang seperti
kita kenal sekarang. Jenis-jenis penyu perlahan-lahan mulai berkurang
jumlahnya. Hal ini diduga diakibatkan karena perubahan kondisi alam yang
terkadang tidak mendukung kehidupan penyu dan perburuan predator air yang
semakin ganas, sehingga penyu yang berukuran besar sering dijadikan
mangsa. Beberapa penyu diduga mengalami evolusi dan menghasilkan penyu laut
yang ada seperti sekarang ini.
Penyu laut seperti hewan purba lainnya
diduga mengalami seleksi alam secara perlahan. Pada jaman dahulu diperkirakan
ada banyak jenis penyu laut yang hidup. Tapi, karena adanya banyak perubahan
yang terjadi di muka bumi ini, keberadaan penyu lautpun secara perlahan
mulai berkurang dan mengalami kepunahan akibat dari seleksi alam. Beberapa
jenis penyu laut yang masih hidup sampai saat ini diperkirakan merupakan jenis
penyu laut yang telah mengalami evolusi dan mampu bertahan hidup melewati
seleksi alam.
2.
Persebaran Penyu
Di Indonesia, jumlah penyu laut yang ada diperkirakan sangat
banyak dan terdapat 6 jenis penyu dari 7 jenis penyu yang ada di dunia.
Hal ini dikarenakan karena Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki
iklim tropis. Selain itu di Indonesia juga banyak terdapat pantai yang cocok
untuk dijadikan pantai peneluran penyu laut dan daerah mencari pakan.
Seluruhnya,
diperkirakan terdapat sekitar 260 spesies kura-kura dari 12-14 suku (familia)
yang masih hidup di pelbagai bagian dunia. Di Indonesia sendiri terdapat
sekitar 45 jenis dari sekitar 7 suku kura-kura dan penyu. Suku-suku tersebut
dan beberapa contohnya:
a.
Anak
bangsa Pleurodira
1)
Chelidae, kura-kura leher ular
Suku
ini dinamai demikian karena kebanyakan anggotanya memiliki leher yang panjang.
Karena tak dapat ditarik masuk, kepala kura-kura ini hanya dilipat menyamping
di sisi tubuhnya di bawah lindungan pinggiran tempurung badannya. Suku
kura-kura leher ular menyebar terutama di Papua
dan Australia serta pulau-pulau di sekitarnya, dan di Amerika Selatan. Di luar
tempat-tempat tersebut ditemukan pula di Pulau Rote, Nusa Tenggara. Habitat
kura-kura ini adalah perairan tawar. Beberapa jenisnya yang ada di Indonesia,
di antaranya:
a) Kura-kura
rote (Chelodina mccordi)
b) Kura-kura
papua (Chelodina novaeguineae)
c) Kura-kura
perut putih (Elseya branderhosti)
2)
Pelomedusidae
Seperti
kerabat terdekatnya, Chelidae,
anggota suku ini merupakan kura-kura air tawar. Kura-kura ini hidup di Amerika
Selatan, Afrika dan Madagaskar dan tidak didapati di Indonesia.
b.
Anak
bangsa Cryptodira
1)
Cheloniidae, penyu
Penyu
hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika bertelur, penyu
boleh dikatakan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia mengenal laut
semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak dapat ditarik masuk ke
tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung, dan lubang hidungnya yang
berada di sisi atas moncongnya, merupakan bentuk adaptasi yang sempurna untuk
kehidupan laut. Penyu tersebar luas di samudera-samudera di seluruh dunia. Dari
tujuh spesies anggota suku ini, enam di antaranya ditemukan di Indonesia.
Beberapa contohnya adalah:
a)
Penyu hijau (Chelonia
mydas)
b)
Penyu sisik (Eretmochelys
imbricata)
2)
Dermochelyidae, penyu belimbing
Suku
penyu ini hanya memiliki satu anggota saja, yakni penyu belimbing (Dermochelys
coriacea). Hidup di lautan-lautan besar hingga ke daerah dingin, penyu ini
merupakan kura-kura terbesar yang masih hidup. Panjang tubuhnya (panjang
karapas) dapat mencapai 3 m, meski umumnya hanya sekitar 1.5 m atau kurang, dan
beratnya mendekati 1 ton.
3)
Chelydridae
Suku
ini terdiri dari kura-kura air tawar berekor panjang dan berkepala besar, yang
menyebar di Amerika. Dengan perkecualian satu marga anggotanya (Platysternon)
yang menyebar di Tiongkok dan Indochina. Beberapa ahli memasukkan Platysternon
ke dalam suku tersendiri, Platysternidae.
4)
Kinosternidae
Yakni
suku kura-kura air tawar kecil dari Amerika bagian tengah. Hewan yang mampu
mengeluarkan bau tak enak ini tidak terdapat di Indonesia.
5)
Dermatemyidae
Juga
menyebar terbatas di Amerika Tengah. Dermatemys berukuran relatif besar
dan hidup di sungai-sungai.
6)
Carettochelyidae, labi-labi moncong babi
Suku
ini hanya memiliki satu anggota yang hidup, yakni labi-labi moncong babi (Carettochelys
insculpta). Lainnya telah punah dan hanya ditemukan dalam bentuk fosil.
Labi-labi ini menyebar terbatas di Papua bagian selatan dan di Australia bagian
utara.
7)
Trionychidae, labi-labi
Menyebar
luas di Amerika utara, (Eropa), Afrika dan Asia, ini adalah suku labi-labi yang
paling banyak jenisnya. Di Australia, suku ini hanya tinggal berupa fosil.
Beberapa contohnya dari Indonesia adalah:
d)
Bulus (Amyda
cartilaginea)
e)
Manlai alias labi-labi
bintang (Chitra chitra)
f)
Labi-labi hutan (Dogania
subplana)
g)
Labi-labi irian (Pelochelys
bibroni)
h)
Antipa, labi-labi
raksasa (Pelochelys cantori)
8)
Emydidae
Ini
adalah suku kura-kura akuatik dan semi akuatik yang hidup di air tawar di Eropa,
Asia dan terutama di Amerika. Emydidae merupakan salah satu suku kura-kura
terbesar dari segi jumlah anggotanya. Tidak ada spesiesnya di Indonesia kecuali
dalam bentuk hewan introduksi sebagai hewan peliharaan. Salah satu contohnya
yang banyak dipelihara di Indonesia adalah kura-kura telinga merah (Trachemys
scripta).
9)
Geoemydidae
Merupakan
suku kura-kura yang terbanyak anggotanya, Geoemydidae
(dahulu disebut Bataguridae) terutama
menyebar di Asia Tenggara. Di luar itu, anggota suku ini juga ditemukan di
Afrika bagian utara, Erasia dan Amerika tropis. Ini adalah suku kura-kura air
tawar yang terutama hidup di sungai-sungai, meskipun sering pula ditemui di
daratan. Di Indonesia terdapat sekitar 11 jenisnya. Di antaranya:
a)
Biuku (Batagur baska)
b)
Beluku atau tuntong (Callagur
borneoensis)
c)
Kuya batok (Cuora
amboinensis)
10)
Testudinidae, kura-kura darat sejati
Adalah
suku kura-kura darat dengan banyak anggota yang tersebar luas di seluruh dunia.
Kura-kura raksasa dari Kepulauan Galapagos dan kura-kura darat berumur panjang
dari Kep. Seychelles di atas termasuk ke dalam suku ini. Dua anggotanya
terdapat di Indonesia:
a)
Baning sulawesi (Indotestudo
forsteni)
b)
Baning coklat (Manouria
emys)
c.
Anak
bangsa Paracryptodira (Telah
punah)
Kura-kura
adalah hewan ideal untuk menguji ide-ide evolusi karena beberapa struktur
mereka yang paling unik, seperti kerang keras, melestarikan sangat baik dalam
catatan fosil. Yang juga membuat calon penyu sempurna untuk mempelajari evolusi
adalah bahwa rencana tubuh mereka adalah unik di antara tetrapoda, dan akan
memerlukan 'beberapa perubahan luar biasa dalam kerangka dan organ internal'
karena mereka berevolusi dari tetrapoda khas. Contohnya adalah bahwa skapula vertebrata berada di luar
tulang rusuk, tetapi dalam penyu skapula, tulang humerus dan beberapa lainnya
adalah semua bagian dalam tulang rusuk. Selain itu,
pernapasan sangat berbeda dibandingkan dengan reptil lainnya karena dada penyu
tidak dapat dilembungkan.
Terdapat 2
mekanisme yang mendorong evolusi :
1.
Seleksi alam, merupakan suatu proses alam yang menyebabkan
sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi
organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi atau sebaliknya, sifat
yang merugikan menjadi berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat
yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak
individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan
ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melaui kombinasi perubahan
kecil sifat yang terjadisecara terus-menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
2.
Hayutan genetic, merupakan sebuah proses bebas menghasilkan
perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetic dihasilkan
oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu
bertahan hidup dan bereproduksi. Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh
hanyutan genetic dan seleksi alam kecil, perubahan ini akan berakumulasi dan
menyebabkan perubahan yang subtansial pada organisme. Proses ini mencapai
puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya
evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang dinamakan biologi evoluisioner.
Cabang inilah yang mengembangkan dan menguji teori-teori yang menyebabkan
evolusi. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme
hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies
berubah dari waktu ke waktu. Mekanisme yang mendorong perubahan ini menjadi
jelas ketika teori evolusi melalui seleksi alam dipublikasikan oleh
Chasles Darwin pada tahun 1859. Kemudian, pada tahun 1930 teori seleksi alam
Darwin digabungkan dengan teori Mendel membentuk Sintesis Evolusi Modern
seperti yang telah dijelaskan tadi.
Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset
yang secara terus-menerus menimbulkan pertanyaan baru, dimana hal ini telah
menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara
menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi.
Karena
kurangnya intermediet fosil, evolusionis harus resor untuk hipotesis spekulatif
untuk menyelamatkan penyu agar sesuai ke dalam evolusi. Satu hipotesis adalah
bahwa karapas penyu secara bertahap berevolusi dari 'unsur integumen reptil
primitif. Reptil ahli Olivier Rieppel berpendapat bahwa
besar 'masalah bagi ahli biologi evolusi adalah untuk menjelaskan transformasi
ini dalam konteks sebuah proses bertahap. Rieppel berpendapat bahwa kura-kura
tidak bisa berkembang dengan proses bertahap, dan menyimpulkan bahwa mereka
dapat menjadi contoh dari 'berharap monster'.
Baru-baru
Gilbert dan rekan-rekannya telah mengusulkan sebuah model
teoritis embriologis yang melibatkan gerakan dari tulang rusuk ke dalam lapisan
kulit yang menyebabkan evolusi dari cangkang penyu. Pemodelan ini, meskipun
berguna, tidak dapat menggantikan kebutuhan untuk bukti paleontologis.
Sisa-sisa
fosil reptil purba yang hidup 220 juta tahun yang lalu mungkin telah memecahkan
teka-teki bagaimana kura-kura mendapat cangkangnya dan, dalam proses,
dibersihkan salah satu misteri yang paling abadi evolusi hewan.
Ini adalah penyu tertua seperti fosil dan
cangkangnya tampaknya hanya setengah terbentuk, menutupi perutnya tetapi
meninggalkan kembali tanpa kondom nya. Para ilmuwan percaya hal itu menunjukkan
transisi evolusioner dari negara shell-kurang dari nenek moyang penyu yang
paling awal ke shell sepenuhnya terbentuk dari semua kura-kura hidup.
Cangkang
penyu adalah salah satu struktur yang paling menarik dalam kerajaan hewan, dan
ahli zoologi telah lama berdebat tentang bagaimana rencana tubuh pelindung
perangkat dan tidak biasa bisa berevolusi dari struktur anatomi yang sudah ada
sebelumnya.
Penemuan
terbaru, yang dibuat oleh palaeontolog penggalian di kaya fosil provinsi Cina
Guizhou, menunjukkan bahwa cangkang kura-kura berkembang dari pertumbuhan
tulang yang berkembang dari tulang belakang dan tulang rusuk, bukan
penggabungan lempeng tulang yang ditemukan pada kulit dari beberapa reptil .
"Sejak
tahun 1800, telah terjadi banyak hipotesis tentang asal usul kulit penyu,"
kata Xiao Wu-chun, seorang paleontolog dengan Museum Alam Kanada di Ottawa,
Ontario, yang merupakan bagian dari tim peneliti. "Sekarang kami memiliki
fosil-fosil kura-kura paling awal Mereka mendukung teori bahwa shell akan
dibentuk dari bawah sebagai perpanjangan dari tulang punggung dan tulang rusuk,
bukan sebagai lempeng tulang dari kulit yang lain telah berteori.."
Kura-kura
memiliki rencana tubuh unik yang hampir tidak berubah sejak punahnya dinosaurus
65 juta tahun yang lalu, dan shell khas khas mendefinisikan tempat dalam
kerajaan hewan.
Penemuan
fosil penyu paling awal dibuat pada tahun 2005 namun deskripsi lengkap ilmiah
makhluk itu dan nama - Odontochelys semitestacea - muncul untuk pertama kalinya
dalam edisi terbaru jurnal Nature, oleh tim yang dipimpin oleh Chun Li dari
Chinese Academy of Sciences di Beijing.
"Ini
adalah kura-kura pertama dengan shell tidak lengkap," kata Olivier Rieppel
dari Field Museum di Chicago, yang juga dalam tim. "Shell adalah sebuah
inovasi evolusioner Sulit untuk menjelaskan bagaimana ia berkembang tanpa
contoh menengah.."
Cangkang
kura-kura dibagi menjadi dua bagian. Para Plastron rendah meliputi bawah dan
melindungi penyu berenang dari predator menyerang dari bawah, dan karapas atas
melindungi dari atas. Fosil 220-juta tahun ditemukan di Cina memiliki Plastron
sepenuhnya terbentuk yang menunjukkan bahwa makhluk itu berenang bebas dan
harus dilindungi dari bawah, tetapi tidak memiliki karapas kembali.
"Reptil
yang hidup di darat memiliki perut mereka dekat dengan tanah dengan sedikit
paparan bahaya," kata Dr Rieppel, menjelaskan mengapa keberadaan Plastron
menunjukkan bahwa penyu kuno pastilah air penghuni. Daripada shell atas
sepenuhnya terbentuk, fosil telah diratakan tulang rusuk dan tulang punggung
diperluas yang akan memberinya perlindungan parsial. Tengkoraknya juga
mengandung gigi, yang pada keturunan kemudian akan diganti dengan paruhnya
terangsang dimiliki oleh zaman modern penyu.
Beberapa
reptil, seperti buaya, memiliki lempeng tulang di kulitnya disebut osteoderms,
juga ditemukan pada kerabat punah seperti dinosaurus. Karakteristik ini
dipandang sebagai penjelasan yang mungkin untuk kulit penyu jika mereka menyatu
menjadi struktur tunggal. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa selama
perkembangan embrio tulang punggung penyu memperluas luar dan tulang rusuk
memperluas untuk bertemu dan membentuk shell. Hal ini menunjukkan jalur
alternatif evolusi yang sekarang didukung oleh fosil yang ditemukan di Cina.
"Hewan
ini memberitahu orang melupakan leluhur kura-kura tertutup osteoderms,"
kata Dr Rieppel. Penjelasan yang lebih mungkin adalah bahwa shell berevolusi
dari outgrowths dari tulang rusuk dan tulang belakang yang akhirnya menyatu
untuk membentuk shell tunggal, seperti yang mereka lakukan selama perkembangan
embrio.
C.
Penyu
Laut yang Telah Punah
Semua
penyu laut masuk ke dalam superfamili Chelonioidae. Superfamili ini
dibagi lagi ke dalam 5 famili kecil, yaitu : family Toxochelyidae,
family Cheloniidae, family Thalassemyidae, family Dermochelyidae
dan family Protostegidae. Dari kelima family tersebut, 3 famili telah
mengalami kepunahan, yaitu family, Toxochelyidae, Thalassemyidae
dan Protostegidae. Para peneliti sampai saat ini masih berusaha mencari
fosil-fosil yang tersisa dari ketiga family tersebut.
Fosil
penyu laut dari family Protostegidae pernah ditemukan oleh para peneliti di
shale Pierre, Dakota Selatan pada tahun 1970. Penyu laut family ini diduga
hidup selama era Mesozoikum. Family Protostegidae
ini mencakup 4 genus penyu laut yang berukuran besar-besar, yaitu : Archelon,
Chelosphargis, Protostega dan Santanachelys. Salah satu yang
terbesar dan yang ditemukan oleh para peneliti di shale pierre Dakota Selatan
pada tahun 1970 adalah dari genus Archelon. Fosil Archelon
memiliki panjang lebih dari 4 meter dan sekitar 4, 87 meter lebarnya dari sirip
ke sirip. Ukuran ini adalah ukuran terbesar yang pernah ditemukan oleh para
peneliti.
Fosil penyu laut lain lagi yang pernah ditemukan para
peneliti yang diperkirakan telah hidup pada zaman Triassic adalah Eilanchelys
waldmani. Penyu ini adalah penyu tertua dan merupakan nenek moyang penyu
laut. Penyu spesies ini merupakan jenis hewan darat seperti kura-kura.. Penyu
ini berat, jalannya lambat, dipersenjatai tempurung dan tumit yang tebal.
Tempurungnya seperti kura-kura berukuran panjang 30 cm. Penyu ini tidak
memiliki sirip seperti penyu laut, tetapi penyu ini masih bisa berenang dan
penyu ini merupakan penyu perenang tertua. Fosil penyu spesies Eilanchelys
waldmani ini ditemukan di Inggris pada tahun 2008.
Masih banyak lagi sebenarnya fosil penyu laut yang telah
ditemukan peneliti. Dan sampai saat ini, para peneliti masih terus mencari
fosil-fosil yang terkubur di berbagi Negara untuk lebih mengetahui pasti
bagaimana penyu laut tersebut berevolusi dari zaman ke zaman.
D.
Penyu
Laut yang Masih Hidup Sampai Sekarang
Saat
ini, masih ada 7 jenis penyu laut yang masih hidup di dunia. Enam diantaranya
ada di Indonesia. Ketujuh jenis penyu laut yang masih hidup tersebut termasuk
dalam family :
1.
Famili Cheloniidae
a.
Penyu Hijau (Chelonia mydas)
b.
Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
c.
Penyu TempaYan (Caretta caretta)
d.
Kemp Ridley (Lepidochelys kempi)
e.
Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
f.
Penyu Pipih (Narator depressus)
2.
Famili Dermochelyidae
a.
Penyu belimbing (Dermochelys coriace)
Dari
ketujuh jenis Penyu laut yang ada, jenis penyu belimbing diduga merupakan jenis
penyu yang telah hidup dari sejak zaman purba dan telah mengalami evolusi,
sehingga menjadi penyu belimbing seperti yang ada saat ini. Penyu sisik juga
dikatakan oleh para peneliti merupakan penyu laut purba yang telah hidup dari
sejak zaman Jurassic di Kepulauan karibia, Australia dan daerah sekitar Puerto
rico.Secara evolusioner peneliti beranggapan Jenis Eretmochelydae secara umum
merupakan hasil evolusi dari nenek moyang karnivora. Penyu hijau juga dikatakan
oleh para peneliti merupakan jenis penyu yang telah hidup di zaman Jurassic dan
telah mengalami evolusi sampai saat ini yang diduga berasal dari nenek moyang Herbivorous chelonii.
E.
Fakta Hewan Air yang Naik ke Darat Tidak
Bisa Transisi Menjadi Hewan Darat
Evolusionis menyatakan
bahwa suatu ketika, spesies yang hidup di air naik ke darat dan berubah menjadi
spesies darat. Ada sejumlah fakta yang sangat jelas menunjukkan kemustahilan
transisi seperti itu:
1.
Keharusan
membawa beban tubuh: makhluk penghuni air membawa beban tubuh mereka tanpa
masalah. Tetapi, bagi sebagian besar binatang darat, 40% energi mereka habis
hanya untuk membawa beban tubuh mereka. Makhluk hidup yang berpindah dari air
ke darat harus mengembangkan sistem otot dan kerangka baru secara bersamaan
agar dapat memenuhi kebutuhan energi ini. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi
melalui mutasi kebetulan.
2.
Daya
tahan terhadap panas: suhu daratan dapat berubah dengan cepat dan naik-turun
dalam rentang yang lebar. Makhluk hidup di darat memiliki mekanisme tubuh yang
dapat menahan perubahan-perubahan suhu yang besar itu. Akan tetapi, suhu lautan
berubah secara perlahan dan perubahan tersebut tidak terjadi dalam rentang yang
terlalu lebar. Organisme hidup dengan sistem tubuh sesuai temperatur laut yang
konstan akan membutuhkan suatu sistem perlindungan agar perubahan suhu di darat
tidak akan membahayakan. Sangat tidak masuk akal bahwa ikan mendapatkan sistem
tersebut melalui mutasi acak segera setelah mereka naik ke darat.
3.
Penggunaan
air: air dan kelembaban yang penting untuk metabolisme harus digunakan sehemat
mungkin karena kelangkaan sumber air di darat. Sebagai contoh, kulit harus
dirancang agar dapat mengeluarkan air sejumlah tertentu, sekaligus mencegah penguapan
berlebihan. Karenanya, makhluk hidup di darat memiliki rasa haus karakteristik
yang tidak dimiliki organisme air. Di samping itu, kulit tubuh hewan air tidak
sesuai untuk habitat non air.
4.
Ginjal:
organisme air dapat dengan mudah membuang zat-zat sisa dalam tubuh mereka
(terutama amonia) dengan penyaringan, karena banyaknya air dalam habitat
mereka. Di darat, air harus digunakan sehemat mungkin. Itulah sebabnya hewan
darat memiliki sistem ginjal. Berkat ginjal, amonia disimpan dengan cara
mengubahnya menjadi urea dan hanya membutuhkan sejumlah kecil air untuk
membuangnya. Di samping itu, beberapa sistem baru dibutuhkan untuk membuat
ginjal berfungsi. Singkatnya, agar perpindahan dari air ke darat dapat terjadi,
makhluk hidup tanpa ginjal harus membentuk sistem ginjal secara tiba-tiba.
5.
Sistem
pernapasan: ikan "bernapas" dengan mengambil oksigen yang terlarut
dalam air yang mereka alirkan melewati insang. Mereka tidak mampu hidup lebih
dari beberapa menit di luar air. Agar mampu hidup di darat, mereka harus
mendapatkan sistem paru-paru yang sempurna secara tiba-tiba. Tentu saja
mustahil bahwa semua perubahan fisiologis yang dramatis ini dapat terjadi pada
organisme yang sama, pada saat bersamaan, dan secara kebetulan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1.
Evolusi
adalah ilmu tentang perubahan-perubahan organisme yang berangsur-angsur menuju
kepada kesesuaian dengan waktu dan tempat. Dari definisi tersebut, evolusi
tidak akan pernah membuktikan bagaimana kera berubah menjadi manusia.
2.
Penyu laut seperti hewan purba lainnya diduga mengalami
seleksi alam secara perlahan. Pada jaman dahulu diperkirakan ada banyak jenis
penyu laut yang hidup. Tapi, karena adanya banyak perubahan yang terjadi di
muka bumi ini, keberadaan penyu lautpun secara perlahan mulai berkurang
dan mengalami kepunahan akibat dari seleksi alam. Beberapa jenis penyu laut
yang masih hidup sampai saat ini diperkirakan merupakan jenis penyu laut yang
telah mengalami evolusi dan mampu bertahan hidup melewati seleksi alam.
3.
Family penyu laut yang telah mengalami kepunahan, yaitu
family, Toxochelyidae, Thalassemyidae dan Protostegidae.
4.
Ketujuh jenis penyu laut yang masih hidup tersebut adalah :
a.
Penyu Hijau (Chelonia mydas)
b.
Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
c.
Penyu TempaYan (Caretta caretta)
d.
Kemp Ridley (Lepidochelys kempi)
e.
Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
f.
Penyu Pipih (Narator depressus)
g. Penyu belimbing (Dermochelys
coriace)
5.
Fakta
hewan air yang naik ke darat tidak bisa transisi menjadi hewan darat yaitu :
a. Keharusan membawa beban tubuh: makhluk
hidup yang berpindah dari air ke darat harus mengembangkan sistem otot dan
kerangka baru secara bersamaan agar dapat memenuhi kebutuhan energi ini.
b. Daya tahan terhadap panas: suhu daratan
dapat berubah dengan cepat dan naik-turun dalam rentang yang lebar.
c. Penggunaan air : makhluk hidup di darat
memiliki rasa haus karakteristik yang tidak dimiliki organisme air. Di samping
itu, kulit tubuh hewan air tidak sesuai untuk habitat non air.
d. Ginjal: organisme air dapat dengan mudah
membuang zat-zat sisa dalam tubuh mereka (terutama amonia) dengan penyaringan,
karena banyaknya air dalam habitat mereka. Agar perpindahan dari air ke darat
dapat terjadi, makhluk hidup tanpa ginjal harus membentuk sistem ginjal secara
tiba-tiba.
e.
Sistem
pernapasan: ikan "bernapas" dengan mengambil oksigen yang terlarut
dalam air yang mereka alirkan melewati insang. Mereka tidak mampu hidup lebih
dari beberapa menit di luar air. Agar mampu hidup di darat, mereka harus
mendapatkan sistem paru-paru yang sempurna secara tiba-tiba.
B.
Saran
Diharapkan agar para pembaca dapat membaca
referensi penunjang lainnya yang berkaitan dengan materi evolusi penyu.
DAFTAR
PUSTAKA
Kimball,
John. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Erlangga : Jakarta
http://www.independent.co.uk/news/science/how-turtles-got-their-shells-and-other-evolutionary-mysteries-solved-1036893.html
http://uungsupra.wordpress.com/2009/08/30/evolusi-versus-penciptaan/
http://dinosaurs.about.com/od/otherprehistoriclife/a/Prehistoric-Turtles-The-Story-Of-Turtle-Evolution.htm
http://armadahambarsika.blogspot.com/2011_02_01_archive.html
http://creation.com/evidence-for-turtle-evolution
http://desintabioholic.wordpress.com/2012/02/01/evolusi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar